Kisah Raja Kediri Jayabaya Serang Jenggala Demi Kuasai Bandar Dagang Terbesar di Pulau Jawa
loading...
A
A
A
Sri Kamesywara bertekad menyatukan dua Kediri dengan Panjalu. Dari penyatuan tersebut akhirnya Kerajaan Kediri memiliki angkatan perang yang kuat.
Meski memiliki angkatan perang tangguh tapi nafsu Sri Kamesywara menguasai wilayah muara Sungai Porong masih menemui halangan.
Saat itu muara Porong yang di bawah kekuasaan Kerajaan Jenggala dengan rajanya Mapanji Garasakan, dikenal cukup memiliki hubungan diplomatik yang kuat dengan para pedagang dari berbagai negara. Hal ini menjadikan Kerajaan Kediri masih menunggu momen melakukan penyerbuan.
Barulah di masa pemerintahan Raja Jayabaya, Kerajaan Kediri berhasil merebut wilayah kekuasaan Kerajaan Jenggala tersebut.
Keberhasilan Raja Jayabaya yang bergelar Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabaya Sri Warmeswara Madhusudana Awatarnindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa, dilukiskan dalam kitab Kakawin Bharatayuddha karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh.
Keberhasilan Mapanji Jayabaya dalam menguasai Jenggala dicatat pula dalam sebuah prasasti Hantang atau prasasti Ngantang yang berangka tahun 1135 Masehi.
Di prasasti itulah tercatat Kerajaan Kediri juga mengalami kejayaan yang pesat, setelah menyerang kawasan muara Sungai Porong.
Kerajaan Kediri menguasai salah satu bandar dagang paling strategis di Indonesia kala itu. Alhasil dengan dikuasainya bandar dagang ini komoditas pertanian dari Kediri bisa langsung dikirim ke para pedagang dari berbagai negara, tanpa harus membayar upeti.
Alhasil perekonomian di wilayah Kerajaan Kediri kian meningkat imbas adanya penguasaan bandar dagang tersebut.
Di sisi lain meski berhasil menguasai wilayah Kerajaan Jenggala, nasib Kerajaan Jenggala tidaklah langsung tamat. Dikisahkan saat itu Kerajaan Jenggala yang sebelumnya memiliki ibukota di Tuban akhirnya memindahkannya ke Lamongan.
Meski memiliki angkatan perang tangguh tapi nafsu Sri Kamesywara menguasai wilayah muara Sungai Porong masih menemui halangan.
Saat itu muara Porong yang di bawah kekuasaan Kerajaan Jenggala dengan rajanya Mapanji Garasakan, dikenal cukup memiliki hubungan diplomatik yang kuat dengan para pedagang dari berbagai negara. Hal ini menjadikan Kerajaan Kediri masih menunggu momen melakukan penyerbuan.
Barulah di masa pemerintahan Raja Jayabaya, Kerajaan Kediri berhasil merebut wilayah kekuasaan Kerajaan Jenggala tersebut.
Keberhasilan Raja Jayabaya yang bergelar Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabaya Sri Warmeswara Madhusudana Awatarnindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa, dilukiskan dalam kitab Kakawin Bharatayuddha karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh.
Keberhasilan Mapanji Jayabaya dalam menguasai Jenggala dicatat pula dalam sebuah prasasti Hantang atau prasasti Ngantang yang berangka tahun 1135 Masehi.
Di prasasti itulah tercatat Kerajaan Kediri juga mengalami kejayaan yang pesat, setelah menyerang kawasan muara Sungai Porong.
Kerajaan Kediri menguasai salah satu bandar dagang paling strategis di Indonesia kala itu. Alhasil dengan dikuasainya bandar dagang ini komoditas pertanian dari Kediri bisa langsung dikirim ke para pedagang dari berbagai negara, tanpa harus membayar upeti.
Alhasil perekonomian di wilayah Kerajaan Kediri kian meningkat imbas adanya penguasaan bandar dagang tersebut.
Di sisi lain meski berhasil menguasai wilayah Kerajaan Jenggala, nasib Kerajaan Jenggala tidaklah langsung tamat. Dikisahkan saat itu Kerajaan Jenggala yang sebelumnya memiliki ibukota di Tuban akhirnya memindahkannya ke Lamongan.