Kisah Asmujiono, Prajurit TNI yang Sempat Tak Diluluskan Prabowo Masuk Kopassus, Ternyata Taklukkan Everest

Kamis, 01 Agustus 2024 - 16:06 WIB
loading...
Kisah Asmujiono, Prajurit...
Asmujiono, prajurit Kopassus saat mengibarkan Bendera Merah Putih di puncak Gunung Everest pada 26 April 1997, pukul 15.45 waktu Nepal. Foto/Ist
A A A
Asmujiono, seorang prajurit TNI yang berasal dari Dusun Kebonsari, Kecamatan Tumpang, Malang, kini hidup sebagai pensiunan sejak 2011 dengan pangkat terakhir sersan kepala (serka). Kisahnya yang penuh inspirasi mengangkat nama Indonesia di kancah dunia.

Pada tahun 1993, Asmujiono bergabung dengan Kopassus dan berhasil lulus setahun kemudian. Pengalaman pertamanya sebagai anggota Kopassus membawanya ke Timor Timur. Namun, perjalanan kariernya yang paling menonjol terjadi saat ia bergabung dengan tim Everest 1997.

Tim Everest 1997 dibentuk dengan misi mengibarkan Merah Putih di puncak tertinggi dunia, di bawah arahan Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus saat itu, Prabowo Subianto. Untuk menjadi bagian dari tim ini, Asmujiono harus bersaing dengan rekan-rekannya, membuktikan bahwa ia layak diberi kesempatan untuk menaklukkan gunung setinggi 8.848 meter tersebut.

Asmujiono terpilih sebagai salah satu dari 43 anggota tim, yang terdiri dari personel Kopassus dan masyarakat sipil. Tim ini diberangkatkan ke Nepal pada November 1996 dan melakukan berbagai persiapan, termasuk latihan di bawah bimbingan pelatih dan dokter dari Rusia serta sherpa terbaik dari Nepal.



Selama aklimatisasi, tim yang semula terdiri dari 43 orang diseleksi kembali menjadi 16 orang yang dinilai mampu mendaki Everest. Dari 16 orang tersebut, 10 di antaranya merupakan anggota Kopassus, termasuk Asmujiono yang saat itu berpangkat prajurit satu (pratu).

Asmujiono tergabung dalam Tim Selatan bersama Sersan Satu (Sertu) Misirin dan Letnan Satu (Lettu) Iwan Setiawan. Meskipun mengalami berbagai tantangan, termasuk gejala radang dingin (frostbite), ketiga prajurit ini berhasil memulai pendakian dari basecamp 4 pada 26 April 1997.

Perjalanan menuju puncak Everest penuh dengan rintangan. Asmujiono sempat merasakan nyeri di punggung dan masalah pada tabung oksigennya. Ia beberapa kali diperingatkan untuk turun, namun keinginannya untuk mengibarkan Merah Putih tetap kuat.

"Kalau meninggal, itu risiko melaksanakan tugas, karena semboyan Kopassus, lebih baik pulang nama, daripada gagal tugas," tutur Asmujiono.



Ketika mencapai detik-detik akhir pendakian, Asmujiono sempat terjatuh dan merasa hampir kehilangan semangat. Namun, dengan dorongan dari pelatih dan sherpa, ia berhasil mencapai puncak pada 26 April 1997, pukul 15.45 waktu Nepal.

Dengan bangga, ia mengibarkan Merah Putih dan mengenakan baret merah kebanggaan Kopassus di puncak tertinggi dunia. "Perasaan saat mengibarkan Merah Putih, itu antara hidup dan mati, haru dan sedih. Namun saya merasa bangga. Terharu dan bangga, sebagai anak yatim piatu, saya bisa mengibarkan Merah Putih di puncak tertinggi dunia, dan mewujudkan keinginan Indonesia,"ungkapnya.

Perjuangan Asmujiono yang penuh dedikasi ini mengantarkannya menerima penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai anggota Kopassus pertama yang mencapai puncak Everest. Namun, perjalanan Asmujiono dalam dunia militer tidak selalu mulus.

Dalam sebuah acara peringatan 17 tahun berkibarnya Merah Putih di Everest, Prabowo Subianto mengungkapkan bahwa Asmujiono sebenarnya tidak lulus tes masuk Kopassus karena tinggi badannya yang kurang dari syarat minimal 168 cm.

"Asmujiono ini sebenarnya nggak lulus tes masuk Kopassus. Karena terlalu pendek. Saya membuat peraturan, Komando Indonesia harus tinggi. Minimal 168 cm,"ucap Prabowo di acara tersebut yang digelar Fadli Zon Library di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, 26 April 2014 silam.

Namun, semangat dan tekad Asmujiono membuat Prabowo mengubah keputusannya, memungkinkan pria bertinggi 165 cm ini untuk bergabung dengan Kopassus dan mencapai prestasi luar biasa.

"Ya sudah, kali ini kita sepakati tidak 168 cm. Dan terbukti dialah yang mencapai puncak tertinggi dunia," ungkap Prabowo kala itu.

Asmujiono adalah contoh nyata bahwa dengan semangat dan tekad yang kuat, tidak ada yang tidak mungkin untuk dicapai. Kisahnya menginspirasi banyak orang dan mengingatkan kita bahwa perjuangan dan dedikasi adalah kunci untuk mencapai impian.
(hri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2634 seconds (0.1#10.140)