Kisah Raja Mataram Amangkurat Nyaris Tewas saat Uji Meriam Baru Meledak
loading...
A
A
A
Raja Mataram nyaris tewas saat percobaan pembuatan senjata menjelang peristiwa penyerangan Blambangan. Kala itu, Sultan Amangkurat I memerintahkan pembuat meriam dan senapan untuk menghasilkan 800 senapan dan meriam kecil dalam satu triwulan.
Setelah itu terjadilah satu dan lain hal yang membuatnya sadar kembali. Kala itu sang sultan memerintahkan meriam terbaik yang baru selesai dikerjakan untuk dicoba di alun-alun.
Setelah itu disuruhnya supaya dicoba sebuah meriam Belanda yang sama besarnya, tetapi diberi peluru yang dua kali lebih berat daripada peluru untuk meriam Jawa.Sunan Mataram itu merasa heran bahwa meriam Belanda itu hanya sedikit melompat ke belakang.
Lantas ia menanyakan kepada pembuat meriam Jawa, apakah meriam Jawa juga tahan diisi dengan peluru yang sama beratnya. Setelah pembuat meriam itu menjawab bahwa hal itu bisa.
Maka ketika meriam buatannya ditembakkan sebagaimana dikutip dari “Disintegrasi Mataram: di Bawah Mangkurat I" dari H.J. De Graaf, diisi dengan peluru dua kali lebih berat, kemudian ditembakkan.
Tetapi meriam itu meledak dan hancur berantakan berkeping-keping tidak terhitung banyaknya, dan keping terbesar jatuh tepat di depan raja. Sungguh luar biasa terkejutnya, hingga diperintahkan Sultan Amangkurat I agar pembuat meriam itu ditangkap.
Lapangan percobaan itu dijahanamkannya, dan diperintahkannya pula agar gerbang lapangan ditutup semen untuk selama-lamanya, sehingga sangat menyusahkan kalangan Istana sendiri.
Pada malam hari sesudah peristiwa yang nyaris merenggut nyawa itu, Raja Mataram bermimpi sesuatu yang mengerikan. Pada beberapa hari kemudian badannya penuh dengan bisul bernanah. Inilah yang mematahkan kemauannya yang keras.
Ia menjadi religius, dimintanya para pemuka agama untuk berdoa bagi dirinya, bersumpah ia akan melancarkan perang ke timur dan berjanji akan membina hubungan yang menyenangkan bagi orang - orang Banten, demi memelihara nama baiknya.
Para pemuka agama menyatakan kesediaan berdoa bagi raja dan menyembuhkannya dari penyakitnya dalam waktu sepuluh hari. Sejak itu Pangeran Purbaya amat dihormati kemenakannya; dipandang sebagai orang keramat oleh raja.
Setelah itu terjadilah satu dan lain hal yang membuatnya sadar kembali. Kala itu sang sultan memerintahkan meriam terbaik yang baru selesai dikerjakan untuk dicoba di alun-alun.
Setelah itu disuruhnya supaya dicoba sebuah meriam Belanda yang sama besarnya, tetapi diberi peluru yang dua kali lebih berat daripada peluru untuk meriam Jawa.Sunan Mataram itu merasa heran bahwa meriam Belanda itu hanya sedikit melompat ke belakang.
Lantas ia menanyakan kepada pembuat meriam Jawa, apakah meriam Jawa juga tahan diisi dengan peluru yang sama beratnya. Setelah pembuat meriam itu menjawab bahwa hal itu bisa.
Maka ketika meriam buatannya ditembakkan sebagaimana dikutip dari “Disintegrasi Mataram: di Bawah Mangkurat I" dari H.J. De Graaf, diisi dengan peluru dua kali lebih berat, kemudian ditembakkan.
Tetapi meriam itu meledak dan hancur berantakan berkeping-keping tidak terhitung banyaknya, dan keping terbesar jatuh tepat di depan raja. Sungguh luar biasa terkejutnya, hingga diperintahkan Sultan Amangkurat I agar pembuat meriam itu ditangkap.
Lapangan percobaan itu dijahanamkannya, dan diperintahkannya pula agar gerbang lapangan ditutup semen untuk selama-lamanya, sehingga sangat menyusahkan kalangan Istana sendiri.
Pada malam hari sesudah peristiwa yang nyaris merenggut nyawa itu, Raja Mataram bermimpi sesuatu yang mengerikan. Pada beberapa hari kemudian badannya penuh dengan bisul bernanah. Inilah yang mematahkan kemauannya yang keras.
Ia menjadi religius, dimintanya para pemuka agama untuk berdoa bagi dirinya, bersumpah ia akan melancarkan perang ke timur dan berjanji akan membina hubungan yang menyenangkan bagi orang - orang Banten, demi memelihara nama baiknya.
Para pemuka agama menyatakan kesediaan berdoa bagi raja dan menyembuhkannya dari penyakitnya dalam waktu sepuluh hari. Sejak itu Pangeran Purbaya amat dihormati kemenakannya; dipandang sebagai orang keramat oleh raja.
(ams)