Kisah Kebo Ijo Rebut Tahta Tunggul Ametung Berujung Bentrok dengan Mpu Gandring
loading...
A
A
A
Desas-desus mulai banyaknya rakyat yang tak suka dengan Tunggul Ametung membuat Kebo Ijo juga memanfaatkan situasinya. Sosoknya menjadi pemimpin pasukan Tumapel juga mempunyai ambisi kuat untuk merebut kekuasaan dari Tunggul Ametung.
Alhasil selain berhadapan orang di luar istana Tumapel sendiri, sang akuwu Tumapel Tunggul Ametung juga harus berhadapan dengan pemimpin pasukan internalnya sendiri. Kebo ljo ini sesungguhnya orang yang berdarah satria.
Sosok Lebih Ijo sendri konon merupakan utusan Kediri untuk memperkuat Tumapel. Namun ia dikenal tidak pintar. Hal ini berbeda dengan Ken Arok yang merupakan seorang sudra, tapi sangat cerdas dan kaya ilmu pengetahuan.
Dikutip dari “Hitam Putih Ken Arok: Dari Kejayaan hingga Keruntuhan” disebut Kebo Ijo merupakan orang yang berdarah satria, tapi otaknya jongkok dan minim pengetahuan.
Karenanya gerakan politik Kebo Ijo mudah dibaca dan ditebak, sebab tanpa didasarkan pada strategi dan pengetahuan.
Ketika kekusaan Tunggul Ametung di ujung tanduk karena gerakan politik Arok itu, Kebo Ijo juga mulai melancarkan gerakannya untuk merebut tahta Tumapel. Dalam gerakannya ini, Kebo Ijo menjalin konspirasi dengan Mpu Gandring, seorang ahli pembuat senjata.
Namun di akhir gerakannya, Kebo Ijo justru berseteru dengan Gandring. Selain Mpu Gandring, orang yang juga satu blok dengan Kebo Ijo ini adalah pendeta Balakangka, pendeta yang ditugaskan di Tumapel.
Rupanya Kebo Ijo, Mpu Gandring, dan Balakangka menyusun rencana untuk menumbangkan Tunggul Ametung sekaligus menghabisi Arok.Namun pada akhirnya, gerakan mereka ini gagal sehingga Gandring pun terbunuh.
Sementara Kebo Ijo dan Balakangka kelak menjadi seorang narapidana yang mengakhiri hidupnya di pengadilan karena terbukti melakukan kejahatan.
Kebo Ijo terbukti sebagai pembunuh Tunggul Ametung, sementara Balakangka terbukti menghasut Tunggul Ametung untuk menindas dan merampas rakyat.
Lihat Juga: Momen Perubahan Gaya Hidup Sultan Hamengkubuwono IV yang Berseberangan dengan Pangeran Diponegoro
Alhasil selain berhadapan orang di luar istana Tumapel sendiri, sang akuwu Tumapel Tunggul Ametung juga harus berhadapan dengan pemimpin pasukan internalnya sendiri. Kebo ljo ini sesungguhnya orang yang berdarah satria.
Sosok Lebih Ijo sendri konon merupakan utusan Kediri untuk memperkuat Tumapel. Namun ia dikenal tidak pintar. Hal ini berbeda dengan Ken Arok yang merupakan seorang sudra, tapi sangat cerdas dan kaya ilmu pengetahuan.
Dikutip dari “Hitam Putih Ken Arok: Dari Kejayaan hingga Keruntuhan” disebut Kebo Ijo merupakan orang yang berdarah satria, tapi otaknya jongkok dan minim pengetahuan.
Karenanya gerakan politik Kebo Ijo mudah dibaca dan ditebak, sebab tanpa didasarkan pada strategi dan pengetahuan.
Ketika kekusaan Tunggul Ametung di ujung tanduk karena gerakan politik Arok itu, Kebo Ijo juga mulai melancarkan gerakannya untuk merebut tahta Tumapel. Dalam gerakannya ini, Kebo Ijo menjalin konspirasi dengan Mpu Gandring, seorang ahli pembuat senjata.
Namun di akhir gerakannya, Kebo Ijo justru berseteru dengan Gandring. Selain Mpu Gandring, orang yang juga satu blok dengan Kebo Ijo ini adalah pendeta Balakangka, pendeta yang ditugaskan di Tumapel.
Rupanya Kebo Ijo, Mpu Gandring, dan Balakangka menyusun rencana untuk menumbangkan Tunggul Ametung sekaligus menghabisi Arok.Namun pada akhirnya, gerakan mereka ini gagal sehingga Gandring pun terbunuh.
Sementara Kebo Ijo dan Balakangka kelak menjadi seorang narapidana yang mengakhiri hidupnya di pengadilan karena terbukti melakukan kejahatan.
Kebo Ijo terbukti sebagai pembunuh Tunggul Ametung, sementara Balakangka terbukti menghasut Tunggul Ametung untuk menindas dan merampas rakyat.
Lihat Juga: Momen Perubahan Gaya Hidup Sultan Hamengkubuwono IV yang Berseberangan dengan Pangeran Diponegoro
(ams)