Kisah Hidup Gajah Mada: Pemberontakan Sadeng Pembuka Jalan Jadi Pejabat Majapahit
loading...
A
A
A
Peristiwa pemberontakan di Sadeng menandai jalan Gajah Mada naik menjadi pejabat penting di Kerajaan Majapahit. Saat itu Gajah Mada memang belum dilantik, ia masih berstatuskan patih biasa di lingkungan istana kerajaan.
Peristiwa Sadeng pada 1253 Saka atau 1331 Masehi, membuka jalan Gajah Mada naik pangkat. Konon di kala itu Gajah Mada kalah cepat dengan Kembar, dalam meredam pemberontakan dari putra raja di Pamelekahan, daerah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Kembar saat itu berhasil mengepung Sadeng, sebelum Gajah Mada berangkat ke Sadeng. Hal ini membuat Gajah Mada sempat sedih. Tetapi tindakan Kembar itu membuat menteri dan mahapatih amangkubhumi kala itu Mpu Tadah marah.
Dikutip dari buku “Menuju Puncak Kemegahan Sejarah Kerajaan Majapahit” karya Slamet Muljana, pejabat istana Kerajaan Majapahit tak mau terperdaya dengan laporan Kembar berhasil mengepung dan menumpas pemberontakan.
Maka sebagai tindakan awal, Patih amangku bumi lalu mengirimkan mantri luar, lima bekel jumlahnya, masing - masing terdiri dari lima orang, untuk menghajar Kembar.
Mereka pun yang sudah berrniat mencari Kembar, akhirnya bertemu di hutan, saat itu Kembar sedang duduk di sebuah pokok kayu roboh, seperti seorang naik kuda.
Tangannya membawa cemeti. Kepada Kembar, lima orang ini pun menyampaikan pesan patih amangku bumi Aria Tadah, yang ingin menghajarnya.
Mereka beranggapan Kembar ingkar janji dan memperdayai sang patih untuk mengepung Sadeng terlebih dahulu. Namun pesan Aria Tadah pun disambut tantangan oleh Kembar. "Kembar tidak takut kepada tuanmu!" tegas Kembar, kepada utusan dari Aria Tadah ini.
Urusan ini kembali ke istana untuk menceritakan apa yang dialaminya ketika bertemu Kembar. Gajah Mada yang telah mempunyai keinginan menaklukkan Sadeng, begitu ingin berangkat. Tapi ia pribadi tak ingin menimbulkan sengketa dan konflik dengan Kembar.
Alhasil sang rani atau Raja Majapahit Tribhuwana Tunggadewi berangkat sendiri memimpin pasukan untuk menyerang Sadeng. Kemenangan pun datang untuk pasukan Majapahit.
Gajah Mada yang turut menyertai keberangkatan pasukan Majapahit ke Sadeng juga mendapat kenaikan pangkat langsung oleh raja, menjadi angabehi. Tak hanya Gajah Mada, semua peserta usai peristiwa Sadeng dan Keta diberikan kenaikan pangkatnya.
Tapi setelah itu dikisahkan pada tahun Saka 1256, gempa bumi melanda dan membuat beberapa bangunan di Majapahit luluh lantah. Dari sanalah kitab Pararaton menguraikan adanya kejadian besar tentang perubahan politik pemerintahan di Majapahit.
Gajah Mada dinaikkan pangkatnya menjadi patih amangku bumi. Ia mempunyai kekuasaan untuk menetapkan jalan politik pemerintahan Majapahit.
Lihat Juga: Kisah Malam Takbiran di Timor Timur, Bukan Diiringi Suara Bedug Melainkan Desingan Peluru
Peristiwa Sadeng pada 1253 Saka atau 1331 Masehi, membuka jalan Gajah Mada naik pangkat. Konon di kala itu Gajah Mada kalah cepat dengan Kembar, dalam meredam pemberontakan dari putra raja di Pamelekahan, daerah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Kembar saat itu berhasil mengepung Sadeng, sebelum Gajah Mada berangkat ke Sadeng. Hal ini membuat Gajah Mada sempat sedih. Tetapi tindakan Kembar itu membuat menteri dan mahapatih amangkubhumi kala itu Mpu Tadah marah.
Dikutip dari buku “Menuju Puncak Kemegahan Sejarah Kerajaan Majapahit” karya Slamet Muljana, pejabat istana Kerajaan Majapahit tak mau terperdaya dengan laporan Kembar berhasil mengepung dan menumpas pemberontakan.
Maka sebagai tindakan awal, Patih amangku bumi lalu mengirimkan mantri luar, lima bekel jumlahnya, masing - masing terdiri dari lima orang, untuk menghajar Kembar.
Mereka pun yang sudah berrniat mencari Kembar, akhirnya bertemu di hutan, saat itu Kembar sedang duduk di sebuah pokok kayu roboh, seperti seorang naik kuda.
Tangannya membawa cemeti. Kepada Kembar, lima orang ini pun menyampaikan pesan patih amangku bumi Aria Tadah, yang ingin menghajarnya.
Mereka beranggapan Kembar ingkar janji dan memperdayai sang patih untuk mengepung Sadeng terlebih dahulu. Namun pesan Aria Tadah pun disambut tantangan oleh Kembar. "Kembar tidak takut kepada tuanmu!" tegas Kembar, kepada utusan dari Aria Tadah ini.
Urusan ini kembali ke istana untuk menceritakan apa yang dialaminya ketika bertemu Kembar. Gajah Mada yang telah mempunyai keinginan menaklukkan Sadeng, begitu ingin berangkat. Tapi ia pribadi tak ingin menimbulkan sengketa dan konflik dengan Kembar.
Alhasil sang rani atau Raja Majapahit Tribhuwana Tunggadewi berangkat sendiri memimpin pasukan untuk menyerang Sadeng. Kemenangan pun datang untuk pasukan Majapahit.
Gajah Mada yang turut menyertai keberangkatan pasukan Majapahit ke Sadeng juga mendapat kenaikan pangkat langsung oleh raja, menjadi angabehi. Tak hanya Gajah Mada, semua peserta usai peristiwa Sadeng dan Keta diberikan kenaikan pangkatnya.
Tapi setelah itu dikisahkan pada tahun Saka 1256, gempa bumi melanda dan membuat beberapa bangunan di Majapahit luluh lantah. Dari sanalah kitab Pararaton menguraikan adanya kejadian besar tentang perubahan politik pemerintahan di Majapahit.
Gajah Mada dinaikkan pangkatnya menjadi patih amangku bumi. Ia mempunyai kekuasaan untuk menetapkan jalan politik pemerintahan Majapahit.
Lihat Juga: Kisah Malam Takbiran di Timor Timur, Bukan Diiringi Suara Bedug Melainkan Desingan Peluru
(ams)