Batal Maju, Eks Bakal Calon Bupati Maros Bertarung Menangkan Dukungan
loading...
A
A
A
MAROS - Sejumlah bakal calon bupati Kabupaten Maros yang gagal maju pemilihan kepala daerah (pilkada) 2020 kini saling bertarung memenangkan jagoannya. Mereka melebur, memperkuat pasangan calon yang telah mendaftar ke KPU.
Di kubu pasangan calon (paslon) Tajerimin-Havid S Pasha (Tahfidz), sedikitnya ada tiga orang eks bakal calon bupati yang bergabung. Mereka yakni, Nurhasan, Amirullan Nur dan juga Muhammad Ilyas Cika. Ketiga orang ini tampak hadir saat acara deklarasi dan juga pendaftaran Tahfidz di KPU.
“Saya memilih bergabung bersama dengan pak Tajerimin ini karena saya merasa visi dan misi saya sangat cocok dengan beliau. Selain itu, figurnya juga sangat baik dan jelas punya peluang besar memenangkan pilkada ini,” kata Nurhasan, Senin (7/9/2020).
Sementara itu, bergabungnya Amirullah Nur dan Muhammad Ilyas Cika sendiri, dikarenakan pilihan partai. Amirullah merupakan ketua Partai Demokrat Maros dan Ilyas adalah ketua Partai Gerindra Maros. Kedua partai itu merupakan pengusung pasangan Tahfidz, selain Golkar dan PKB.
"Yah inikan sudah menjadi keputusan partai. Kita pasti akan tunduk dan patuh dengan keputusan partai. Saya sisa melaksanakan saja," ujar Amirullah saat dihubungi wartawan.
Sementara itu, di kubu pasangan Chaidir Syam-Suhartina Bohari (Hati Kita Keren), ada Wawan Mattaliu, penggagas Laskar Orang Biasa (Lorsa). Kader Hanura itu masuk bergabung di detik-detik akhir saat masa pendaftaran KPU mulai dibuka. Meski hanya seorang diri, masuknya Wawan di kubu Chaidir itu memberikan dampak besar.
"Semua kandidat menghubungi saya, semuanya orang baik. Namun yang mau banyak berdiskusi dengan saya soal gagasan bagaimana membangun Maros ke depan itu hanya pasangan Hati Kita Keren. Makanya saya beri dukungan ke mereka," sebut Wawan.
Saat memberikan orasi politik di deklarasi pasangan Hati Kita Keren, Wawan secara emosional, justru mengaku mendukung Chaidir karena ia tidak ingin Maros dipimpin oleh orang yang tidak mengetahui seluk beluk Maros, apalagi yang baru datang dari perantuan.
"Saya tidak ingin Maros dipimpin oleh orang yang tidak mengenal daerah ini. Maros ini tidak untuk dijual, karena kami memiliki harkat dan martabat yang sesungguhnya tidak bisa diukur dengan apapun," lanjutnya.
Di kubu pasangan calon (paslon) Tajerimin-Havid S Pasha (Tahfidz), sedikitnya ada tiga orang eks bakal calon bupati yang bergabung. Mereka yakni, Nurhasan, Amirullan Nur dan juga Muhammad Ilyas Cika. Ketiga orang ini tampak hadir saat acara deklarasi dan juga pendaftaran Tahfidz di KPU.
“Saya memilih bergabung bersama dengan pak Tajerimin ini karena saya merasa visi dan misi saya sangat cocok dengan beliau. Selain itu, figurnya juga sangat baik dan jelas punya peluang besar memenangkan pilkada ini,” kata Nurhasan, Senin (7/9/2020).
Sementara itu, bergabungnya Amirullah Nur dan Muhammad Ilyas Cika sendiri, dikarenakan pilihan partai. Amirullah merupakan ketua Partai Demokrat Maros dan Ilyas adalah ketua Partai Gerindra Maros. Kedua partai itu merupakan pengusung pasangan Tahfidz, selain Golkar dan PKB.
"Yah inikan sudah menjadi keputusan partai. Kita pasti akan tunduk dan patuh dengan keputusan partai. Saya sisa melaksanakan saja," ujar Amirullah saat dihubungi wartawan.
Sementara itu, di kubu pasangan Chaidir Syam-Suhartina Bohari (Hati Kita Keren), ada Wawan Mattaliu, penggagas Laskar Orang Biasa (Lorsa). Kader Hanura itu masuk bergabung di detik-detik akhir saat masa pendaftaran KPU mulai dibuka. Meski hanya seorang diri, masuknya Wawan di kubu Chaidir itu memberikan dampak besar.
"Semua kandidat menghubungi saya, semuanya orang baik. Namun yang mau banyak berdiskusi dengan saya soal gagasan bagaimana membangun Maros ke depan itu hanya pasangan Hati Kita Keren. Makanya saya beri dukungan ke mereka," sebut Wawan.
Saat memberikan orasi politik di deklarasi pasangan Hati Kita Keren, Wawan secara emosional, justru mengaku mendukung Chaidir karena ia tidak ingin Maros dipimpin oleh orang yang tidak mengetahui seluk beluk Maros, apalagi yang baru datang dari perantuan.
"Saya tidak ingin Maros dipimpin oleh orang yang tidak mengenal daerah ini. Maros ini tidak untuk dijual, karena kami memiliki harkat dan martabat yang sesungguhnya tidak bisa diukur dengan apapun," lanjutnya.
(luq)