Medan Makin Berat, Tim Terpaksa Tempuh Perjalanan Malam

Kamis, 03 Agustus 2017 - 22:40 WIB
Medan Makin Berat, Tim Terpaksa Tempuh Perjalanan Malam
Medan Makin Berat, Tim Terpaksa Tempuh Perjalanan Malam
A A A
PALEMBANG - Setelah 15 hari mengarung Sungai Musi, Sumatera Selatan, di siang hari, tim Ekspedisi Musi River (EMR) Kibar Bendera Asian Games mulai menjajal perjalanan di malam hari. Strategi ini dilakukan mengingat arus sungai yang menjadi medan pengarungan makin berat. Pada siang hari, laju arus menuju ke hilir makin melambat.

Mengikuti arus sungai di malam hari, bukan berarti kerja tim tanpa hambatan. Malah, seluruh anggota tim dituntut lebih ekstra waspada. Pekatnya malam di medan pengarungan hingga membuat terbatasnya jarak pandang.

Inilah salah satu faktor yang menyulitkan tim melakukan manuver jika sewaktu-waktu ada perahu atau tongkang pengangkut barang melintas di depan rakit. Terlebih, penerangan hanya dibantu dua lentera kecil berupa lampu minyak (lambada/lampu badai) yang dipasang di depan rakit.

Kencangnya angin di malam hari dan ditambah kantuk berat yang menyerang, juga memaksa seluruh anggota tim harus pintar-pintar menjaga kondisi tubuh agar tetap prima. Faktor alam tetap menjadi salah satu yang menghambat kerja tim.

Bahkan, rakit bambu yang ditumpangi sempat terjebak di pusaran air yang masyarakat setempat menyebutnya ulak kebo. Satu jam lebih tim bahu-membahu mengemudikan rakit, agar tak terseret pusaran air yang arusnya tak menentu.

“Waktu terjebak di ulak kebo posisi rakit sudah tak tentu arah. Yang kami lakukan waktu itu cuma berdoa dan berusaha sekuat tenaga bagaimana caranya agar rakit tidak terseret masuk pusaran air. Dan Alhamdulillah, hambatan ini bisa kami atasi,” ujar Kapten Tim Walius Putrawan.

Menurut pria yang akrab disapa Caping ini, terjebak di pusaran air bukan kali pertama dialami tim. Sebelumnya, mereka juga sempat mengalami hal serupa saat rakit melintas di Desa Keramat, Kabupaten Muba. Di mana, di lokasi tersebut ada sebuah pusaran air lebih besar yang dikenal masyarakat setempat ulak keramat.

“Memang di situ ada sebuah makam tua atau makam puyang (makam seorang tokoh/ulama/orang sakti yang dikeramatkan). Jangankan kami yang orang luar, masyarakat atau nelayan di sana saja harus hati-hati jika melintas di dekat makam keramat itu,” ujar Caping.

Caping menambahkan, meski menempuh perjalanan malam, di siang harinya tim tetap juga mengarung. “Jadi tergantung arus sungai. Kalau air pasangnya di siang hari, ya kita menepi dulu di desa atau dusun yang kita jumpai. Pastinya, semakin ke hilir arus sungai semakin melambat, bahkan pasang surut airnya kadang tak menentu,” tukasnya.

Ketua Panitia EMR Kibar Bendera Asian Games Sugih Abdurahman alias Kibo mengungkapkan, sejauh ini misi pengarungan yang dilakukan kelompok mahasiswa yang tergabung di pencinta alam Gema Persada LH FP-UMP, berjalan lancar. Selain misi utama mengarungi Sungai Musi, tim juga terus mengampanyekan pesan penyelamatan lingkungan kepada masyarakat di tiap desa atau dusun yang sempat disinggahi.

“Pengarungan ini masih menyisakan waktu 13 hari lagi, dan medan pengarungan masih sangat panjang dan tentunya banyak hambatan yang harus dihadapi oleh tim. Tapi, sesuai rencana sebisa mungkin tim tiba di Bekangdam II/Sriwijaya, Palembang pada 17 Agustus, atau bertepatan dengan upacara peringatan hari kemerdekaan RI di Benteng Kuto Besak (BKB),” pungkasnya.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4332 seconds (0.1#10.140)