Kisah Tragis Ibu Raden Patah, Selir Raja Majapahit yang Dibuang Akibat Kecemburuan Permaisuri Campa

Rabu, 13 September 2023 - 07:58 WIB
loading...
Kisah Tragis Ibu Raden Patah, Selir Raja Majapahit yang Dibuang Akibat Kecemburuan Permaisuri Campa
Raden Patah merupakan putra Prabu Brawijaya, Raja Majapahit terakhir. Raden Patah yang didukung Wali Songo kemudian menjadi raja pertama Kerajaan Demak. Foto/Ilustrasi/Ist
A A A
RADEN PATAH merupakan putra Prabu Brawijaya, Raja Majapahit terakhir. Raden Patah yang didukung Wali Songo kemudian menjadi raja pertama Kesultanan Demak. Meski demikian, dia diketahui bukan berasal dari garis permaisuri.

Berdasarkan Babad Tanah Jawi, ibu Raden Patah adalah seorang perempuan Cina yang menjadi selir Prabu Brawijaya. Karena kurang disukai oleh permaisuri Brawijaya yang berasal dari Campa, selir Cina itu lantas dibuang ke Palembang, Sumatera.



“Karena permaisuri Prabu Brawijaya yang berasal dari Campa sangat cemburu dengan perempuan Cina yang dikisahkan sehari bisa berganti rupa tiga kali,” demikian dikutip dari buku Atlas Wali Songo (2016).

Serat Carita Purwaka Caruban Nagari menyebut nama selir Cina Raja Majapahit yang dibuang ke Palembang itu adalah Siu Ban Ci. Ia adalah putri Tan Go Hwat yang menikah dengan Siu Te Yo, seorang muslim Cina asal Gresik Jawa Timur.

Tan Go Hwat dikenal sebagai saudagar sekaligus ulama dengan nama Syekh Bantong. Trah Raden Patah sebagai cucu Tan Go Hwat juga dikuatkan pengembara Portugis Tome Pires dalam catatan Suma Oriental.

Di istana Majapahit, Siu Ban Ci merupakan salah satu selir kesayangan Prabu Brawijaya. Selain elok rupawan Siu Ban Ci juga terkenal cerdas. Karenanya keberadaannya telah membakar api cemburu permaisuri Brawijaya yang berasal dari Campa.



Saking cemburunya, permaisuri Majapahit meminta raja menjauhkan Siu Ban Ci dari istana. Seperti diketahui, permaisuri asal Campa tersebut merupakan bibi Raden Rahmat atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sunan Ampel.

Sunan Ampel merupakan Wali Songo yang mula-mula menyebarkan Islam di tanah Jawa, khususnya di wilayah Surabaya.

Sementara karena desakan sang permaisuri, Prabu Brawijaya mengabulkan permintaan. Meski dalam keadaan mengandung (hamil), yakni kelak si jabang bayi bernama Raden Patah, Siu Ban Ci tetap dijauhkan dari istana Majapahit.

Siu Ban Ci tidak kuasa menolak apa yang menjadi kehendak raja. “Selir yang dalam keadaan hamil itu dihadiahkan kepada putra sulungnya (putra Prabu Brawijaya), Arya Damar yang menjadi Raja Palembang”.

Raden Patah lahir di Palembang. Pendiri Kerajaan Demak itu pertama kali mengenal ajaran Islam dari ibunya. Untuk pengetahuan ilmu pemerintahan ia banyak belajar dari Arya Damar yang saat itu masih mengikuti keyakinan lama.

Dalam Serat Kandaning Ringgit Purwa disebutkan Raden Patah dengan Arya Damar sempat berselisih paham.

Tumbuh sebagai remaja gagah yang haus pengetahuan, Raden Patah dan Raden Kusen, yakni putra Arya Damar, memutuskan mengembara untuk menuntut ilmu.

Keduanya berlayar ke Jawa. Setiba di Jawa keduanya bertemu dengan Sunan Ampel dan memutuskan berguru di Ampeldenta Surabaya. Raden Patah kemudian menikahi putri Sunan Ampel, yakni Dewi Murtoshimah.

Sedangkan Raden Kusen yang kelak diangkat sebagai Adipati Terung oleh Raja Majapahit, menikah dengan Nyai Wilis, cucu Sunan Ampel.

Dari seorang adipati, Raden Patah yang didukung kekuatan Wali Songo pada akhir abad ke-15 kemudian mendirikan Kesultanan Demak, yakni Kerajaan Islam pertama di tanah Jawa.

Dalam perjalanannya Kesultanan Demak berani melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit, yakni bahkan berani berselisih hingga mengakibatkan runtuhnya Majapahit.

Keruntuhan Majapahit membuat Kesultanan Demak semakin jaya. Seiring dengan pergantian kekuasaan itu, Islam berkembang pesat. Sebagai sultan atau raja Demak, Raden Patah bergelar Senapati Jimbun Ningrat Ngabudurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama.
(shf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1574 seconds (0.1#10.140)