Kenapa Ubi Cilembu Manis Hanya Ketika Ditanam di Sumedang?

Jum'at, 19 Oktober 2018 - 17:01 WIB
Kenapa Ubi Cilembu Manis...
Kenapa Ubi Cilembu Manis Hanya Ketika Ditanam di Sumedang?
A A A
BANDUNG - Kekhasan Jawa Barat memang tak ada habisnya. Tak terkecuali pada makanan dan tumbuhan, seperti ubi cilembu. Ubi yang terkenal sangat manis ini konon hanya bisa ditanam di Desa Cilembu, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Bila dibudidayakan di luar Cilembu, akan berpengaruh terhadap rasa.

Hal itu juga yang menggelitik mahasiswi S3 ITB untuk meneliti. Tapi siapa kira, hasil penelitiannya itu mengantarkannya meraih gelar doktor di kampus favorit itu. Adalah Agustina Monalisa Tangapo, mahasiswi ITB yang baru saja diwisuda berkat penelitiannya pada ubi cilembu. Agustina berhasil meraih gelar doktor pada Program Studi Doktoral Biologi di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB.

Dia menyelesaikan disertasi yang berjudul "Dinamika Populasi Bakteri Rhizosfer dan Endofit Pada Budidaya Ubi Jalar Cilembu (Ipomoea batatas var. Cilembu) dan Peranannya Selama Proses Penyimpanan Pascapanen".

"Berdasarkan observasi dan fenomena yang ada, ubi cilembu jika ditanam di tempat yang berbeda di luar Desa Cilembu, hasil kualitas rasa manis berbeda. Makanya saya teliti, dari aspek mikrobiologi, khususnya bakteri rizosfer dan endofit yang mengasumsikan spesifik dengan lokasi dimana Ubi Cilembu itu berasal," kata Agustina dalam siaran pers ITB, Jumat (19/10/2018).

Berdasarkan penelitian ubi cilembu ketika ditanam di luar lokasi Desa Cilembu, kelimpahan dan keanekaragaman bakterinya berbeda. Bakteri itulah, salah satu yang bisa berpengaruh terhadap rasa manis. Walau pun ada faktor tanah yang bisa mempengaruhi.

Hasil penelitian itu, kata dia, diharapkan dapat bermanfaat bagi petani yang ingin membudidayakan ubi cilembu di luar Desa Cilembu. Misalnya dengan menghasilkan produk pupuk hayati yang berisi mikroba yang sama seperti membudidayakan ubi cilembu di tempat asalnya.

Menurut Agustina, ubi jalar seperti cilembu, termasuk alternatif sumber karbohidrat setelah padi, jagung, dan ubi kayu (singkong). Nilai ekonominya sangat tinggi. Sehingga ke depannya dapat menjadi alternatif ketika ingin melakukan diversifikasi pangan.
(amm)
Berita Terkait
Sederet Inovasi yang...
Sederet Inovasi yang Lahir dari Perguruan Tinggi
Perguruan Tinggi Diminta...
Perguruan Tinggi Diminta Tak Tunda Kelulusan Mahasiswa
Mahasiswa Sejumlah Perguruan...
Mahasiswa Sejumlah Perguruan Tinggi Mulai Berdatangan, Jalan Pemuda Dijadikan Titik Kumpul
Inilah 9 Inovasi Teknologi...
Inilah 9 Inovasi Teknologi Keren dari Perguruan Tinggi
Mahasiswa?
Mahasiswa?
SBMPTMu, Alternatif...
SBMPTMu, Alternatif Masuk Perguruan Tinggi Selain PTN
Berita Terkini
8 Buffer Zone Disiapkan...
8 Buffer Zone Disiapkan Antisipasi Macet Horor Mudik 2025 di Pelabuhan Merak
22 menit yang lalu
Pemulihan Korban Banjir,...
Pemulihan Korban Banjir, PGN Bantu 3.000 Warga di Bekasi dan Jaktim
32 menit yang lalu
Mutasi Polri, 5 Kapolres...
Mutasi Polri, 5 Kapolres di Lampung Diganti
1 jam yang lalu
Siswa SDN di Cigombong...
Siswa SDN di Cigombong Bogor Ikuti Kegiatan MNC Peduli-MNC Land: Bermain sambil Belajar
1 jam yang lalu
Lebaran di Solo, Jokowi...
Lebaran di Solo, Jokowi Tak Gelar Open House di Rumah
1 jam yang lalu
Tingkatkan Kualitas...
Tingkatkan Kualitas SDM, Gubernur Kalteng Gagas Program Satu Rumah Satu Sarjana
1 jam yang lalu
Infografis
5 Anggota NATO Terlemah...
5 Anggota NATO Terlemah di 2025, Ada Negara Paling Aman di Dunia
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved