Kisah Pecahnya Kerajaan Tarumanagara hingga Terbelahnya Tradisi Budaya Sunda dan Galuh

Rabu, 20 September 2023 - 05:59 WIB
loading...
Kisah Pecahnya Kerajaan Tarumanagara hingga Terbelahnya Tradisi Budaya Sunda dan Galuh
Peninggalan Kerajaan Tarumanegara di antaranya berupa Candi Jiwa di perbatasan antara Kabupaten Karawang dan Bekasi. Foto/Istimewa/@august_projection
A A A
KERAJAAN Tarumanagara terpecah menjadi dua kerajaan. Hal ini berimbas juga kepada terbelahnya dua kebudayaan di Jawa bagian barat kala itu. Kerajaan Sunda dan Galuh merupakan dua kerajaan bersaudara dari rahim yang sama, tapi akhirnya berjalan sendiri-sendiri.

Perbedaan tak hanya terasa di wilayah saja, tetapi secara tradisi dahulu konon ada perbedaan yang terasa. Ada perbedaan antara orang Galuh dan orang Sunda, di mana pada orang Galuh disebut orang air, maka orang Sunda memiliki julukan orang gunung.



Mungkin penafsirannya karena orang Galuh lebih cenderung hidup di pesisir, sementara orang Sunda kerap hidup di pedalaman dan daerah pegunungan.

Pada buku "Menemukan Kerajaan Sunda" dari tulisan Saleh Danasasmita, menyebut secara tradisi mitos pun berbeda, orang Galuh memiliki mitos buaya, sedangkan orang Sunda memiliki mitos harimau.

Bahkan di daerah Ciamis dan Tasikmalaya masih ada beberapa tempat yang bernama Panereban. Tempat yang bernama demikian pada masa silam merupakan tempat melabuhkan (nerebkeun) mayat, karena menurut tradisi Galuh mayat harus dilarung atau dihanyutkan di sungai.

Sebaliknya orang Kanekes, masih menyimpan banyak sekali sisa-sisa tradisi Sunda, mengubur mayat dalam tanah. Tradisi nerebkeun di sebelah timur dan tradisi ngurebkeun di sebelah barat membekas dalam peristiwa dalam istilah panereban dan pasarean.



Peristiwa sejarah telah meleburkan kedua kelompok sub-etnik ini menjadi satu orang air dengan orang gunung, menjadi akrab dan berbaur seperti dilambangkan oleh dongeng "sakadang kuya jeung sakadang monyet".

Dongeng khas Sunda ini sangat mendalam dan meluas dalam segala lapisan masyarakat.

Padahal mereka tahu dalam kenyataan sehari-hari monyet dengan kuya itu bertemu saja mungkin tidak pernah, bahkan di Kebun Binatang pun tidak pernah diperkenalkan.

Pada abad ke-14 sebutan Sunda itu sudah meliputi seluruh Jawa Barat baik dalam pengertian wilayah maupun dalam pengertian etnik.

Menurut Pustaka Paratwan i Bhumi Jawadwipa parwa I sarga 1, nama Sunda mulai digunakan oleh Purnawarman untuk ibu kota Tarumanagara yang baru didirikannya, Sundapura.

Idealisme kenegaraan memang terpaut di dalamnya sebab Sundapura berarti kota suci atau kota murni, sedangkan Galuh berarti permata atau batu mulia dan secara kiasan berarti gadis.
(shf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2268 seconds (0.1#10.140)