Sungai Citarum Dituding Terkontaminasi Obat-obatan, Sekda Jabar Buka Suara
loading...
A
A
A
BANDUNG - Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Barat, Herman Suryatman meluruskan informasi yang menyebutkan bahwa Sungai Citarum terkontaminasi obat-obatan.
Sebelumnya, ramai di media terkait temuan hasil hasil penelitian dari Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air - BRIN, dari penelitian tersebut dikatakan adanya kontaminasi obat-obatan di sungai terpanjang di Jabar itu.
Mengenai adanya miss informasi tersebut, Herman mengatakan bahwa semua pihak harus cermat dalam memahami hasil penelitian dari Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air - BRIN tersebut.
Herman menjelaskan, penelitian tersebut merupakan hasil penelitian tahap pertama di mana sasaran penelitiannya adalah persepsi masyarakat, bukan air Sungai Citarum.
"Saya sudah konfirmasi langsung dengan Ibu Retno sebagai penelitinya. Beliau menyayangkan pemberitaan tersebut. Dijelaskan bahwa itu hasil penelitian tahap pertama dan fokusnya ke persepsi masyarakat terkait risiko pembuangan obat-obatan. Jadi sasaran penelitiannya persepsi masyarakat, bukan air Sungai Citarum," jelas Herman dalam keterangan resminya, dikutip Senin (15/7/2024).
Kemudian, Herman menyampaikan sesuai informasi dari BRIN bahwa pada tanggal 4 Juli 2024, Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air - BRIN mengadakan webinar rutin dengan narasumber Rosetyati Retno Utami dan rekannya Anindrya Nastiti dari ITB.
Dalam webinar tersebut, Rosetyati Retno Utami diberikan kesempatan memaparkan hasil penelitian tim mengenai persepsi risiko pembuangan sisa obat-obatan dan estimasi penggunaan obat-obatan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum berdasarkan hasil survei terhadap masyarakat di DAS Citarum Hulu.
"Kami sudah janjian dengan Ibu Retno untuk bertemu langsung dan berdiskusi terkait risiko pembuangan obat-obatan tersebut. Bagi kami ada hikmahnya, kami harus segera antisipasi kemungkinan terjadi kontaminasi terhadap Sungai Citarum,” ujar Herman.
Herman juga mengimbau kepada semua pihak yang bekerja di media agar lebih cermat lagi dalam memahami hasil penelitian tahap pertama.
“Kepada teman-teman media dan pihak lainnya, kami mohon untuk lebih cermat dalam memahami hasil penelitian tahap pertama dimaksud yang fokusnya pada persepsi masyarakat," ucapnya.
Pada kesempatan terpisah, Rosetyati Retno Utami, Peneliti Ahli Madya, Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN menyampaikan bahwa penelitian tentang 'Quantifying Medicine Usage and Unveiling Disposal Practices: Environmental Concerns and Public Perceptions in the River Basin Households', merupakan penelitian tahap pertama untuk menggali persepsi risiko masyarakat dalam membuang sisa obat-obatan dan estimasi penggunaan obat skala rumah tangga.
Retno juga menegaskan bahwa sasaran penelitiannya adalah masyarakat, bukan air Sungai Citarum.
"Riset kami ini terbagi dalam dua tahap dan ini baru hasil di tahap pertama, yakni terkait persepsi masyarakat dalam membuang sisa obat-obatan,” ungkap Retno.
“Dalam webinar maupun statement di laman BRIN tidak kami sebutkan pencemaran APIs (Active Pharmaceutical Ingredients) di Sungai Citarum karena memang kami baru akan melakukan pengukuran konsentrasi APIs di Sungai Citarum rencananya pada kegiatan riset di tahap kedua," ujarnya.
Lihat Juga: Dukung Pemerintahan Prabowo, Cagub Jabar Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie Buat Program Telur Asih
Sebelumnya, ramai di media terkait temuan hasil hasil penelitian dari Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air - BRIN, dari penelitian tersebut dikatakan adanya kontaminasi obat-obatan di sungai terpanjang di Jabar itu.
Mengenai adanya miss informasi tersebut, Herman mengatakan bahwa semua pihak harus cermat dalam memahami hasil penelitian dari Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air - BRIN tersebut.
Herman menjelaskan, penelitian tersebut merupakan hasil penelitian tahap pertama di mana sasaran penelitiannya adalah persepsi masyarakat, bukan air Sungai Citarum.
"Saya sudah konfirmasi langsung dengan Ibu Retno sebagai penelitinya. Beliau menyayangkan pemberitaan tersebut. Dijelaskan bahwa itu hasil penelitian tahap pertama dan fokusnya ke persepsi masyarakat terkait risiko pembuangan obat-obatan. Jadi sasaran penelitiannya persepsi masyarakat, bukan air Sungai Citarum," jelas Herman dalam keterangan resminya, dikutip Senin (15/7/2024).
Kemudian, Herman menyampaikan sesuai informasi dari BRIN bahwa pada tanggal 4 Juli 2024, Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air - BRIN mengadakan webinar rutin dengan narasumber Rosetyati Retno Utami dan rekannya Anindrya Nastiti dari ITB.
Baca Juga
Dalam webinar tersebut, Rosetyati Retno Utami diberikan kesempatan memaparkan hasil penelitian tim mengenai persepsi risiko pembuangan sisa obat-obatan dan estimasi penggunaan obat-obatan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum berdasarkan hasil survei terhadap masyarakat di DAS Citarum Hulu.
"Kami sudah janjian dengan Ibu Retno untuk bertemu langsung dan berdiskusi terkait risiko pembuangan obat-obatan tersebut. Bagi kami ada hikmahnya, kami harus segera antisipasi kemungkinan terjadi kontaminasi terhadap Sungai Citarum,” ujar Herman.
Herman juga mengimbau kepada semua pihak yang bekerja di media agar lebih cermat lagi dalam memahami hasil penelitian tahap pertama.
“Kepada teman-teman media dan pihak lainnya, kami mohon untuk lebih cermat dalam memahami hasil penelitian tahap pertama dimaksud yang fokusnya pada persepsi masyarakat," ucapnya.
Pada kesempatan terpisah, Rosetyati Retno Utami, Peneliti Ahli Madya, Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN menyampaikan bahwa penelitian tentang 'Quantifying Medicine Usage and Unveiling Disposal Practices: Environmental Concerns and Public Perceptions in the River Basin Households', merupakan penelitian tahap pertama untuk menggali persepsi risiko masyarakat dalam membuang sisa obat-obatan dan estimasi penggunaan obat skala rumah tangga.
Retno juga menegaskan bahwa sasaran penelitiannya adalah masyarakat, bukan air Sungai Citarum.
"Riset kami ini terbagi dalam dua tahap dan ini baru hasil di tahap pertama, yakni terkait persepsi masyarakat dalam membuang sisa obat-obatan,” ungkap Retno.
“Dalam webinar maupun statement di laman BRIN tidak kami sebutkan pencemaran APIs (Active Pharmaceutical Ingredients) di Sungai Citarum karena memang kami baru akan melakukan pengukuran konsentrasi APIs di Sungai Citarum rencananya pada kegiatan riset di tahap kedua," ujarnya.
Lihat Juga: Dukung Pemerintahan Prabowo, Cagub Jabar Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie Buat Program Telur Asih
(shf)