Jerit Pelaku UMKM di Lembang Terancam Bangkrut Akibat Pandemi COVID-19

Sabtu, 01 Agustus 2020 - 13:14 WIB
loading...
Jerit Pelaku UMKM di Lembang Terancam Bangkrut Akibat Pandemi COVID-19
Pelaku UMKM di Lembang terancam gulung tikar karena jumlah wisatawan yang datang masih minim. Foto/SINDOnews/Adi Haryanto
A A A
BANDUNG BARAT - Sejumlah pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Lembang sulit mempertahankan usahanya setelah dihantam badai pandemi COVID-19 dalam lima bulan terakhir.

Bahkan sebagian dari mereka kini nyaris gulung tikar akibat tidak ada pengunjung/wisatawan yang datang ke tempat mereka untuk membeli produk UMKM . (BACA JUGA: Gara-gara Pandemi Covid-19, Pelaku UMKM Kesulitan Bayar Utang dan Bunga )

Seperti dirasakan salah satu pemilik UKM Kopi Luwak Sawarga Cikole, Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), yang sepi pembeli, meski pemerintah sudah membuka kunjungan wisatawan sejak 13 Juni 2020. (BACA JUGA: Ini Alasan Pemerintah Fokus Bantu UMKM di Kuartal III/2020 )

Kondisi itu mengakibatkan di terpaksa mengistirahatkan sementara para pegawai karena tidak ada uang untuk menggaji. (BACA JUGA: Selamatkan Ekonomi Jabar, Pemerintah Didesak Kucurkan Kredit Ringan bagi UMKM )

"Kunjungan wisatawan ke Lembang memang sudah dibuka, tapi wisatawan yang datang tidak ada. Hal ini juga dirasakan pelaku UMKM lain. Kalau terus begini kami bisa bangkrut," kata pemilik UKM Kopi Luwak Sawarga Cikole, Lembang Sujud Pribadi kepada SINDOnews, Sabtu (1/8/2020).

Pria yang telah menggeluti usaha lebih dari sepuluh tahun ini mengemukakan, COVID-19 adalah ujian paling dahsyat yang harus dialami selama menjadi wirausahawan.

Dia khawatir jika usahanya hanya tinggal menunggu waktu untuk gulur tikar mengingat segala upaya telah dilakukan untuk mencoba bertahan. Namun dia masih berharap kondisi sulit ini segera berakhir dan ada pengunjung yang datang membeli produknya.

Disinggung biaya operasional yang mesti disiapkan untuk bertahan beroperasi, warga asli Cikole Lembang ini mengemukakan, dalam sebulan harus menyiapkan budget hingga Rp35 juta. Rinciannya, Rp30 juta untuk karyawan, Rp2 juta untuk bayar listrik, dan Rp3 juta untuk hal tak terduga.

"Minimalnya segitu untuk bisa bertahan operasional, tapi itu juga di luar bahan baku biji kopi dan perawatan luwak yang ada biaya khusus," ujar Sujud.

Untuk bertahan, Sujud menuturkan, terpaksa menjual sebagian aset pribadi. Hal itu untuk menutupi biaya pendidikan anak dan keperluan rumah tangga sehari-hari.

Sujud berharap pemerintah bisa memberikan suntikan modal untuk memperpanjang usahanya. "Pemerintah belum ada bantu permodalan, padahal di berita gembar-gembornya presiden telah menginstruksikan UMKM dibantu. Tapi di lapangan belum ada, sementara sektor ini kan benar-benar terpukul karena COVID-19," pungkas Sujud.
(awd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.7079 seconds (0.1#10.140)