Kerajaan Jenggala: Kuasai Bandar Dagang Terbesar Kedua di Nusantara, Bikin Iri Keturunan Airlangga di Kediri

Selasa, 20 Februari 2024 - 06:46 WIB
loading...
Kerajaan Jenggala: Kuasai...
Secara garis memang Kerajaan Jenggala merupakan pembagian dari Raja Airlangga, menjadi dua yakni Kediri dan Jenggala. Foto/Ist
A A A
KERAJAAN Jenggala mungkin namanya tak sementereng Majapahit atau Singasari. Tapi siapa sangka kerajaan yang menjadi cikal bakal kerajaan besar yakni Kerajaan Kediri ini menguasai sektor perdagangan dan pelabuhan bandar terbesar kedua di Nusantara.

Secara garis memang Kerajaan Jenggala merupakan pembagian dari Raja Airlangga , menjadi dua yakni Kediri dan Jenggala. Pembagian ini untuk mengantisipasi perebutan warisan dua putra Airlangga.

Kerajaan Jenggala dikuasai oleh Mapanji Garasakan, sementara Kerajaan Kediri diserahkan ke Sri Samarawijaya yang sama-sama anak dari Raja Airlangga. Awalnya kedua kerajaan ini memiliki hubungan diplomasi yang baik, sebagai sesama keturunan Airlangga, kedua penguasa kerajaan itu menjaga hubungan baik.



Tapi lambat laun sebagaimana dikisahkan oleh buku "Hitam Putih Kekuasaan Raja - Raja Jawa" karya Sri Wintala Achmad, justru kedua kerajaan sesama warisan Airlangga ini terlibat perseteruan. Kerajaan Kediri ingin menguasai wilayah strategis yang dimiliki oleh Kerajaan Jenggala.

Alhasil kedua kerajaan ini awalnya memiliki hubungan diplomasi yang baik. Pada akhirnya saling bertikai dan berperang.

Kerajaan Jenggala sendiri semula bagian dari Kerajaan Kahuripan. Nama Mapanji Garasakan sendirilah yang akhirnya mendirikan Kerajaan Jenggala tersebut. Diduga kerajaan ini memiliki pusat pemerintahan di Sidoarjo.

Keraton Kerajaan Jenggala ditemukan di sekitar Sungai Pepe. Hal ini didasari pada penemuan sebuah arca yang diyakini menunjukkan lokasi keraton Kerajaan Jenggala yang berlokasi di wilayah Kecamatan Gedangan.



Dikisahkan Kerajaan Jenggala memiliki daerah dengan lumbung padi terbesar di masanya. Diketahui pula kerajaan ini memiliki pusat pemerintahan, pusat militer, fasilitas umum, dan memegang kendali pads perkembangan bandar dagang di aliran Sungai Porong.

Di bawah masa pemerintahan Mapanji Garasakan yang memerintah tahun 1042 - 1052 Masehi mengalami kemajuan. Bila dibandingkan dengan Kerajaan Kediri, perekonomian Jenggala tumbuh pesat. Jenggala menguasai sungai - sungai bermuara termasuk bandar dagang di Sungai Porong.

Bandar dagang di Sungai Porong menjadikan Kerajaan Jenggala dikenal luas. Bandar dagang di Sungai Porong jni merupakan pelabuhan besar di masanya, dengan pajak murah dan kantor - kantor dagang berjejer membuat suasana sangat menyenangkan. Konon kantor dagang ini mengurusi cuan - cuan dari palawija, emas, gading, perak, dan kerajinan tangan yang disukai orang - orang Arab.

Bandar dagang di Sungai Porong milik Kerajaan Jenggala kerap kali didatangi juga pedagang - pedagang asal China, Afrika, Thailand, dengan mengimpor beras, kayu cendana, kayu gaharu, dan bunga - bunga kering, seperti kenanga dan melati.



Melalui bandar dagang di Sungai Porong inilah nama Kerajaan Jenggala kian termasyhur. Bahkan bandar dagang ini menjadi yang terbesar setelah bandar Sriwijaya di Sumatera Selatan kala itu. Hal inilah yang akhirnya memicu perselisihan dengan Kerajaan Kediri yang didirikan oleh Sri Samarawijaya, atas pembagian kekuasaan oleh sang ayah Airlangga.

Posisi Kerajaan Jenggala yang strategis adalah penyebabnya. Suatu kerajaan hanya menguasai sungai tanpa muara, adalah hal nihil. Begitupun dengan gambaran Kerajaan Jenggala di sisi pertanian, hasil pertanian yang melimpah tapi diiringi memiliki pasar yang dapat menjual hasil pertaniannya.

Usai Mapanji Garasakan wafat pada tahun 1052 penggantinya Raja Mapanji Alanjung Ahyes yang berkuasa pada 1052 - 1059, memindahkan pusat pemerintahan ke Lamongan mengalami kemunduran. Serangan Kerajaan Kediri tak bisa terbendung membuat kejayaan Kerajaan Jenggala akhirnya lenyap ditelan bumi.
(wib)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1680 seconds (0.1#10.140)