Kisah Heroik Laskar Wanita, Pasukan Intelijen Khusus Penghubung Pejuang Gerilyawan Arek Malang

Senin, 19 Agustus 2024 - 08:49 WIB
loading...
Kisah Heroik Laskar...
Laswi pasukan intelejen perempuan penghubung antar pejuang. Foto/Ist/Museum Reenactor
A A A
Di balik perjuangan heroik mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, tersimpan kisah luar biasa dari para perempuan Malang yang berani mengambil peran penting dalam pertempuran melawan penjajah. Pada tanggal 21 Juli 1947, ketika Belanda mulai kembali memasuki wilayah Malang setelah Proklamasi Kemerdekaan, para pejuang kota bergerak dengan semangat membara.

Mereka melakukan aksi bumi hangus, membakar bangunan-bangunan milik Belanda, sebagai bentuk perlawanan terhadap upaya Belanda untuk kembali menguasai Indonesia. Namun, di tengah kekacauan dan ancaman yang terus membayangi, peran perempuan tidak kalah penting. Dalam suasana mencekam, para ibu-ibu dan perempuan di Malang mengambil inisiatif sebagai bagian dari Laskar Wanita atau Laswi.

Mereka menjadi intelijen khusus yang menghubungkan para pejuang gerilya di berbagai wilayah Malang. Dengan kecerdikan dan keberanian yang luar biasa, mereka menyamar sebagai pedagang untuk bisa melintasi pos-pos pemeriksaan Belanda tanpa terdeteksi. "Benar, jadi Laskar Wanita atau Laswi itu dibentuk untuk berkomunikasi antar pasukan di Malang," kata Eko Irawan, Pemerhati Sejarah Malang, dikonfirmasi pada Senin (19/8/2024).



Laswi memiliki markas di beberapa lokasi strategis, termasuk Singosari, Pakisaji, Peniwen, Kromengan, Klayatan, dan Ketawanggede. Di markas inilah mereka merencanakan aksi, menyusun strategi, dan menyampaikan pesan-pesan penting antar pasukan pejuang. Salah satu trik cerdas yang mereka gunakan adalah menyembunyikan pesan-pesan tersebut di tempat yang tidak terduga, seperti di bagian tubuh yang jarang diperiksa, misalnya di bokong.

Dengan cara ini, mereka berhasil mengelabui pemeriksaan ketat Belanda. "Para perempuan ini membawa pesan berupa surat biasanya yang ditaruh di pantatnya, supaya kalau digeledah kan tidak ketahuan," kata pengelola Museum Reenactor ini.

Pesan-pesan yang dibawa oleh para perempuan pemberani ini bukanlah hal sepele. Mereka mengantarkan informasi penting mengenai pergerakan pasukan, kapan saatnya mundur atau menyerang, hingga strategi untuk menyatukan kekuatan di berbagai wilayah. Mereka menjadi jembatan komunikasi antara tokoh-tokoh penting seperti Hamid Rusdi dan Kapten Soendjoto, serta pejuang lainnya.

"Kalau isi pesannya itu biasanya, kapan saatnya mundur, maju melakukan serangan kapan, sampai perubahan strategi, hingga penggabungan antar pasukan," tambahnya.

Laskar Wanita ini dipimpin oleh Soeprapti, dan anggotanya terdiri dari perempuan-perempuan tangguh seperti Tutuk Rukamah, Soekesi, Nurul Komariah Soetowidjojo, Marhati, Petty Soeparmi Kadarisman, dan Ninik Suratmi. Meski hanya sebagian nama yang tercatat dalam sejarah, sebenarnya banyak perempuan lain yang ikut terlibat dalam perjuangan ini, menyamar sebagai pedagang sayur dan lainnya untuk menjalankan misi berbahaya ini.

Dengan peran yang luar biasa ini, Laskar Wanita atau Laswi menjadi mata dan telinga bagi gerilyawan pejuang, memastikan mereka tetap waspada dan dapat menghindari serangan mendadak dari Belanda. Kisah keberanian dan kecerdikan mereka merupakan bukti bahwa perempuan juga memiliki andil besar dalam perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
(hri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1950 seconds (0.1#10.140)