Kisah Cinta Jenderal Kopassus Paling Ditakuti, Tolak Hidangan Hotel Lebih Pilih Makan Bekal Masakan Istri
loading...
A
A
A
JAKARTA - Jenderal Leonardus Benny Moerdani atau LB Moerdani merupakan tokoh militer di Indonesia yang cukup dikenal terutama di kalangan prajurit Korps Baret Merah Kopassus . Pembawaannya yang tenang dan tegas membuatnya menjadi sosok yang sangat disegani dan ditakuti.
Meski dikenal sebagai sosok yang tegas, keras, dan berani di medan tempur namun untuk urusan asmara, Jenderal TNI kelahiran Cepu, Jawa Tengah pada 2 Oktober 1932 ini merupakan sosok yang hangat dan sangat lembut.Bahkan LB Moerdani dikenal sebagai sosok yang mampu meratukan istrinya.
Kisah asmaranya penuh dengan kehangatan dan penghormatan terhadap istrinya, Hartini. Meskipun kesibukannya sebagai seorang jenderal yang akrab dengan dunia intelijen membuatnya jarang pulang ke rumah, Benny selalu memiliki cara tersendiri untuk menunjukkan cintanya kepada Hartini.
Benny Moerdani memiliki kebiasaan yang tak pernah berubah: selalu membawa bekal makanan yang disiapkan oleh istrinya. Apa pun situasinya, apakah dia membawa bekal tersebut sendiri atau diantarkan ke kantornya.
Benny akan selalu memakan masakan dari rumah, baik untuk makan siang maupun malam. Bahkan saat ada acara makan-makan di kantor atau di luar, dia tetap akan terlebih dahulu menikmati bekal rantang dari istrinya. Kebiasaan ini bukan sekadar rutinitas, melainkan bentuk penghormatan dan penghargaan Benny terhadap Hartini.
Dengan cara ini, Benny ingin menunjukkan betapa ia menghargai usaha dan cinta yang dituangkan Hartini dalam setiap hidangan yang disiapkan. Meskipun Benny jarang bercerita tentang pekerjaannya kepada sang istri dan lebih sering menghabiskan waktunya di kantor, dia selalu berusaha menjaga perasaan Hartini.
Hal ini membuat Hartini merasa dihargai dan dicintai, meskipun komunikasi mereka terbatas. Hartini, dalam berbagai kesempatan, mengungkapkan sisi lain dari Benny Moerdani yang dikenal dengan julukan 'raja intel' Indonesia.
Meskipun tegas dan keras dalam urusan militer, bagi Hartini, Benny adalah figur yang memberikan rasa aman kepada semua orang di sekitarnya.
Dalam buku Benny: Tragedi Seorang Loyaliskarya Julius Pour, Hartini menyatakan keinginannya memiliki suami dengan latar belakang militer.
Kisah cinta mereka dimulai pada 1956, ketika Benny masih berpangkat Letnan Dua (Letda) dan Hartini bekerja sebagai pramugari di Garuda Indonesia. Pertemuan mereka difasilitasi oleh adik Benny, Maria Sri Noerna, yang juga bekerja sebagai pramugari dan merupakan teman Hartini.
Meskipun cenderung diam dan tertutup, mampu memberikan perasaan aman dan perlindungan kepada Hartini dan orang-orang di sekitarnya.
Namun, karier militer Benny sering kali menjadi tantangan dalam hubungan mereka. Sebagai anggota pasukan komando, Benny sering kali harus melakukan perjalanan ke berbagai daerah di Indonesia untuk menjalankan tugasnya. Meski demikian, di balik sikapnya yang tertutup, Benny selalu membawa foto Hartini dalam dompetnya setiap kali bertugas.
Setelah delapan tahun berpacaran, mereka akhirnya menikah pada 12 Desember 1964. Pernikahan ini terjadi atas dorongan Presiden Soekarno, yang bahkan mengadakan pesta pernikahan mereka di Istana Bogor beberapa hari setelahnya.
Menariknya, meskipun Benny seorang Katolik dan Hartini beragama Islam, perbedaan keyakinan ini tidak menjadi hambatan dalam pernikahan mereka. Pada masa itu, pernikahan mereka berlangsung dengan penuh kebahagiaan dan tanpa kendala.
Meski dikenal sebagai sosok yang tegas, keras, dan berani di medan tempur namun untuk urusan asmara, Jenderal TNI kelahiran Cepu, Jawa Tengah pada 2 Oktober 1932 ini merupakan sosok yang hangat dan sangat lembut.Bahkan LB Moerdani dikenal sebagai sosok yang mampu meratukan istrinya.
Kisah asmaranya penuh dengan kehangatan dan penghormatan terhadap istrinya, Hartini. Meskipun kesibukannya sebagai seorang jenderal yang akrab dengan dunia intelijen membuatnya jarang pulang ke rumah, Benny selalu memiliki cara tersendiri untuk menunjukkan cintanya kepada Hartini.
Baca Juga
Benny Moerdani memiliki kebiasaan yang tak pernah berubah: selalu membawa bekal makanan yang disiapkan oleh istrinya. Apa pun situasinya, apakah dia membawa bekal tersebut sendiri atau diantarkan ke kantornya.
Benny akan selalu memakan masakan dari rumah, baik untuk makan siang maupun malam. Bahkan saat ada acara makan-makan di kantor atau di luar, dia tetap akan terlebih dahulu menikmati bekal rantang dari istrinya. Kebiasaan ini bukan sekadar rutinitas, melainkan bentuk penghormatan dan penghargaan Benny terhadap Hartini.
Baca Juga
Dengan cara ini, Benny ingin menunjukkan betapa ia menghargai usaha dan cinta yang dituangkan Hartini dalam setiap hidangan yang disiapkan. Meskipun Benny jarang bercerita tentang pekerjaannya kepada sang istri dan lebih sering menghabiskan waktunya di kantor, dia selalu berusaha menjaga perasaan Hartini.
Hal ini membuat Hartini merasa dihargai dan dicintai, meskipun komunikasi mereka terbatas. Hartini, dalam berbagai kesempatan, mengungkapkan sisi lain dari Benny Moerdani yang dikenal dengan julukan 'raja intel' Indonesia.
Meskipun tegas dan keras dalam urusan militer, bagi Hartini, Benny adalah figur yang memberikan rasa aman kepada semua orang di sekitarnya.
Dalam buku Benny: Tragedi Seorang Loyaliskarya Julius Pour, Hartini menyatakan keinginannya memiliki suami dengan latar belakang militer.
Kisah cinta mereka dimulai pada 1956, ketika Benny masih berpangkat Letnan Dua (Letda) dan Hartini bekerja sebagai pramugari di Garuda Indonesia. Pertemuan mereka difasilitasi oleh adik Benny, Maria Sri Noerna, yang juga bekerja sebagai pramugari dan merupakan teman Hartini.
Meskipun cenderung diam dan tertutup, mampu memberikan perasaan aman dan perlindungan kepada Hartini dan orang-orang di sekitarnya.
Namun, karier militer Benny sering kali menjadi tantangan dalam hubungan mereka. Sebagai anggota pasukan komando, Benny sering kali harus melakukan perjalanan ke berbagai daerah di Indonesia untuk menjalankan tugasnya. Meski demikian, di balik sikapnya yang tertutup, Benny selalu membawa foto Hartini dalam dompetnya setiap kali bertugas.
Setelah delapan tahun berpacaran, mereka akhirnya menikah pada 12 Desember 1964. Pernikahan ini terjadi atas dorongan Presiden Soekarno, yang bahkan mengadakan pesta pernikahan mereka di Istana Bogor beberapa hari setelahnya.
Menariknya, meskipun Benny seorang Katolik dan Hartini beragama Islam, perbedaan keyakinan ini tidak menjadi hambatan dalam pernikahan mereka. Pada masa itu, pernikahan mereka berlangsung dengan penuh kebahagiaan dan tanpa kendala.
(cip)