Kudeta Absyalum di Kerajaan Daud, Allah Kembalikan ke yang Berhak

Rabu, 15 April 2020 - 06:57 WIB
loading...
Kudeta Absyalum di Kerajaan Daud, Allah Kembalikan ke yang Berhak
Allah telah memberikan kerajaan, hikmah, dan mengajarkan apa yang Dia kehendaki. Foto/Ilustrasi/Ist
A A A
JAKARTA - Nabi Daud selalu mengajak putranya, Nabi Sulaiman, dalam tiap-tiap sidang peradilan yang diadakan untuk menangani perkara-perkara perselisihan dan sengketa yang terjadi di dalam masyarakat.

Dia sengaja membawa Sulaiman untuk melatihnya serta menyiapkannya sebagai putera mahkota yang akan menggantikanya memimpin kerajaan kelak. Dan memang Sulaimanlah yang terpandai di antara sesama saudara yang bahkan lebih tua usia daripadanya.

Rupanya, itulah yang membuat saudara-saudara Sulaiman iri. Absyalum, salah satunya. Kakak Nabi Sulaiman ini tidak rela dirinya dilangkahi oleh adiknya. Dia beranggapan bahwa dialah yang sepatutnya menjadi putera mahkota. Selain lebih tua dalam usia, Absyalum merasa lebih kuat.

Diam-diam Absyalum menyusun pemberontakan. Jauh-jauh hari ia berusaha mencuri hati rakyat Israil. Ia menunjukkan kasih sayang dan cintanya kepada mereka, menolong menyelesaikan masalah-masalah yang mereka hadapi serta mempersatukan mereka di bawah pengaruh dan pimpinannya. Tak jarang ia berdiri di depan pintu istana mencegat orang-orang yang datang ingin menghadap raja. Ia tangani sendiri masalah-masalah yang mereka minta penyelesaian.

Setelah merasa memiliki pengaruh yang kuat di kalangan rakyat Bani Israil, Absyalum memutuskan untuk kudeta. Ia sebarkan mata-mata ke seluruh pelosok negeri untuk menghasut rakyat dan memberi tanda kepada penyokong-penyokong rencananya.

Syahdan pada suatu pagi hari di kala Daud duduk di serambi istana berbincang-bincang dengan para pembesar dan para penasihat pemerintahannya, terdengarlah suara bergemuruh rakyat bersorak-sorai meneriakkan pengangkatan Absyalum sebagai raja Bani Isra’il menggantikan Daud. Mereka menuntut Daud turun dari tahtanya. Keadaan kota menjadi kacau-bilau dilanda huru-hara. Keamanan tidak terkendali. Perkelahian terjadi di mana-mana antara orang yang pro dan yang kontra dengan kekuasaan Absyalum.

Nabi Daud merasa sedih melihat keributan dan kekacauan yang melanda negerinya. Namun ia berusaha menguasai emosinya dan menahan diri dari perbuatan dan tindakan yang dapat menambah parah keadaan. Akhirnya Nabi Daud mengambil keputusan meninggalkan istana, untuk menghindari pertumpahan darah. Bersama pengikutnya ia menyeberang sungai Jordan menuju bukit Zaitun.

Begitu Daud keluar meninggalkan kota Jerusalem, masuklah Absyalum ke kota diiringi oleh para pengikutnya. Ia mengambil alih tahta. Sementara Nabi Daud melakukan istikharah dan munajat kepada Tuhan di atas bukit Zaitun memohon taufiq dan pertolongan-Nya agar menyelamatkan kerajaan dan negaranya dari malapetaka dan keruntuhan akibat perbuatan putranya yang durhaka itu.

Setelah mengadakan istikharah dan munajat, akhirnya Daud mengambil keputusan mengadakan kontra aksi terhadap puteranya. Maka dikirimkanlah tentara yang masih setia ke Jerusalem untuk merebut kembali istana kerajaan Bani Isra’il dari tangan Absyalum.

Beliau berpesan kepada komandan pasukannya, agar bertindak bijaksana dan sedapat mungkin menghindari pertumpahan darah dan pembunuhan yang tidak perlu. Beliau juga meminta agar Absyalum tidak dibunuh. Akan tetapi takdir telah menentukan lain. Komandan yang berhasil menyerbu istana tidak dapat berbuat lain kecuali membunuh Absyalum yang melawan dan enggan menyerahkan diri setelah ia terkurung dan terkepung.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0945 seconds (0.1#10.140)