Kisah Tokoh Agama Lakukan Perlawanan ke Raja Kediri Kertajaya Akibat Mengaku Tuhan

Jum'at, 08 Maret 2024 - 06:45 WIB
loading...
Kisah Tokoh Agama Lakukan Perlawanan ke Raja Kediri Kertajaya Akibat Mengaku Tuhan
Salah satu candi peninggalan Kerajaan Kediri. Foto/Ist
A A A
Sikap arogansi Kertajaya, Raja Kediri dan tindak tanduk kontroversinya ditentang oleh para kaum brahmana. Tapi sikap Kertajaya sudah terlanjur tak bisa dikontrol, bahkan mengaku sebagai Tuhan dan memintanya untuk disembah. Alhasil muncul penolakan dari kaum brahmana, yang berujung hukuman mati kepada beberapa pendeta agama.

Kondisi keamanan inilah yang akhirnya membuat kaum brahmana dari Kediri ke Tumapel. Akibat ulah dan sifat rajanya, membuat carut marut Kerajaan Kediri kian tinggi. Keamanan di Kediri mulai terganggu dan tidak stabil. Alhasil kaum brahmana Kediri berpisah untuk menghindari Kerajaan Kediri.

Sebagian besar dari mereka berbondong-bondong meminta suaka politik ke Ken Arok, dan tinggal di Tumapel. Singkat cerita kaum brahmana meminta tolong ke Ken Arok yang berhasil menggulingkan pemerintahan Tunggul Ametung, untuk mengembalikan marwah agama, sebagaimana dikisahkan pada "Hitam Putih Ken Arok dari Kejayaan hingga Keruntuhan"

Ken Arok yang kalau itu menjadi penguasa Tumapel bergelar abhiseka Rajasa Sang Amurwabhumi ini menerima kaum brahmana dengan senang hati. Menurut Ken Arok, ia dan kaum brahmana memiliki hubungan yang kuat.



Apalagi masa kecil Ken Arok pernah berguru ke dua brahmana Mahaguru Tantripala dan Lohgawe. Sehingga Ken Arok yang datang dari golongan sudra amat menghargai dan hormat kepada brahmana.

Oleh kaum brahmana dari Kediri dan Tumapel pun Ken Arok dianugerahi gelar Batara Guru dan titisan Dewa Syiwa. Ken Arok oleh kaum brahmana dipandang sebagai manifestasi Dewa Syiwa di muka bumi.

Gelar ini dipandang sebagai usaha melegitimasi dan dukungan moral kaum brahmana ke Ken Arok untuk kembali membalikkan marwah agama Hindu, selain tentu untuk mengalahkan Raja Kertajaya.

Kaum brahmana pun turut melakukan provokasi kepada rakyat agar tak patuh kepada pemimpin yang menistakan agama. Sontak saja karena panggilan agama inilah akhirnya rakyat Kediri turut memberikan perlawanan kepada pemimpinnya sendiri.

Sebab yang memerintahkan hal itu adalah kaum brahmana yang dipandang rakyat sosok suci, mereka pun patuh. Rakyat Kediri akhirnya balik mendukung brahmana dan Ken Arok untuk mengalahkan Raja Kertajaya. Mereka atas seruan kaum brahmana ikut andil terjun ke medan pertempuran untuk melawan pemimpinnya, Kertajaya.

Pasukan pun terkumpul, strategi pun disusun. Hal ini membuat Tumapel memiliki kesiapan sewaktu - waktu untuk menyerbu Kerajaan Kediri. Apalagi sebagian besar rakyat Kediri juga mulai muak dengan ulah sang Raja Kertajaya.

Kabar ini pun akhirnya sampai ke telinga Raja Kertajaya, hal ini membuat raja terakhir Kerajaan Kediri ini menyiapkan pasukan untuk berperang melawan Tumapel. Kesiapan Tumapel dibawah komando Ken Arok ternyata lebih tinggi.

Hal ini membuat Kerajaan Kediri yang berperang di Genter kalah. Banyak pasukan Kerajaan Kediri yang tewas, termasuk dua panglima tertinggi Kerajaan Kediri Mahesa Wulungan dan Geber Baleman, yang tewas di tangan Ken Arok dan bala tentaranya.

Kediri pun berhasil ditaklukkan Tumapel, secara otomatis wilayah Kediri masuk dalam kekuasaan Tumapel. Seiring perkembangan waktu Tumapel, akhirnya mengubah namanya menjadi Singasari. Dari sinilah akhirnya Kediri menjadi salah satu daerah kekuasaan Kerajaan Singasari.

Kendati telah takluk, Ken Arok tak membunuh seluruh anggota Kerajaan Kediri yang menyerah. Beberapa anggota Kerajaan Kediri dibiarkan hidup oleh Ken Arok, bahkan diberikan jabatan oleh Ken Arok. Salah satunya adalah anak Kertajaya yakni Jayasabha, yang diangkat sebagai adipati atau bupati di wilayah Kediri.
(hri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1475 seconds (0.1#10.140)