Yon Artiono Arba’i, Sosok Terlupakan dalam Evakuasi Soe Hok Gie di Tragedi Gunung Semeru

Rabu, 21 Agustus 2024 - 06:06 WIB
loading...
Yon Artiono Arba’i,...
Yon Artiono Arbai, sosok penting yang terlupakan saat evakuasi Soe Hok Gie, dalam tragedi Gunung Semeru. Foto-foto: Hendri Irawan/SINDO news
A A A
KISAH tentang Soe Hok Gie , aktivis mahasiswa yang meninggal dibekapanGunung Semeru, pada 16 Desember 1969, tak lekang dimakanwaktu.Meski sudah 55 tahun berlalu, peristiwa memilukan yang juga merenggut nyawa Idhan Lubis (Mapala UI) tersebut, tetap menjadi pembicaraan terutama di kalangan para penggiat alam bebas.

baca juga: Plakat In Memoriam Soe Hok Gie-Idhan Lubis Dipasang di Puncak Mahameru

Namun yang publik tidak banyak tahu, di balik kisah memilukan ituada satu sosokpemudayangkalaitu berperan penting dalam evakuasi jenazah Soe Hok Gie dan Idhan Lubis. Ia adalahYon Artiono Arba’i, personeltim resque TMS-7 Indonesiayang juga bertugas di Kejaksaan Agung (Kejagung) RI.

Diceritakandalam bukuSoe Hok-Gie…Sekali Lagi: Buku Pesta dan Cinta di Alam Bangsanya, setelah mendapat kabarlewat telepon dari Dandim Malang Letkol inf Suwandi, tentangmeninggalnya Soe Hok Gie dan Idhan Lubis,Yon Artiono Arba’ibersama pentolan Mapala UIAristides Kattoppo,langsung bergerak cepat.

Aristides Kattoppo sendiri,saattragedi Semeru,menjadi anggota tim pendakian Mapala UI Gunung Semeru yang paling senior di antara Herman Lantang, Soe Hok Gie, Anton Wijana (Wiwiek), Abdurachman (Maman),Rudy Badil, Freddy Lasut,dan Idhan Lubis.

Aristides Katoppodan Wiwiek menjadi tim pendahulu yang melaporkan musibah Gunung Semeru.Bersama Aristides Katoppo,Yon Artionoyang saat itu tengah berada di Malang,menuju ke Landasan Udara Abdurrachman Saleh untuk membicarakan soal operasional helikopter TNI AL untuk misi SAR Tim Semeru UI.

Yon Artiono Arba’i, Sosok Terlupakan dalam Evakuasi Soe Hok Gie di Tragedi Gunung Semeru

Yon Artiono (tiga kiri) saat perayaan ulang tahun ke 78 bersama para sahabatnya
di Jakarta, pada 2023 lalu.

Tides, panggilan akrab Aristides Katoppo,sempat meminta helikopter Mi-4 milik TNI AL tersebutmendarat dan parkir di Alun-Alun Besar Kota Malang. Lalu, Tides dan Yon pergi naik helikopteryang sama,dari Malang ke arah Tumpang dan Gubuk Klakah, kemudian menyusuri Kali Kamprong dan Gunung Ayek-Ayek.

Tides, Yon, pilot danco-pilot helikopter terbang di area Gunung Semeru sebelum akhirnya kembali ke pangkalan udara lantaran gagal mendarat di titikrescue, lokasi jenazah Soe Hok-Gie dan Idhan Lubis, yang meninggaldigunungSemeru.

Di Malang, arek-arek dari Klab TMS-7, IPKAb Indrakilla, Young Pioneer juga terlibat sebagai tenaga volunteer untuk evakuasi jenazah Soe Hok Gie dan Idhan Lubis, hingga akhirnya berhasil diturunkan dari gunungberketinggian 3.676 Mdpl tersebut.

Usai operasi SAR tersebut, Yonyang kala itubekerja di Kejaksaan Agung RI, meyakinimeninggalnya Soe Hok-Gie dan Idhan Lubislebih disebabkan keduanya terserangacute mountain sickness(AMS).

AMS adalah kelainan neurologis yang biasanya menyerang pendaki gunung yang berada di ketinggian akibat hipoksia kronis pada tekanan parsial oksigen rendah. Walaupun seringkali bersifat self-limiting, AMS dapat menyebabkan edema pulmonal dan serebral yang dapat bersifat fatal.

baca juga: Pendiri Mapala UI sekaligus Sahabat Soe Hok Gie, Herman Lantang Meninggal Dunia

“Jadi bukankarena menghirup gas beracun gunung Semeru. Kalau gas beracun kan menyebar, bisa kena semua anggota tim Mapala UI yang mendaki,”kata Yon Artiono Arba’i, dalam kesempatan bincang santai di Jakarta.

Sebagai jejak sejarah keterlibatan Yon Artiono di evakuasi Soe Hok Gie, pada 2023 lalu diluncurkan film dokumenter berjudul “Sosok DR Yon Artiono Arba’i”. Film yang disutradarai Resi Elang, ini bercerita tentang sepak terjang Yon Artiono Arba’i berikut aktivitasnya selama bergiat di alam bebas, termasuk cerita proses evakuasi jenazah Soe Hok-Gie dan Idhan Lubis yang meninggal di gunung Semeru.

“Mas Yon sosok manusia tangguh yang tidak bisa disogok, sosok yang tidak bisa diubah pendiriannya. Yang benar adalah benar,” tegas fotografer senior Don Hasman.

Setali tiga uang, anggota kehormatan Mapala UI Syamsirwan Ichien juga mengaku sangat menaruh hormat kepada Yon Artiono Arba’i. “Sebagai senior pecinta alam, mas Yon ini paket lengkap. Beliau jagonyabergiat di alam bebas. Trimatra dia kuasai, naik gunung, terjun payung, menyelam, dan banyak lagi,” kata Ichien.

Yon Artiono Arba’i, Sosok Terlupakan dalam Evakuasi Soe Hok Gie di Tragedi Gunung Semeru

Yon Artiono Arba'i (kanan) memberikan potongan tumpeng kepada senior Mapala UI
Abdurachman (Kang Maman), saksi hidup tragedi gunung Semeru yang masih hidup.

Sementara itu, senior pecinta alam Noor Sidharta mengungkapkan, bahwa Yon Artiono Arba’i adalah sosok yang memiliki kepedulian sosial tinggi dan sangat peka terhadap persoalanmasyarakatdi sekitarnya, terutama keluarga.

“Saya ini keponakan Om Yon, dan sejak kecil ikut beliau,sehingga pastinya banyak sekali jasa beliau kepada saya. Tapi tiap kali saya ingin membalas jasa Om Yon, beliau selalu mengatakan tidak usah dibalas ke dia langsung, tapi berikan saja balasan itu ke orang-orang sekitar yang lebih membutuhkan bantuan,” ujar Noor Sidharta.

TentangYon Artiono

Yon Artiono Arba’i dikenal sebagai pemrakarsa sekaligus pendiri Top Mountain Stranger (TMS-7) Indonesia, sebuah perhimpunan pendaki gunung, pecinta dan penjelajah alam bebas. Pada 1971, Yon yang membawa bendera TMS-7 berbarengan dengan anggota Wanadri, melakukan ekspedisi pertama ke luar negeri, yakni ke Gunung Kinabalu, di Sabah Malaysia.

Meski mendaki bareng dengan jalur berbeda, namun tidak ada rivalitas, rasa sombong dan ego kelembagaan. Tim TMS-7 mendaki dari jalur Selatan Tarakan, Tawao, Sandakan, Kinabalu. Sementara tim Wanadri mendaki dari arah Barat, Serawak Kuching, Kinabalu.

Sebagai penggiat alam bebas dan senior pecinta alam,Yon Artiono Arba’i menguasai trimatra,naik gunung, terjun payung, menyelam, dan banyak lagi. Ia juga kerap terlibat di banyak giat pelestarian alam, giat sosial dan sejumlah operasi SAR.

baca juga: Sederet Tokoh yang Aktif di Mapala, dari Presiden Jokowi hingga Soe Hok Gie

Berkat seabrek aktivitasnya dan kepedulian sosialnya, tak heran jika Yon bersama 15 orang lainnya mendapat anugerah bintang kehormatan dari Presiden RI Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY), pada 15 Agustus 2007 di Istana Negara, Jakarta.

Tak hanya itu, Yon yang pernah menjabat Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Bengkulu dan Sulawesi Selatan, di akhir karirnyasempat menjadi PltJaksa Agung Muda Perdatadan Tata Usaha Negara (Jamdatun) Kejaksaan Agung RI.

Sebagai legacy pernah berkiprah menjadi aparat penegak hukum, Yon Artiono Arba’i menelurkan sebuah buku berjudul "Aku Menolak Hukuman Mati" yang menelaah penerapan pidana mati dari berbagai perspektif. Penerapan hukuman mati memang kerap mengundang banyak perdebatan: layak dipertahankan atau tidak. Apakah sanksi berupa hukuman mati membuat tujuan pemidanaan tercapai? Dan apakah penerapannya memberikan efek jera, mencegah masyarakat umum bertindak di luar hukum?

Buku ini diolah dari disertasi Yon Artiono Arba’i, “Perspektif Pidana Mati sebagai Sanksi Alternatif dalam Memenuhi Keadilan dan Hak Asasi Manusia”. Dalam kajiannya ini Yon Artiono Arba’i menyelisik hukuman mati dari perspektif sejarah, agama, dan teori hukum itu sendiri.

Buku ini juga membandingkan sudut pandang negara-negara yang pro dengan negara yang kontra dengan pelaksanaan hukuman mati. Lewat penelitiannya, Yon Artiono Arba’i menawarkan suatu cara pandang terhadap hukuman mati khususnya di Indonesia.
(hdr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1160 seconds (0.1#10.140)