Kota Malang Berusia 110 Tahun, Ini Asal-usulnya

Senin, 01 April 2024 - 08:48 WIB
loading...
Kota Malang Berusia 110 Tahun, Ini Asal-usulnya
Kota Malang pada 1 April 2024 genap memasuki usia ke-110 tahun. Foto/Avirista Midaada
A A A
MALANG - Kota Malang pada 1 April 2024 genap memasuki usia ke-110 tahun. Sejarah panjang Kota Malang, yang menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Malang, menjadi terekam sejak zaman era kerajaan Hindu-Buddha hingga masa kolonialisme Belanda.

Sejarawan Malang Muzakir Dwi Cahyono justru berujar bahwa usia Kota Malang sebenarnya lebih tua dari 110 tahun. Sebab peradaban di Kota Malang sudah ada sebelum 1 April 1914, yang dinilai menjadi Hari Ulang Tahun Kota Malang.

"Yang diperingati 1914 itu yang sekarang ulang tahun ke-110, itu hari jadi pemerintahan, bukan hari jadi daerah, perlu dibedakan antara hari jadi pemerintahan dan daerah. Hari pemerintahan itu ketika Malang menjadi status sebagai Kota, ini bukan berarti sebelum itu tidak ada kehidupan sosial budaya yang teratur," ucap Dwi Cahyono, Senin (1/4/2024).



Menurut dia, sebelum Malang sudah berstatus pemerintahan adminstratif atau gementee, dalam bahasa Belanda. Kemudian dari satu wilayah itu, dimekarkan menjadi dua yakni kabupaten dan kotapraja atau istilahnya saat ini kotamadya.

"Itu (HUT 110) adalah hari jadi pemerintahan. Jadi perjalanan sejarah Malang tidak hanya sebatas 110, perjalanan sejarah pemerintahan Malang benar 110, perjalanan sejarah pemerintahan. Tapi perjalanan sejarah daerah jauh lebih panjang dari itu," jelasnya.

Nama Malang sendiri kata dia berasal dari sebuah daerah di desa bernama Malang saat ini pada Prasasti Yukinegara. Daerah itu sudah ada peradaban sejak abad 12, dari nama Desa Malang itulah, daerah Malang berkembang dan berkembang, menjadi sebuah kota.

"Tempat itu berada di wilayah Watak, Pamoto, di wilayah Keposekan Diah Limpa. Jadi jadi jelas Diah Limpa tinggalnya dimana, tinggalnya di Gasek, Gasek itu karang Besuki, berarti Malang dengan Gasek, itu tidak terlalu jauh," jelasnya.



Dwi Cahyono menambahkan, saat itu wilayah Kota Malang masih hutan belantara, yang dikenal sebagai Hutan Patang Tangan, yang didalamnya banyak binatang buasnya. "Itu tempatnya yang jadi pusat Kota Malang saat ini, jadi itu hutan yang banyak binatang buas buruannya," ungkapnya.

Lokasi Desa Malang itu dideskripsikan Dwi, tidak terlalu jauh dari Gunung Buring, yang membentang di timur Kota Malang. Di sana ada namanya Demang Malang, berarti ada Kademangan Malang, bahkan disebutnya ada makam Demang Malang juga.

"Ada Kademangan Malang, pada masa kolonial ada distrik Malang. Itu kan nama tempat, Kademangan Demang semacam Desa tapi desa yang luas," ujarnya.

Maka ketika ada yang beranggapan Malang berasal dari kata Malang Kucecwara sebagaimana prasasti yang ditemukan di utara Singasari, saat ini masuk Kabupaten Malang, hal itu dinilai kurang tepat. Sebab ada prasasti yang lebih tua lagi yakni Prasasti Yukinegara, yang mencatatkan nama Malang jadi sebuah wilayah desa.

"Jadi nggak usah dicari dari Malang plus kucecwara, jadi Malang kucecwara darimana, Malang kucecwara itu nama bangunan suci, dan nama Malang kucecwara itu bukan hanya nama bangunan suci yang di Malang, di Jawa Tengah itu di Prambanan juga ada, Di magelang ada, di kedu Selatan juga ada. Nama Malang ya dari Malang, nggak usah cari Malang Kucecwara," terangnya.

Sejak awal disebut sejarawan Universitas Negeri Malang (UM) ini nama Malang sudah ada. Dia mencontohkan asal usul Malang, sama dengan nama Ngawi atau Blitar, dimana sejak awal ada nama daerah desa bernama Ngawi dan Blitar, kemudian berkembang dari waktu ke waktu.

"Malang itu sama dengan Balitar, asalnya, Kediri itu dari nama desa, sekarang jadi nama kabupaten dan kota. Jadi nama Malang berasal dari mana, ya nama Malang saja, nama desa, dari nama desa berkembang - berkembang menjadi nama daerah," tukasnya.
(wib)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2522 seconds (0.1#10.140)