Penerbangan Manado-China Distop, Ini Dampak Terberatnya

Rabu, 29 Januari 2020 - 13:29 WIB
Penerbangan Manado-China Distop, Ini Dampak Terberatnya
Penerbangan Manado-China Distop, Ini Dampak Terberatnya
A A A
MANADO - Penghentian penerbangan sementara (suspends) secara bertahap dari pihak Lion Air Group dari Manado ke China dalam jangka pendek tetap memiliki pengaruh pada pariwisata Sulawesi Utara (Sulut). Hal tersebut diungkapkan ekonom Universitas Sam Ratulangi Manado, Vecky Apollos Masinambow.

Menurutnya, stakeholder pariwisata harus tetap memantau secara aktif setiap informasi riil terkait perkembangan wabah corona. Kemudian optimalkan untuk mendulang wisatawan mancanegara (wisman) lainnya di luar China, di samping mengoptimalkan wisatawan nusantara di tengah tiket pesawat yang cenderung turun.

“Dalam jangka pendek stakeholder perlu fokus pada pengembangan obyek wisata/destinasi dan atraksi tertentu,”kata dosen pascasarjana MEP Unsrat itu, Rabu (29/1/2020).

Sementara itu, Ketua Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies (ASITA) Sulawesi Utara (Sulut), Merry Karouwan mengaku prihatin dengan dampak penyebaran virus Corona yang berimbas pada dunia pariwisata. Apalagi, penerbangan dari Manado ke China untuk sementara dihentikan dalam waktu yang belum pasti.

“Beberapa tahun lalu, Sulut bagaikan mendapat durian runtuh ketika turis dalam jumlah yang sangat banyak memilih Sulut sebagai destinasi wisata,”ujarnya Rabu (29/1/2020).

Bahkan, kata Merry, pemandangan yang berbeda ketika bus-bus pariwisata bersliweran di ruas-ruas jalan Kota Manado dan sekitarnya.

Lapangan kerja bermunculan, geliat dimulai. Restoran, hotel, ojek, destinasi-destinasi, guide mulai kebanjiran order. Walau memang belum bisa memuaskan semua pihak tapi sudah ada yang memulai. Nama Sulut mulai lebih dikenal dalam kancah pariwisata.

Asita Sulut pun bergeliat. Saat ini, sudah begitu mudah menjual pariwisata Sulut di luar. Paket-paket inbound mulai menyamai paket outbound (orang Manado memang suka berpergian).

“Ada satu pertanyaan, apakah ini akan berakhir? Sambil berharap ini jangan berakhir. Kita masih butuh turis untuk menambah devisa daerah. Saat ini, ketakutan datang ketika virus Corona merebak. Semoga, rencana dihentikan direct flight ini hanya sementara. Karena bila tidak?,”tanyanya.

Dihentikannya penerbangan ke China bagi Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia memang ini menjadi sebuah pukulan.

“Pasti tau lah. Dampaknya kunjungan berkurang. Kita disentak untuk selalu mengucap syukur. Kadang kita lupa bersyukur, tidak gampang mendatangkan turis begitu banyak dalam sekejap. Semua butuh pengorbanan. Dan saat ini, ada beberapa travel yang mengambil resiko ini. Bisnis tidak selalu menjanjikan keuntungan .Saat ini buktinya,”jelasnya.

Merry mengajak agar para pelaku wisata tetap mensupport program pariwisata yang sudah dicanangkan Pemerintah. “Mari kita support KEK yang sudah disetujui Pemerintah Pusat. Mari kita support semua direct flight yang sudah ada. Direct flight ini satu-satunya cara untuk datangkan turis di Sulut.

Diketahui selama ini Sulawesi Utara merupakan daerah yang diminati wistawan asal Tiongkok. Bahkan tahun ini, Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey membidik kunjungan pelancong mancanegara ke Sulut sebanyak 200.000 orang.

Kedatangan wisawatan asal China ke Sulut setiap tahun terus meningkat. Imigrasi TPI I Manado mencatat, sepanjang 2019 sebanyak 116.144 turis China masuk ke Sulut melalui Bandara Sam Ratulangi atau meningkat 8,5% dibandingkan tahun 2018.
(pur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5337 seconds (0.1#10.140)