Program Transmigrasi Solusi Benahi Kemiskinan di Indonesia

Jum'at, 18 Oktober 2024 - 12:35 WIB
loading...
Program Transmigrasi...
Diskusi bertajuk Kerapuhan Etika Penyelenggara Negara: Kedaulatan Ekonomi yang digelar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Universitas Muhammadiyah Kupang, NTT. Foto/IST
A A A
KUPANG - Kemandirian ekonomi merupakan salah satu tujuan fundamental yang harus dicapai pemerintah Indonesia untuk memajukan kesejahteraan rakyatnya. Saat ini, tantangan yang dihadapi masih besar, terutama dalam hal pengentasan kemiskinan.

Hal ini diungkapkan Rektor Universitas Muhammadiyah Kupang Zainur Wula, saat menjadi pembicara dalam diskusi bertajuk “Kerapuhan Etika Penyelenggara Negara: Kedaulatan Ekonomi yang digelar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Universitas Muhammadiyah Kupang, Nusa Tenggara Timur, Kamis, 17 Oktober 2024.

“Kemajuan yang dicapai oleh pemerintah bagus, tapi dari data kemiskinan masih perlu dibenahi,” ujar Zainur dikutip Jumat (18/10/2024).



Zainur menyoroti fakta bahwa meski Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah, kondisi kemiskinan justru semakin meningkat. Salah satu solusi yang ia tawarkan adalah program transmigrasi yang lebih terstruktur, dengan dukungan dari pemerintah dalam hal penyediaan lahan dan infrastruktur.

“Orang mau transmigrasi asal dijamin oleh pemerintah lahannya, juga prasarananya,” tegasnya.

Zainur menekankan pentingnya efisiensi dalam penggunaan anggaran, seperti memotong dana bansos yang besar dan mengalihkannya untuk program-program yang lebih berkelanjutan, seperti mendukung sektor pertanian.

Dalam konteks kemandirian pangan, Zainur mengusulkan intensifikasi dan ekstensifikasi di sektor pertanian agar hasil produksi dapat meningkat dan menjadi unggulan.

Guru Besar Teknologi Industri Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Mochammad Maksum mengaitkan masalah kemandirian ekonomi dengan aspek spiritual dan moralitas. Menurutnya, yang terjadi di Indonesia saat ini adalah bentuk korupsi besar-besaran yang menghalangi kesempatan ekonomi bagi masyarakat miskin.

“Yang terjadi tidak sekadar tidak memberi makan si miskin, tetapi membuntu kesempatan ekonomi si miskin,” ujarnya.

Menurutnya, kedaulatan ekonomi dikebiri oleh amendemen UUD 1945, yang menyebabkan orientasi kebijakan lebih banyak mengikuti kepentingan elite politik dan bukannya untuk kepentingan rakyat.

Maksum juga menyoroti liberalisasi ekonomi yang semakin memperkuat posisi asing dalam pengelolaan sumber daya alam Indonesia. Ia menyebut UU Cipta Kerja, misalnya, sangat pro-investasi asing dan melemahkan kedaulatan pangan.

“RUU Cipta kerja itu sarat kezaliman, banyak urusan pangan dan keagrariaan yang dikebiri,” tegasnya.

Salah satu contoh paling mencolok menurutnya adalah legalitas impor pangan yang dipermudah oleh pemerintah, yang pada akhirnya merugikan petani lokal.

“Importasi sekarang mudah sekali,” ucapnya, seraya mengajak untuk menata ulang regulasi demi menjaga kedaulatan ekonomi dan kemandirian pangan.
(ams)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1557 seconds (0.1#10.140)