Sejarah Kehidupan Sosial Rakyat Kerajaan Tarumanegara dengan Berburu Gajah dan Emas
loading...
A
A
A
Kehidupan masyarakat di Kerajaan Tarumanegara konon tak bisa dilepaskan dari perburuan hewan dan pertanian. Konon selain perburuan hewan, pertambangan, perikanan, dan perniagaan termasuk mata pencarian penduduk.
Di samping pertanian, pelayaran, dan peternakan, juga menjadi sandaran ekonomi masyarakat Tarumanagara.Menariknya, ada berita mengenai perburuan hewan liar berupa gajah dan badak di wilayah Kerajaan Tarumanegara.
Gajah itu diambil gadingnya untuk diperdagangkan, sedangkan untuk badak mereka mengambil culanya untuk dijual, dikutip dari “Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Kuno”. Sementara di sektor perikanan, kulit penyu termasuk barang dagangan yang digemari saudagar China.
Di sisi lain, wilayah Tarumanegara dijelaskan, konon memiliki sejumlah tambang emas dan perak yang menjadi salah satu penghasilan utama di daerah itu.
Karena semuanya itu disebutkan sebagai barang dagangan, dengan sendirinya tidak perlu disangsikan lagi bahwa perniagaan juga merupakan salah satu mata pencarian penduduk.
Sementara itu, kemungkinan tentang adanya pertanian dan peternakan sebagai mata pencarian, dapat diperoleh berdasarkan sumber-sumber prasasti, terutama prasasti Tugu yang terlengkap dari semuanya itu.
Pada prasasti ini disebutkan usaha pembuatan saluran yang dilakukan pada tahun ke-20 pemerintahan Raja Purnawarman.
Salah satu kegunaan di antaranya solusi mengatasi banjir yang selalu melanda daerah pertanian di sekitar wilayah Tarumanegara. Di samping itu, juga ditemukan beberapa alat terbuat dari batu yang erat sekali hubungannya dengan usaha pertanian dan perladangan.
Di bidang usaha peternakan, memang belum ada yang jauh untuk meyakinkan kemajuannya.
Hanya berupa berita prasasti Tugu tentang pemberian hadiah seribu ekor sapi kepada para brahmana, belum memberikan jaminan bahwa pada masa itu memang sudah ada usaha peternakan yang memungkinkan hal itu terlaksana.
Di samping itu, tidak mustahil upacara selamatan dengan penghadiahan seribu ekor sapi itu, hanya merupakan nama salah satu upacara keagamaan dengan tata cara tertentu.
Walaupun tentu saja tidak dapat disangsikan bahwa upacara seperti itu dianggap sebagai upacara yang bernilai tinggi dibandingkan dengan upacara-upacara selamatan lainnya.
Di sisi pelayaran, memang strategisnya wilayah Tarumanagara menjadikan para pedagang di nusantara singgah di wilayah pelabuhan yang ada di barat Pulau Jawa. Konon hubungan perdagangan dan pelayaran ini melibatkan pedagang di luar wilayah Tarumanegara sendiri.
Di samping pertanian, pelayaran, dan peternakan, juga menjadi sandaran ekonomi masyarakat Tarumanagara.Menariknya, ada berita mengenai perburuan hewan liar berupa gajah dan badak di wilayah Kerajaan Tarumanegara.
Gajah itu diambil gadingnya untuk diperdagangkan, sedangkan untuk badak mereka mengambil culanya untuk dijual, dikutip dari “Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Kuno”. Sementara di sektor perikanan, kulit penyu termasuk barang dagangan yang digemari saudagar China.
Baca Juga
Di sisi lain, wilayah Tarumanegara dijelaskan, konon memiliki sejumlah tambang emas dan perak yang menjadi salah satu penghasilan utama di daerah itu.
Karena semuanya itu disebutkan sebagai barang dagangan, dengan sendirinya tidak perlu disangsikan lagi bahwa perniagaan juga merupakan salah satu mata pencarian penduduk.
Sementara itu, kemungkinan tentang adanya pertanian dan peternakan sebagai mata pencarian, dapat diperoleh berdasarkan sumber-sumber prasasti, terutama prasasti Tugu yang terlengkap dari semuanya itu.
Pada prasasti ini disebutkan usaha pembuatan saluran yang dilakukan pada tahun ke-20 pemerintahan Raja Purnawarman.
Baca Juga
Salah satu kegunaan di antaranya solusi mengatasi banjir yang selalu melanda daerah pertanian di sekitar wilayah Tarumanegara. Di samping itu, juga ditemukan beberapa alat terbuat dari batu yang erat sekali hubungannya dengan usaha pertanian dan perladangan.
Di bidang usaha peternakan, memang belum ada yang jauh untuk meyakinkan kemajuannya.
Hanya berupa berita prasasti Tugu tentang pemberian hadiah seribu ekor sapi kepada para brahmana, belum memberikan jaminan bahwa pada masa itu memang sudah ada usaha peternakan yang memungkinkan hal itu terlaksana.
Di samping itu, tidak mustahil upacara selamatan dengan penghadiahan seribu ekor sapi itu, hanya merupakan nama salah satu upacara keagamaan dengan tata cara tertentu.
Walaupun tentu saja tidak dapat disangsikan bahwa upacara seperti itu dianggap sebagai upacara yang bernilai tinggi dibandingkan dengan upacara-upacara selamatan lainnya.
Di sisi pelayaran, memang strategisnya wilayah Tarumanagara menjadikan para pedagang di nusantara singgah di wilayah pelabuhan yang ada di barat Pulau Jawa. Konon hubungan perdagangan dan pelayaran ini melibatkan pedagang di luar wilayah Tarumanegara sendiri.
(ams)