Harimau Sumatera yang Diduga Sering Memangsa Ternak Warga Ditangkap, Dievakuasi ke Bukittinggi Zoo
loading...

Seekor Harimau Sumatera betina yang mengalami cacat kaki depan kiri akhirnya dievakuasi ke Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Bukittinggi Zoo setelah terperangkap dalam kandang jebak yang dipasang oleh petugas. FOTO/WAHYU SIKUMBANG
A
A
A
JAKARTA - Seekor Harimau Sumatera betina yang mengalami cacat kaki depan kiri akhirnya dievakuasi ke Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Bukittinggi Zoo setelah terperangkap dalam kandang jebak yang dipasang oleh petugas. Harimau yang diduga telah menyebabkan kerugian bagi warga dengan memangsa ternak di sekitar hutan ini, kini mendapatkan perawatan dan observasi lebih lanjut.
Menurut Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Sumatera Barat, Antonius Vevri, perangkap tersebut sengaja dipasang untuk menangkap harimau yang sebelumnya dilaporkan terlibat dalam konflik dengan warga dan memangsa ternak seperti kerbau dan sapi di wilayah Kabupaten Agam dan Limapuluh Kota. Harimau yang diperkirakan berusia 3 hingga 4 tahun ini, setelah berhasil dievakuasi, langsung dibawa ke Bukittinggi Zoo untuk mendapat perhatian medis lebih lanjut.
Dokter Hewan TMSBK Bukittinggi Zoo, Yoli Zulfanedi, menjelaskan bahwa kaki depan kiri harimau tersebut putus hingga buntung, diduga akibat terkena jerat babi yang dipasang oleh warga di hutan. Meski dalam kondisi terluka, Yoli menyebutkan bahwa kondisi keseluruhan harimau tersebut relatif baik, meskipun ada luka-luka ringan akibat proses evakuasi.
"Secara umum, kondisi harimau ini baik meskipun ada sedikit luka-luka biasa, seperti luka gores yang terjadi selama proses evakuasi. Harimau ini usianya sekitar 3 sampai 4 tahun, dan jika dilihat dari puting susunya, sepertinya belum pernah melahirkan atau masih juvenil," ujar Yoli, Minggu (23/3/2025).
Harimau yang kini diberi nama Si Mauang oleh masyarakat setempat, selama beberapa tahun terakhir telah terlibat dalam sejumlah konflik dengan warga, sering memangsa ternak yang digembalakan di dekat pinggir hutan. Antonius Vevri menambahkan bahwa kondisi fisik harimau yang telah cacat ini menyebabkan kemampuannya dalam berburu menurun, sehingga ia cenderung mencari ternak yang lebih lemah sebagai mangsa.
"Karena cacatnya, kemampuan berburu harimau ini sudah mulai berkurang, dan dia akan lebih rentan mencari mangsa di sekitar pemukiman. Masyarakat setempat mengenalnya dengan nama Si Mauang karena sering berkonflik dengan ternak warga," kata Antonius.
Pihak BKSDA Sumatera Barat pun menyatakan bahwa jika setelah observasi kondisi harimau ini tidak memungkinkan untuk dilepasliarkan ke alam liar, kemungkinan besar ia akan dijadikan indukan di TMSBK Bukittinggi Zoo. Hal ini dilakukan untuk memastikan kelangsungan hidup satwa langka dan dilindungi tersebut.
Menurut Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Sumatera Barat, Antonius Vevri, perangkap tersebut sengaja dipasang untuk menangkap harimau yang sebelumnya dilaporkan terlibat dalam konflik dengan warga dan memangsa ternak seperti kerbau dan sapi di wilayah Kabupaten Agam dan Limapuluh Kota. Harimau yang diperkirakan berusia 3 hingga 4 tahun ini, setelah berhasil dievakuasi, langsung dibawa ke Bukittinggi Zoo untuk mendapat perhatian medis lebih lanjut.
Dokter Hewan TMSBK Bukittinggi Zoo, Yoli Zulfanedi, menjelaskan bahwa kaki depan kiri harimau tersebut putus hingga buntung, diduga akibat terkena jerat babi yang dipasang oleh warga di hutan. Meski dalam kondisi terluka, Yoli menyebutkan bahwa kondisi keseluruhan harimau tersebut relatif baik, meskipun ada luka-luka ringan akibat proses evakuasi.
"Secara umum, kondisi harimau ini baik meskipun ada sedikit luka-luka biasa, seperti luka gores yang terjadi selama proses evakuasi. Harimau ini usianya sekitar 3 sampai 4 tahun, dan jika dilihat dari puting susunya, sepertinya belum pernah melahirkan atau masih juvenil," ujar Yoli, Minggu (23/3/2025).
Harimau yang kini diberi nama Si Mauang oleh masyarakat setempat, selama beberapa tahun terakhir telah terlibat dalam sejumlah konflik dengan warga, sering memangsa ternak yang digembalakan di dekat pinggir hutan. Antonius Vevri menambahkan bahwa kondisi fisik harimau yang telah cacat ini menyebabkan kemampuannya dalam berburu menurun, sehingga ia cenderung mencari ternak yang lebih lemah sebagai mangsa.
"Karena cacatnya, kemampuan berburu harimau ini sudah mulai berkurang, dan dia akan lebih rentan mencari mangsa di sekitar pemukiman. Masyarakat setempat mengenalnya dengan nama Si Mauang karena sering berkonflik dengan ternak warga," kata Antonius.
Pihak BKSDA Sumatera Barat pun menyatakan bahwa jika setelah observasi kondisi harimau ini tidak memungkinkan untuk dilepasliarkan ke alam liar, kemungkinan besar ia akan dijadikan indukan di TMSBK Bukittinggi Zoo. Hal ini dilakukan untuk memastikan kelangsungan hidup satwa langka dan dilindungi tersebut.
(abd)
Lihat Juga :