TN Komodo Direncanakan Ditutup Berkala, BTNK Ungkap Alasannya
loading...
A
A
A
MANGGARAI BARAT - Taman Nasional (TN) Komodo di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara (NTT), direncanakan akan ditutup secara berkala mulai tahun 2025.
Balai TN Komodo (BTNK) mengungkap beberapa hal yang menjadi alasan di balik rencana penutupan berkala kunjungan ke habitat hewan purba tersebut.
Kepala BTNK Hendrikus Rani Siga mengatakan, terus melonjaknya kunjungan ke TN Komodo dikhawatirkan mengancam keberlangsungan ekosistem setempat jika tidak dikendalikan.
“Ada semacam kekhawatiran jika lonjakan itu berlangsung bisa mengancam sumber daya alam, terutama di perairan,” ungkap Siga saat sosialisasi rencana penutupan TN Komodo di Labuan Bajo, Selasa (20/8/2024).
Menurut dia, dampak buruk untuk ekosistem perairan sangat luar biasa, antara lain dalam bentuk limbah dan sampah. "Kemudian para penyelam yang belum profesional masih belajar, dampak kerusakan bagi ekosistem cukup tinggi," tambah dia.
Alasan lain dikatakannya terkait dengan masih maraknya aktivitas ilegal, seperti perburuan liar dan pembakaran lahan, di TN Komodo oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Kondisi-kondisi ini membuat pihaknya memandang perlu mengistirahatkan sejenak kawasan TN Komodo dari aktivitas kunjungan melalui penutupan secara berkala.
“Sehingga memang alam bawah sadar kita memang harus ada waktu tertentu untuk istirahat. Itu yang melatarbelakangi ide ini muncul,” ujar Siga.
Dia mengakui, hal tersebut sebenarnya masih dalam kajian. Banyaknya respon publik yang berseliweran terhadap rencana tersebut membuat sosialisasi akhirnya dipercepat.
“Sebenarnya ada tahapan-tahapan yang harus kami lakukan yang pertama adalah kajian, konsultasi publik. Kalau perlu kajian ulang, kita kaji lagi, untuk melihat sebenarnya respons publik terhadap kajian ini. Kemudian sosialiasi baru keputusan akhir,” kata Siga.
Informasi yang diperoleh, BTNK berencana menutup akses kunjungan ke TN Komodo secara berkala mulai tahun 2025 dengan maksud untuk memberikan jeda bagi pemulihan ekosistem dalam kawasan tersebut.
Balai TN Komodo (BTNK) mengungkap beberapa hal yang menjadi alasan di balik rencana penutupan berkala kunjungan ke habitat hewan purba tersebut.
Kepala BTNK Hendrikus Rani Siga mengatakan, terus melonjaknya kunjungan ke TN Komodo dikhawatirkan mengancam keberlangsungan ekosistem setempat jika tidak dikendalikan.
“Ada semacam kekhawatiran jika lonjakan itu berlangsung bisa mengancam sumber daya alam, terutama di perairan,” ungkap Siga saat sosialisasi rencana penutupan TN Komodo di Labuan Bajo, Selasa (20/8/2024).
Menurut dia, dampak buruk untuk ekosistem perairan sangat luar biasa, antara lain dalam bentuk limbah dan sampah. "Kemudian para penyelam yang belum profesional masih belajar, dampak kerusakan bagi ekosistem cukup tinggi," tambah dia.
Alasan lain dikatakannya terkait dengan masih maraknya aktivitas ilegal, seperti perburuan liar dan pembakaran lahan, di TN Komodo oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Kondisi-kondisi ini membuat pihaknya memandang perlu mengistirahatkan sejenak kawasan TN Komodo dari aktivitas kunjungan melalui penutupan secara berkala.
“Sehingga memang alam bawah sadar kita memang harus ada waktu tertentu untuk istirahat. Itu yang melatarbelakangi ide ini muncul,” ujar Siga.
Dia mengakui, hal tersebut sebenarnya masih dalam kajian. Banyaknya respon publik yang berseliweran terhadap rencana tersebut membuat sosialisasi akhirnya dipercepat.
“Sebenarnya ada tahapan-tahapan yang harus kami lakukan yang pertama adalah kajian, konsultasi publik. Kalau perlu kajian ulang, kita kaji lagi, untuk melihat sebenarnya respons publik terhadap kajian ini. Kemudian sosialiasi baru keputusan akhir,” kata Siga.
Informasi yang diperoleh, BTNK berencana menutup akses kunjungan ke TN Komodo secara berkala mulai tahun 2025 dengan maksud untuk memberikan jeda bagi pemulihan ekosistem dalam kawasan tersebut.
(ams)