Buka PPG 2024, Plt Dirjen Pendis Optimistis Guru PAI Makin Berdaya Saing
loading...
A
A
A
Prof Abu menilai, tantangan yang dihadapi guru agama termasuk PAI saat ini tidaklah ringan. Sebab dampak dari perkembangan teknologi yang pesat, para siswa begitu mudah sekali mendapatkan pengetahuan yang diajarkan sangat profesional namun bukan berasal dari sosok guru.
Pengetahuan itu antara lain didapat dari berbagai platform media sosial atau alat pencari yang begitu mudah diakses tanpa mengenal tempat, waktu dan kondisi.
"Harus disadari bahwa saat ini bapak dan ibu juga harus bersaing dengan guru yang profesional, meski tidak ikut PPG. Siapa dia? Yakni media sosia seperti YouTube dan juga google. Mereka mengajarkan dengan setia dan menemani anak-anak kita. Ini harus disadari, tantangan ibu dan bapak sangat luar biasa," tandas guru besar UIN Walisongo Semarang ini.
Atas beragam tantangan itu, Prof Abu meminta para peserta PPG agar serius mengikuti proses perkuliahan hingga tuntas.
Sebab PPG jelas menjadi incaran banyak guru yang menyebabkan antrean untuk mengikuti pendidikan ini mencapai 27 hingga 30 tahun.
Agar bisa berhasil, dia meminta para peserta bisa tekun, rajin dan tidak mudah menyerah meski proses perkuliahan dilakukan di sela kewajiban mengajar, mengurusi rumah tangga dan lainnya.
"Kalau memang tidak serius mohon jangan diloloskan karena ini semata-mata demi bisa memacu kompetensi agar guru lebih berprestasi di kemudian hari. Jadikanlah PPG ini sebagai motivasi yang kuat. Saatnya juga menunjukkan kalau guru PAI mampu bersaing dengan guru bidang studi yang lain," harapnya.
Atas terselenggaranya PPG ini, Prof Abu juga mengapresiasi tinggi kepada Direktorat PAI yang telah berkolaborasi dengan pemerintah daerah. Dia berharap dukungan besar dari pemerintah daerah ini bisa dijawab dengan menelurkan lulusan yang berkualitas.
Direktur PAI Kementerian Agama M Munir menjelaskan, PPG 2024 digelar dengan sistem daring dan melibatkan 48 Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidik dan Kependidikan (LPTK) Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN).
Menurutnya, PPG adalah bentuk komitmen negara untuk menciptakan para guru yang memiliki kompetensi serta inovatif.
Pengetahuan itu antara lain didapat dari berbagai platform media sosial atau alat pencari yang begitu mudah diakses tanpa mengenal tempat, waktu dan kondisi.
"Harus disadari bahwa saat ini bapak dan ibu juga harus bersaing dengan guru yang profesional, meski tidak ikut PPG. Siapa dia? Yakni media sosia seperti YouTube dan juga google. Mereka mengajarkan dengan setia dan menemani anak-anak kita. Ini harus disadari, tantangan ibu dan bapak sangat luar biasa," tandas guru besar UIN Walisongo Semarang ini.
Atas beragam tantangan itu, Prof Abu meminta para peserta PPG agar serius mengikuti proses perkuliahan hingga tuntas.
Sebab PPG jelas menjadi incaran banyak guru yang menyebabkan antrean untuk mengikuti pendidikan ini mencapai 27 hingga 30 tahun.
Agar bisa berhasil, dia meminta para peserta bisa tekun, rajin dan tidak mudah menyerah meski proses perkuliahan dilakukan di sela kewajiban mengajar, mengurusi rumah tangga dan lainnya.
"Kalau memang tidak serius mohon jangan diloloskan karena ini semata-mata demi bisa memacu kompetensi agar guru lebih berprestasi di kemudian hari. Jadikanlah PPG ini sebagai motivasi yang kuat. Saatnya juga menunjukkan kalau guru PAI mampu bersaing dengan guru bidang studi yang lain," harapnya.
Atas terselenggaranya PPG ini, Prof Abu juga mengapresiasi tinggi kepada Direktorat PAI yang telah berkolaborasi dengan pemerintah daerah. Dia berharap dukungan besar dari pemerintah daerah ini bisa dijawab dengan menelurkan lulusan yang berkualitas.
Direktur PAI Kementerian Agama M Munir menjelaskan, PPG 2024 digelar dengan sistem daring dan melibatkan 48 Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidik dan Kependidikan (LPTK) Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN).
Menurutnya, PPG adalah bentuk komitmen negara untuk menciptakan para guru yang memiliki kompetensi serta inovatif.