Kisah Pernikahan Anak Raja Ubah Status Dyah Balitung Berkuasa di Mataram Kuno
loading...
A
A
A
Dyah Balitung menjadi satu dari sejumlah raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Mataram Kuno. Sosoknya sendiri sebenarnya adalah raja bawahan di wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno, semasa Rakai Humalang Mpu Teguh berkuasa.
Dyah Balitung berasal dari wilayah Watukura, suatu wilayah dikenal dengan nama Bagelen. Sementara Bagelen sendiri, menurut Poerbatjaraka berasal dari nama Galuh atau Pagaluhan, semula masuk wilayah Kerajaan Galuh masuk Kecamatan Purwodadi, Purworejo, Jawa Tengah.
Dikarenakan berasal dari Watukura, yang sekarang Kedu Selatan, dan menjadi pangeran atau haji, atau raja bawahan di wilayah tersebut, maka Dyah Balitung dikenal dengan nama Rakai Watukura atau Rakai Watukura Dyah Balitung Sri Dharmodaya Mahasambhu.
Nama Watukura pun tetap digunakan oleh Dyah Balitung sebagai gelar raja sesudah menjadi penguasa Medang, pada tahun 898-910 M, dikisahkan dari "13 Raja Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah Kerajaan di Tanah Jawa".
Adapun gelar raja Dyah Balitung yang menggunakan nama Watukura, yaitu Rakai Watukura Dyah Balitung Sri Iswarakesawasamarattungga, dan Rakai Watukura Dyah Balitung Sri Iswarakesawotsawatungga.
Sementara gelar raja Dyah Balitung yang tidak menggunakan nama Watukura adalah Janardanottungga Dyah Balitung dan Garuda Muka, yang tercantum dalam Prasasti Tulanan, 832 Saka.
Posisi Dyah Balitung yang menjadi raja bawahan di Kerajaan Mataram kuno, semasa Rakai Humalang membuatnya tidak bisa menolak perintah dari Rakai Humalang.
Saat itu Rakai Humalang meminta Dyah Balitung untuk menyerang Rakai Gurungwangi Dyah Saladu dan Rakai Limus Dyah Dewendra, yang telah menggulingkan Rakai Mamrati Dyah Lokapala dari takhta kekuasaannya di Medang.
Berkat jasa kepahlawanannya, Dyah Balitung kemudian dinikahkan oleh Rakai Humalang Mpu Teguh dengan putrinya.
Anugerah yang diterima oleh Dyah Balitung tidak hanya sampai di situ. Pasca kemangkatan Rakai Humalang Mpu Teguh, Dyah Balitung dinobatkan sebagai raja Medang. Alhasil Dyah Balitung pun ketiban sangkur menjadi raja di Mataram.
Kalau merujuk pada fakta dinobatkannya Dyah Balitung sebagai raja, maka pemerintahan Medang di bawah kekuasaan Dinasti Sanjaya pernah terputus.
Dinasti Sanjaya kembali memegang kekuasaan Medang sesudah Mpu Daksa, yang merupakan putra kandung Rakai Humalang Mpu Teguh menjabat sebagai raja sesudah mampu menggulingkan kekuasaan Dyah Balitung pada tahun 898 M.
Lihat Juga: Kisah Kyai Cokro, Pusaka Andalan Pangeran Diponegoro Melawan Kebatilan dan Kezaliman Belanda
Dyah Balitung berasal dari wilayah Watukura, suatu wilayah dikenal dengan nama Bagelen. Sementara Bagelen sendiri, menurut Poerbatjaraka berasal dari nama Galuh atau Pagaluhan, semula masuk wilayah Kerajaan Galuh masuk Kecamatan Purwodadi, Purworejo, Jawa Tengah.
Dikarenakan berasal dari Watukura, yang sekarang Kedu Selatan, dan menjadi pangeran atau haji, atau raja bawahan di wilayah tersebut, maka Dyah Balitung dikenal dengan nama Rakai Watukura atau Rakai Watukura Dyah Balitung Sri Dharmodaya Mahasambhu.
Nama Watukura pun tetap digunakan oleh Dyah Balitung sebagai gelar raja sesudah menjadi penguasa Medang, pada tahun 898-910 M, dikisahkan dari "13 Raja Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah Kerajaan di Tanah Jawa".
Adapun gelar raja Dyah Balitung yang menggunakan nama Watukura, yaitu Rakai Watukura Dyah Balitung Sri Iswarakesawasamarattungga, dan Rakai Watukura Dyah Balitung Sri Iswarakesawotsawatungga.
Sementara gelar raja Dyah Balitung yang tidak menggunakan nama Watukura adalah Janardanottungga Dyah Balitung dan Garuda Muka, yang tercantum dalam Prasasti Tulanan, 832 Saka.
Posisi Dyah Balitung yang menjadi raja bawahan di Kerajaan Mataram kuno, semasa Rakai Humalang membuatnya tidak bisa menolak perintah dari Rakai Humalang.
Saat itu Rakai Humalang meminta Dyah Balitung untuk menyerang Rakai Gurungwangi Dyah Saladu dan Rakai Limus Dyah Dewendra, yang telah menggulingkan Rakai Mamrati Dyah Lokapala dari takhta kekuasaannya di Medang.
Berkat jasa kepahlawanannya, Dyah Balitung kemudian dinikahkan oleh Rakai Humalang Mpu Teguh dengan putrinya.
Anugerah yang diterima oleh Dyah Balitung tidak hanya sampai di situ. Pasca kemangkatan Rakai Humalang Mpu Teguh, Dyah Balitung dinobatkan sebagai raja Medang. Alhasil Dyah Balitung pun ketiban sangkur menjadi raja di Mataram.
Kalau merujuk pada fakta dinobatkannya Dyah Balitung sebagai raja, maka pemerintahan Medang di bawah kekuasaan Dinasti Sanjaya pernah terputus.
Dinasti Sanjaya kembali memegang kekuasaan Medang sesudah Mpu Daksa, yang merupakan putra kandung Rakai Humalang Mpu Teguh menjabat sebagai raja sesudah mampu menggulingkan kekuasaan Dyah Balitung pada tahun 898 M.
Lihat Juga: Kisah Kyai Cokro, Pusaka Andalan Pangeran Diponegoro Melawan Kebatilan dan Kezaliman Belanda
(ams)