Kasus KDRT di Semarang Masih Tinggi

Senin, 15 Januari 2018 - 15:15 WIB
Kasus KDRT di Semarang Masih Tinggi
Kasus KDRT di Semarang Masih Tinggi
A A A
SEMARANG - Pusat Pelayanan Terpadu Penanganan Kekerasan Terhadap Perempuan dan anak Berbasis Gender PPT Seruni, mencatat kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) masih menjadi kasus yang menonjol di Kota Semarang, Jawa Tengah.

Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Penanganan Kekerasan Terhadap Perempuan dan anak Berbasis Gender Kota Semarang PPT Seruni, Krisseptiana Hendrar Prihadi menyebutkan, dari ratusan kasus yang didampinginya, kasus KDRT menjadi yang teratas.

KDRT yang terjadi, kata dia, tidak hanya dilakukan suami terhadap istri atau sebaliknya, namun juga kekerasan pada anak yang dilakukan oleh orang tua. "Permasalahan beragam dan setiap keluarga berbeda-beda," katanya.

Tia, panggilan Krisseptiana Hendrar Prihadi, menyebutkan dengan masih tingginya kasus KDRT dibutuhkan sinergitas antara pemerintah kota dan pihak kepolisian. "Selama ini sudah berjalan dengan baik dan perlu terus ditingkatkan sampai ke kecamatan dan melibatkan banyak pihak termasuk kader PKK di 16 kecamatan sekota Semarang," ujarnya.

Dia mengaku, selama ini PPT serunu hanya bisa melakukan pendampingan hukum, pendampingan psikologi sampai pendampingan untuk pelatihan kepada korban. "Tidak semua kasus KDRT berakhir dengan hukum, makannya kita intens melakukan pendampingan kepada korban dan juga pelaku agar tidak terulang," imbuhnya.

Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryati Rahayu, menambahkan, pemerintah terus berupaya agar kasus KDRT makin menurun. Salah satu upaya adalah dengan sosialisasi program Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bertajuk Three Ends.

"Three ends fokus pada persoalan sosial yang terjadi dimasyarakat terdiri dari tiga masalah yang mesti diberantas bersama. Yaitu stop kekerasan perempuan, stop perdagangan manusia dan stop kesenjangan ekonomi bagi perempuan," katanya.

Untuk mengantisipasi kasus kekerasan dalam rumah tangga hingga bullying, Pemkot juga memiliki rumah duta revolusi mental. Saat ini, yang menjadi tertinggi tidak hanya kasus KDRT, namun bullying terhadap anak-anak juga memprihatinkan.

Karena itu, pihaknya sudah komunikasikan kepada Dinas Pendidikan agar secara intens terus mengawasi mulai dari SD sampai SMA. Hal ni karena kasus bullying ini sadar tidak sadar dilakukan anak-anak karena pribadi anak sendiri-sendiri.

"Ada yang biasa saja tapi juga ada yang jadi suka merenung sendiri, tidak PD bahkan tidak mau sekolah,” tandasnya.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5490 seconds (0.1#10.140)