Mattompang Arajang, Ritual Adat Sakral Menyucikan Benda Pusaka Kerajaan Bone

Sabtu, 20 April 2024 - 20:42 WIB
loading...
Mattompang Arajang, Ritual Adat Sakral Menyucikan Benda Pusaka Kerajaan Bone
Prosesi Mattopompang Arajang ritual digelar sebagai rangkaian Peringatan Hari Jadi Bone ke-694 tahun di Halaman Rumah Jabatan Bupati Bone, Sabtu, (20/4/2024). Foto/Abdoellah Nicolha
A A A
BONE - Prosesi Mattopompang Arajang ritual kembali digelar sebagai rangkaian Peringatan Hari Jadi Bone ke-694 tahun di Halaman Rumah Jabatan Bupati Bone, Sabtu, (20/4/2024). Mattompang Arajang adalah sebuah ritual adat yang penuh kesakralan karena untuk menyucikan benda-benda pusaka Kerajaan Bone.

Mattompang" atau "Mappepaccing" berarti menyucikan, dan "Arajang" merujuk pada benda atau sekumpulan benda pusaka. Mattompang biasanya dilakukan dalam rangka Hari Jadi Bone dan meliputi beberapa tahapan.

Mulai dari pengambilan air di sumur-sumur tertentu untuk pembersihan arajang, pengucapan kata-kata permohonan izin oleh para bissu (pendeta adat), dan prosesi pencucian benda pusaka yang dilakukan oleh pandai besi kerajaan dengan diiringi tarian dan musik tradisional.

Mattompang Arajang tidak hanya penting secara budaya, tetapi juga sebagai cara untuk merawat dan melestarikan sejarah serta identitas lokal Kabupaten Bone.



Pada proses sacral itu, hadir Penjabat (Pj) Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin bersama Kapolda Sulsel Andi Rian R Djajadi. Turut hadir Penjabat Ketua TP PKK Sulsel Sofha Marwah Bahtiar, dan sejumlah kepala daerah di Sulsel.

Penjabat Bupati Bone, Andi Islamuddin mengatakan, Hari Jadi Bone bertambah baik dengan kehadiran Penjabat Gubernur yang siap berkontribusi dan membawa kebermanfaatan untuk Kabupaten Bone.

"Hari ini kita berkumpul dalam suatu harapan kebaikan di mana kebersamaan akan terus terjaga," kata Islamuddin.

Sementara, Bahtiar Baharuddin menyampaikan bahwa kata atau frasa Bone bukan sekadar tempat lahir atau daerah administrasi. Tapi adalah sistem hidup dan sebuah nilai. “Jadi kata Bone atau frasanya itu mengandung nilai dan identitas," kata Bahtiar.



Di usia 694 tahun Bone, kata Bahtiar, daerah ini yang dalam perjalanan dan manusia yang membentuk nilai peradaban. Menyampaikan kehebatan dan peran dari diaspora dari Bone di berbagai belahan dunia. “Di mana pun kita merantau, selalu kita membawa identitas kita" sebutnya.

Ulang tahun ini sekaligus menjadi momentum mengembalikan marwah dan meneguhkan kembali jiwa-jiwa orang Bone yang kuat dan berjiwa petarung. “Di usia ke 694 Bone ini, mengingatkan agar berkarakter Bone sejatinya menjadi pemimpin di mana pun dan memegang teguh kepribadian,” ungkapnya.

Kemudian di akhir sambutannya, di depan tamu yang berasal dari kerajaan se-Nusantara serta negara sahabat, Bahtiar menyampaikan bahwa Sulsel tidak memiliki pantun tetapi pesan-pesan dalam Pappaseng.

"Narekko meneloriwi atinna padammu rupatau abbereang toi atimmu, yang berarti, kalau engkau mengharapkan hati orang lain, berikanlah juga hatimu. Wejangan ini mengajarkan agar kita selalu berbuat baik dan ikhlas terhadap sesama manusia," tuturnya.

Pada kesempatan ini, Bahtiar menyampaikan bahwa Presiden memberikan alokasi anggaran untuk membangun jalan poros Maros-Bone Rp1,7 triliun. Demikian juga tahun ini diberikan Rp900 miliar untuk Inpres Jalan Daerah.

Pelabuhan Pattiro tahun ini didorong menjadi pelabuhan barang. Serta berkoordinasi memperpanjang landasan Bandara Bone menjadi 2.500 meter. Tahun ini Pemprov juga memberikan bantuan untuk kurang lebih 950 titik di Kota Bone, yang akan diberikan penerangan lampu.

Selain itu, ada juga bantuan keuangan untuk jalan sebesar Rp100 miliar, Bahrtiar juga menyerahkan bantuan CSR Rumah Ibadah di Tanete Riattang dari Bank Sulselbar.
(wib)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3269 seconds (0.1#10.140)