Adu Kesaktian Arya Penangsang dan Joko Tingkir: Awal Mula Kesultanan Mataram

Senin, 22 Januari 2024 - 07:50 WIB
loading...
Adu Kesaktian Arya Penangsang dan Joko Tingkir: Awal Mula Kesultanan Mataram
Pertarungan sengit antara Arya Penangsang dan Joko Tingkir, merupakan peristiwa krusial yang menandai lahirnya Kesultanan Mataram setelah kekisruhan di Kesultanan Demak. Foto/Ilustrasi/Ist
A A A
Pertarungan sengit antara Arya Penangsang dan Sultan Hadiwijaya, yang lebih dikenal sebagai Joko Tingkir, merupakan peristiwa krusial yang menandai lahirnya Kesultanan Mataram setelah kekisruhan di Kesultanan Demak . Inilah kisah epik perseteruan di masa silam yang menciptakan perubahan besar dalam sejarah Nusantara.

Kejadian ini bermula dari kisruh kekuasaan di Kesultanan Demak, yang berdampak luas hingga menciptakan Kerajaan Mataram Islam. Joko Tingkir, yang pada awalnya adalah Sultan Hadiwijaya atau Raden Wijaya, meluncurkan sayembara untuk menanggulangi kekacauan di Demak. Sementara itu, Arya Penangsang, penguasa Jipang yang juga menjabat sebagai Sultan Demak kelima, melakukan pembunuhan terhadap beberapa anggota keluarga Sultan Trenggono.

Sultan Trenggono, sebagai penguasa Ketiga Kerajaan Demak, menjadi target balas dendam Arya Penangsang. Pembunuhan tersebut dilakukan sebagai balasan atas pembunuhan Pangeran Seda Lepen, ayah dari Arya Penangsang, yang dilakukan oleh Raden Prawoto, putra sulung Pangeran Trenggono.

Korban pembunuhan Arya Penangsang melibatkan keluarga Sultan Trenggono, seperti Sunan Prawoto dan Sultan Hadirin, yang pada saat itu tengah menjadi raja Demak dan menantu Sultan Trenggono. Sasaran berikutnya adalah Joko Tingkir, menantu Sultan Trenggono yang menjadi penguasa Sultan Pajang.



Meskipun berhasil membunuh Sunan Prawoto dan Sultan Hadirin, Arya Penangsang gagal membunuh Joko Tingkir. Kesaktian keduanya dianggap seimbang, dan utusan Arya Penangsang yang dikirim untuk membunuh Joko Tingkir malah dijamu oleh Sultan Hadiwijaya dan pulang ke Jipang tanpa berhasil melaksanakan misi pembunuhan.

Keempat utusan tersebut, yaitu Singaparna, Wijangpati, Jagasatru, dan Kertajaya, dianggap sangat sakti namun kalah oleh kekuatan gaib Sultan Hadiwijaya. Meskipun mereka gagal membunuh Sultan, Joko Tingkir mengampuni mereka dan bahkan memberikan hadiah sebelum mengantarkan mereka pulang ke Jipang. Tindakan ini tidak hanya merupakan bentuk kelembutan, tetapi juga mengundang kemarahan Arya Penangsang.

Kisah epik ini mencerminkan adanya adu kesaktian di masa silam, yang tidak hanya menciptakan tragedi dan dendam, tetapi juga memunculkan keberanian dan belas kasihan di tengah kekerasan. Adu kesaktian antara Arya Penangsang dan Joko Tingkir menjadi puncak dari perubahan besar yang memandu lahirnya Kesultanan Mataram dan membentuk sejarah kepemimpinan di Nusantara.
(hri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4494 seconds (0.1#10.140)