Raih Peringkat Tiga Penghasil Migas Nasional, Pj Gubernur Jatim Tekankan Pentingnya Manajemen Rantai Pasok
loading...
A
A
A
SURABAYA - Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Timur Adhy Karyono membuka kegiatan Indonesian Oil & Gas Supply Chain Management Summit 2024 (IOG SCM Summit 2024) di Hotel Westin, Surabaya, Senin (10/7/2024).
Turut dihadiri Wakil SKK Migas Shinta Damayanti, Deputi Dukungan Bisnis SKK Migas Rudi Satwiko, Direktur operasional Pertamina Joko Priambodo dan VP SCM Regional Pertamina EP, Bayu Kusuma Tri Aryanto, kegiatan ini mengusung tema "Menavigasi Rencana Jangka Panjang Melalui Rantai Pasok Terintegrasi dan Kolaboratif.”
Adhy mengatakan, kegiatan ini sangat penting dan strategis dalam mewujudkan koordinasi dan sinergitas antar Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dalam meningkatkan sektor ekonomi. Terutama karena Jawa Timur merupakan peringkat ketiga nasional daerah penghasil migas terbesar setelah Riau dan Kalimantan Timur.
Untuk itu, dikatakan Adhy, manajemen rantai pasok melalui database yang terintegrasi dari hulu ke hilir untuk memberikan kemudahan bagi kontraktor maupun investor.
"Saya salut dengan digitalisasi di dalam rantai pasok di sektor migas yang sudah kuat, sehingga memudahkan satu pintu terkoneksi dengan semua stakeholder. Selain itu, pemerintah juga mampu memberikan kemudahan perizinan bagi investor," kata Adhy.
Lebih lanjut, Adhy menjelaskan kegiatan ini mendukung upaya pemerintah dalam rangka percepatan target produksi migas yang telah ditetapkan serta dapat memberikan solusi, terobosan teknologi, dan strategi efektif mempercepat digitalisasi rantai pasok dalam menyelesaikan permasalahan kompleks operasional hulu migas.
"Kami berharap, kegiatan SCM di sektor hulu minyak dan gas bumi menghasilkan terobosan dan upaya agresif dengan prinsip lean SCM untuk mendukung target industri hulu minyak dan gas mencapai produksi minyak 1 juta barel oil per daya (BPOD) dan gas 12 billion standard cubic feet day (BSCFD) 2030," tuturnya.
(Foto: dok Pemprov Jatim)
Tidak sekadar meningkatkan kualitas industri migas dari sisi ekonomi, kegiatan ini dinilai memiliki dampak global, khususnya dalam negeri untuk berpartisipasi aktif meningkatkan daya saing dan membentuk efek berganda untuk perekonomian nasional. Salah satunya adalah membantu pelaku UMKM berupa pembinaan dan bantuan modal kerja.
"Upaya tersebut tidak sekadar menegaskan keberadaan industri sektor migas dalam hal pengelolaan migas saja, tetapi memberi efek kepada masyarakat sehingga meningkatkan daya beli dan menurunkan angka pengangguran," ujar Adhy.
Turut dihadiri Wakil SKK Migas Shinta Damayanti, Deputi Dukungan Bisnis SKK Migas Rudi Satwiko, Direktur operasional Pertamina Joko Priambodo dan VP SCM Regional Pertamina EP, Bayu Kusuma Tri Aryanto, kegiatan ini mengusung tema "Menavigasi Rencana Jangka Panjang Melalui Rantai Pasok Terintegrasi dan Kolaboratif.”
Adhy mengatakan, kegiatan ini sangat penting dan strategis dalam mewujudkan koordinasi dan sinergitas antar Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dalam meningkatkan sektor ekonomi. Terutama karena Jawa Timur merupakan peringkat ketiga nasional daerah penghasil migas terbesar setelah Riau dan Kalimantan Timur.
Untuk itu, dikatakan Adhy, manajemen rantai pasok melalui database yang terintegrasi dari hulu ke hilir untuk memberikan kemudahan bagi kontraktor maupun investor.
"Saya salut dengan digitalisasi di dalam rantai pasok di sektor migas yang sudah kuat, sehingga memudahkan satu pintu terkoneksi dengan semua stakeholder. Selain itu, pemerintah juga mampu memberikan kemudahan perizinan bagi investor," kata Adhy.
Lebih lanjut, Adhy menjelaskan kegiatan ini mendukung upaya pemerintah dalam rangka percepatan target produksi migas yang telah ditetapkan serta dapat memberikan solusi, terobosan teknologi, dan strategi efektif mempercepat digitalisasi rantai pasok dalam menyelesaikan permasalahan kompleks operasional hulu migas.
"Kami berharap, kegiatan SCM di sektor hulu minyak dan gas bumi menghasilkan terobosan dan upaya agresif dengan prinsip lean SCM untuk mendukung target industri hulu minyak dan gas mencapai produksi minyak 1 juta barel oil per daya (BPOD) dan gas 12 billion standard cubic feet day (BSCFD) 2030," tuturnya.
(Foto: dok Pemprov Jatim)
Tidak sekadar meningkatkan kualitas industri migas dari sisi ekonomi, kegiatan ini dinilai memiliki dampak global, khususnya dalam negeri untuk berpartisipasi aktif meningkatkan daya saing dan membentuk efek berganda untuk perekonomian nasional. Salah satunya adalah membantu pelaku UMKM berupa pembinaan dan bantuan modal kerja.
"Upaya tersebut tidak sekadar menegaskan keberadaan industri sektor migas dalam hal pengelolaan migas saja, tetapi memberi efek kepada masyarakat sehingga meningkatkan daya beli dan menurunkan angka pengangguran," ujar Adhy.