Mantan Napiter di Bima Diminta Makin Bijak Menyikapi Keragaman

Senin, 18 September 2023 - 09:55 WIB
loading...
Mantan Napiter di Bima...
Mantan napiter mengikuti silaturahmi bersama mitra deradikalisasi di Pondok Kekayuan, Kota Bima, NTB. Foto/Ist
A A A
BIMA - Mantan narapidana terorisme (napiter) atau mitra deradikalisasi di Bima, Nusa Tengggara Barat (NTB) dan sekitarnya diminta main bijak dalam menyikapi keberagaman yang ada di Indonesia. Hal itu karena perbedaan di Indonesia itu sudah menjadi sunatullah dan negara ini lahir sebagai negara kesatuan dalam Bhinneka Tunggal Ika.

“Kita berbeda pemikiran dalam menjalankan agama sesuatu hal yang wajar, tetapi jangan sampai jadi permusuhan di antara kita. Oleh sebab itu apabila masih ada perbedaan pemikiran, lebih baik dibicarakan secara baik-baik. Karena yang berbeda itu sejatinya sama-sama mencari kebaikan, artinya sama-sama mencari keselamatan di dunia akhirat,” ujar Kasubdit Bina Masyarakat (Binmas) Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Kolonel (Pas) Sujatmiko di Bima dikutip Senin (18/9/2023).



Sujatmiko menyampaikan pemaparan dalam Silaturahmi Bersama Mitra Deradikalisasi di Pondok Kekayuan, Kota Bima. Kegiatan ini dihadiri 19 Mitra Deradikalisasi yang merupakan mantan narapidana terorisme yang telah kembali ke tengah-tengah masyarakat.

Mantan Napiter yang hadir berasal dari wilayah Kota Bima, Kabupaten Bima, Kabupaten Dompu, dan Kabupaten Sumbawa Barat.

Lebih lanjut, Sujatmiko berpesan para mitra deradikalisasi agar benar-benar menjauhi virus radikalisme. Pasalnya, virus itulah yang membuat mereka harus berurusan dengan hukum dan tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

“Agar kita sebagai warga negara menyadari virus radikalisme yang dapat merusak sendi-sendi berbangsa dan bernegara yang baik seperti anti Pancasila, anti NKRI, anti Kebhinnekaan, menganut paham takfiri dan kekerasan serta anti terhadap pemerintahan yang sah,” tegas ujar Kasubdit Bina Masyarakat BNPT.



Dia juga menekankan kepada para mitra deradikalisasi agar jangan sampai mereka memelihara sikap anti terhadap pemerintahan yang sah.

“Pemerintahan yang sah artinya didirikan sesuai kesepakatan seluruh bangsa Indonesia, oleh sebab itu perlu kita hormati dengan kritik yang baik,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala Badan Kesbangpol Kota Bima Muh. Hasyim meminta agar semua anak bangsa ikut berperan aktif menjaga keutuhan dan kemakmuran Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKR).

Kegiatan ini juga menghadirkan narasumber yang juga mitra deradikalisasi dari Surabaya, Jawa Timur, Ustaz Saifudin Umar. Dalam paparannya, Saifudin menjelaskan keunikan pandangan Ibnu Taymiyyah mengenai jihad toleransi yang dituliskan di dalam bukunya berjudul 'Jihad Toleransi Ibn Taymiyyah’.

Ia mengungkapkan Ibnu Taymiyyah sudah hampir 7x masuk penjara karena pemikirannya, dan ketika Ibnu Taymiyyah ditawarkan untuk membalas memenjarakan ulama yang pernah memenjarakannya, Ibnu Taymiyyah menolak dengan alasan karena ulama tersebut masih bermanfaat untuk masyarakat.

“Uniknya pemikiran Ibnu Taymiyyah juga dipakai di mana-mana, orang-orang liberal memakai pemikiran Ibnu Taymiyyah, dan orang-orang keras pun memakai pemikiran Ibn Taymiyyah, meski fatwa Ibnu Taymiyyah tersebut didistorsi oleh orang-orang keras,” ujar Ustaz Saifuddin.

Ia juga mengungkapkan tentang 5 kaidah takfir Ibnu Taymiyyah antara lain, tidak boleh memudahkan pengkafiran, mengkafirkan adalah tuntutan syar’i dan bukan akal, bahasanya bukan mengkafirkan tetapi menyalahkan. Selanjutnya mujtahid apabila melakukan kesalahan tidak boleh dikafirkan, serta semua masalah membutuhkan pemaknaan atau tafsir yang tepat.

Ustaz Saifuddin menutup materinya dengan menggarisbawahi bagaimana mengikuti teladan Ibnu Taymiyyah yaitu sifatnya yang berlapang dada.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2575 seconds (0.1#10.140)