Naik Takhta Jadi Raja di Usia Muda, Penguasa Majapahit Hayam Wuruk Diminta Cari Jodoh

Jum'at, 23 Februari 2024 - 06:34 WIB
loading...
Naik Takhta Jadi Raja di Usia Muda, Penguasa Majapahit Hayam Wuruk Diminta Cari Jodoh
Hayam Wuruk naik tahta menjadi raja usai Tribhuwana Tunggadewi sang ibu menyerahkan tahtanya. Foto/Ilustrasi/Ist
A A A
Hayam Wuruk naik takhta menjadi raja usai Tribhuwana Tunggadewi sang ibu menyerahkan tahtanya. Menariknya saat naik jabatan sebagai Raja Majapahit usia Hayam Wuruk masih muda dan masih lajang, alias belum memiliki pasangan.

Sepeninggal Gayatri situasi negeri dalam negeri Majapahit tetap tentram. Sementara di luar Majapahit pun tetap berjaya dan makmur. Kini Tribhuwana Tunggadewi yang menjadi ibu suri ratu sekaligus ibu kandung Hayam Wuruk, menasehati anaknya yang naik tahta jadi raja muda di Majapahit.

Beberapa tahun pertama sepeninggal Gayatri, situasi dalam negeri tetap tenteram, sementara di luar Majapahit tetap berjaya dan makmur. Kini, Tribhuwana telah menjadi ibu suri ratu, dan pelan-pelan ia selalu menasehati anaknya yang kian matang.

Sementara itu, sang raja muda menikmati upacara-upacara di sitananya, namun ia cukup puas dengan membiarkan Gajah Mada mengambil semua keputusan resmi. Sebagaimana dikutip dari "Gayatri Rajapatni : Perempuan di Balik Kejayaan Majapahit", dari tulisan Earl Drake, Gajah Mada memusatkan perhatiannya pada perluasan Majapahit dengan menekan negeri-negeri tetangga untuk secara resmi bergabung dengan Majapahit.



Sementara untuk negeri-negeri yang jauh dari Majapahit pun juga didesak untuk bergabung menjadi negeri bawahan. Dengan demikian, mereka dapat menikmati manfaat perdagangan dan perlindungan angkatan laut Majapahit cukup dengan membayar upeti tahunan kepada kerajaan, serta mengakui kekuasaan sang raja.

Proses ini berlangsung mulus sampai Raja Hayam Wuruk menginjak usia 21 tahun pada 1355. Ibu Suri pun cemas akan dua hal. Pertama sang putra kerap mengandalkan dirinya kepada Gajah Mada untuk membuat keputusan - keputusan penting menyangkut pemerintahan.

Kedua, Hayam Wuruk juga tak mengalami kemajuan dalam mencari seorang putri yang pantas untuk ratu. Dia bukan lagi seorang bocah, seiring bertambahnya usia, ia harus mulai bersikap layaknya seorang raja dewasa.

Tak heran jika tugas pertama yang Tribuhawana berikan kepada putranya ketika menginjak usia ke-21, adalah bersama-sama Gajah Mada mencari calon mempelai yang cocok dari sebuah negeri besar, sehingga dari pernikahan tersebut, akan lahir aliansi yang penting bagi Majapahit. Hayam Wuruk menyambut tantangan itu. Sayangnya, ia melakukan segala sesuatunya sendirian, tanpa meminta pertimbangan Gajah Mada.

Naluri mudanya menegaskan Hayam Wuruk ingin menunjukkan kemandirian dari sang Mahapatih Gajah Mada. Langkahnya memang amat mengesankan, sayang raja muda ini keliru memilih topik yang sensitif sebagai bahan ujian.

Pilihan tersebut menyebabkan kunjungan resmi Sunda ke Bubat dalam rangka merayakan pernikahan berakhir tragis. Peristiwa yang terjadi pada ini menimbulkan trauma, karena setelah itu Majapahit terus berseteru dengan Sunda, negeri terpenting yang masih menolak tunduk pada Majapahit. Dalam sejarah Jawa, isu ini mengundang perdebatan yang berkepanjangan tiada akhir.
(hri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2232 seconds (0.1#10.140)