Miris! Nelayan Pandeglang Kesulitan Melaut Gegara Pembatasan BBM Subsidi
loading...
A
A
A
PANDEGLANG - Sejumlah nelayan di Kabupaten Pandeglang mengaku kesulitan melaut seiring dengan diterapkannya kebijakan pembatasan pembelian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi baik solar maupun pertalite.
“Kalau kami sebetulnya menolak adanya pembatasan pembelian BBM. Pengennya sih loss watt (tidak ada pembatasan) aja,” kata Epi, salah satu nelayan Labuan kepada awak media, Rabu (11/9/2024).
Epi menerangkan bahwa kebutuhan bahan bakar nelayan tidak menentu sehingga kebijakan pembatasan membuat mereka kesulitan.
“Artinya dalam sehari itu fluktuatif tidak bisa ditakar semisal kereta api yang memang jarak tempuhnya tetap maupun penggunaan genset yang diam di tempat,” katanya.
Nelayan itu, dalam seharinya bisa melebihi takaran dikarenakan bergantung kepada kondisi cuaca. Kalau cuaca bagus maka BBM tidak akan tekor.
”Tapi ketika kondisi cuaca buruk maka penggunaan BBM akan tambah boros. Karena harus melawan arus ombak sehingga bisa lebih lama terombang ambing di laut-nya,” katanya.
Oleh karena itu, Epi berharap, kepada pemerintah untuk tidak mempersulit nelayan kecil. Berikan kemudahan agar dapat melaut dengan tenang tanpa harus dibebani kepikiran tidak dapat mendapatkan BBM bersubsidi.
“Kalau kita nelayan kecil pembelian dibatasi setiap bulannya. Ketika di pertengahan bulan habis jatahnya ya gak bisa beli lagi dan kalau beli ya bukan yang bersubsidi lagi,” katanya.
Jatah atau kuota nelayan dalam mendapatkan BBM ini bergantung dari besar kecilnya kapal. Kalau yang kecil itu perhari sekira 10-15 liter, dan kapal sedang itu antara 25-30 liter.
“Ya kalau nelayan itu yang penting jangan dipersulit apalagi dibatasi. Kalau kebutuhan nelayan kecil ya kan sudah terukur tidak akan lebih dari 50 liter dalam per hari,” katanya.
“Kalau kami sebetulnya menolak adanya pembatasan pembelian BBM. Pengennya sih loss watt (tidak ada pembatasan) aja,” kata Epi, salah satu nelayan Labuan kepada awak media, Rabu (11/9/2024).
Epi menerangkan bahwa kebutuhan bahan bakar nelayan tidak menentu sehingga kebijakan pembatasan membuat mereka kesulitan.
“Artinya dalam sehari itu fluktuatif tidak bisa ditakar semisal kereta api yang memang jarak tempuhnya tetap maupun penggunaan genset yang diam di tempat,” katanya.
Nelayan itu, dalam seharinya bisa melebihi takaran dikarenakan bergantung kepada kondisi cuaca. Kalau cuaca bagus maka BBM tidak akan tekor.
”Tapi ketika kondisi cuaca buruk maka penggunaan BBM akan tambah boros. Karena harus melawan arus ombak sehingga bisa lebih lama terombang ambing di laut-nya,” katanya.
Oleh karena itu, Epi berharap, kepada pemerintah untuk tidak mempersulit nelayan kecil. Berikan kemudahan agar dapat melaut dengan tenang tanpa harus dibebani kepikiran tidak dapat mendapatkan BBM bersubsidi.
“Kalau kita nelayan kecil pembelian dibatasi setiap bulannya. Ketika di pertengahan bulan habis jatahnya ya gak bisa beli lagi dan kalau beli ya bukan yang bersubsidi lagi,” katanya.
Jatah atau kuota nelayan dalam mendapatkan BBM ini bergantung dari besar kecilnya kapal. Kalau yang kecil itu perhari sekira 10-15 liter, dan kapal sedang itu antara 25-30 liter.
“Ya kalau nelayan itu yang penting jangan dipersulit apalagi dibatasi. Kalau kebutuhan nelayan kecil ya kan sudah terukur tidak akan lebih dari 50 liter dalam per hari,” katanya.
(ams)