Dialog Jaga Pangan, Kementan Hadirkan 2 Pengusaha Sukses Beri Motivasi Generasi Muda
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Kementerian Pertanian (Kementan) menyelenggarakan Dialog Jaga Pangan yang melibatkan tokoh agama, kaum perempuan dan generasi muda, di Hotel Claro Makassar, Sulsel, Senin (7/8/2023).
Dialog tersebut menghadirkan 2 pengusaha muda yang sukses di bidang pertanian dan peternakan yakni, Rizky Bayu Pradana dan Canesia Aisah Jeannonaveva. Keduanya hadir memberikan motivasi dan kiat sukses menjadi petani kepada para generasi muda.
Rizky memilih terjun ke dunia peternakan pada 2018 setelah 10 tahun menekuni karir sebagai karyawan perbankan di DKI Jakarta. Dia pun membulatkan tekad dengan mengawali usaha dengan modal 50 ekor kambing.
Usahanya kini dikenal dengan nama SRRFarm yang merupakan akronim dari Sumber Rachmat Rizky Farm. Saat ini, peternakan tersebut memiliki tak kurang dari 2.000 ekor lebih yang dikelola para pemuda.
“Semua yang hadir disini memiliki peluang yang sangat terbuka lebar untuk sukses menjadi petani, karena masih sangat sedikit yang melirik potensi ini,” katanya di hadapan para pemuda di Hotel Claro Makassar, Senin (7/8/2023).
Dia pun mengemukakan, beragam alasan kenapa milenial dan zenial tidak mau menggeluti bidang pertanian di antaranya, tidak ada jenjang karir, resikonya tinggi, income rendah, tidak dihargai bahkan tidak menjanjikan.
“Itu alasannya kenapa tidak banyak diminati, namun itu semua terbantahkan dengan hasil yang saya raih saat ini. Buktinya saya bisa terlihat keren, bisa kemana-mana karena peternakan ada yang mengurus, dan diundang ke acara ini bersama Kementan RI. Jadi petani juga bisa sukses,” ungkap Rizky.
Hal yang sama disampaikan Canesia Aisah Jeannonaveva, Direktur Utama PT Agro Rahayu Sentosa Yaksa (ARSY), perusahaan yang bergerak di bidang budidaya dan pengelolaan hasil pertanian. Perusahaan ini satu-satunya di Indonesia yang mengembangkan cabai Katokkon yang berasal dari Tana Toraja dengan luasan terbesar.
Namun sayang, Canesia tidak bisa hadir di Makassar karena sedang berada di Korea Selatan, dia memberikan motivasi dan kiat suksesnya menjadi petani cabai melalui daring.
“Saya mohon maaf karena tidak bisa hadir langsung karena saya diberikan tugas menambah ilmu di Korea Selatan,” ujarnya.
Dia pun menceritakan bagaimana bisa sukses membudidayakan cabai Katokkon yang berasal dari Tana Toraja. Menurutnya, cabai Katokkon memiliki keunggulan dari cabai lainnya sehingga mudah dipasarkan salah satunya memiliki tingkat kepedasan 20 kali lipat.
“Jika teman-teman ingin menjadi petani potensinya sangat besar,” katanya.
Nesia juga menyebutkan terkait masa depan income dari budidaya tersebut. Saat ini kata dia, pihaknya baru mengelola lahan seluas 30 hektare dan bisa menghasilkan Rp1,5 miliar sekali panen.
“Dibutuhkan inovasi dan kolaborasi, budidaya kami sudah didukung Kementan dan sudah dikenal luas,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, saat ini cabai Katokkong memiliki nilai jual yang tinggi yakni Rp50 per kilogram, satu pohon itu bisa menghasilkan 1 Kg dan bisa dipanen dalam jangka waktu 8 bulan.
Sementara itu, Itjen Kementan, Dr Jan S Maringka mengatakan, untuk menyuksekan program Kementerian Pertanian kita tidak dapat bekerja sendiri sendiri, perlu keterlibatan berbagai pihak.
“Peran aktif lingkungan sekitar sangat berperan penting keterlibatan tokoh agama, kaum perempuam dan generasi muda dalam pembangunan sektor pertanian untuk bersama-sama Menjaga Ketahanan Pangan Mewujudkan Kedaulatan Pangan,” katanya.
Dialog Jaga Pangan itu menghadirkan narasumber dari berbagai pihak di antaranya Pdt. Adrie O Masie; Ketua PGI wilayah Sulawesi Selatan, Barat dan Tenggara, Putri Khairunnisa; Ketua Umum KNPI, Rizki Bayu Pradana; Owner SRR Farm, Canesia Aisah Jeannonaveva SP dan Lana T Koentjoro; Ketua DPP PMI, Prof Rismaneswati, dan Wadekan Perencanaan Sumber Daya dan Alumni FP Unhas dan dihadiri oleh GMKI dan KNPI se-Sulawesi.
Lihat Juga: Diterbangkan ke Makassar Malam Ini, Jenazah AKP Ulil Ryanto Anshar Akan Dimakamkan di TPU Panaikang
Dialog tersebut menghadirkan 2 pengusaha muda yang sukses di bidang pertanian dan peternakan yakni, Rizky Bayu Pradana dan Canesia Aisah Jeannonaveva. Keduanya hadir memberikan motivasi dan kiat sukses menjadi petani kepada para generasi muda.
Rizky memilih terjun ke dunia peternakan pada 2018 setelah 10 tahun menekuni karir sebagai karyawan perbankan di DKI Jakarta. Dia pun membulatkan tekad dengan mengawali usaha dengan modal 50 ekor kambing.
Usahanya kini dikenal dengan nama SRRFarm yang merupakan akronim dari Sumber Rachmat Rizky Farm. Saat ini, peternakan tersebut memiliki tak kurang dari 2.000 ekor lebih yang dikelola para pemuda.
“Semua yang hadir disini memiliki peluang yang sangat terbuka lebar untuk sukses menjadi petani, karena masih sangat sedikit yang melirik potensi ini,” katanya di hadapan para pemuda di Hotel Claro Makassar, Senin (7/8/2023).
Dia pun mengemukakan, beragam alasan kenapa milenial dan zenial tidak mau menggeluti bidang pertanian di antaranya, tidak ada jenjang karir, resikonya tinggi, income rendah, tidak dihargai bahkan tidak menjanjikan.
“Itu alasannya kenapa tidak banyak diminati, namun itu semua terbantahkan dengan hasil yang saya raih saat ini. Buktinya saya bisa terlihat keren, bisa kemana-mana karena peternakan ada yang mengurus, dan diundang ke acara ini bersama Kementan RI. Jadi petani juga bisa sukses,” ungkap Rizky.
Hal yang sama disampaikan Canesia Aisah Jeannonaveva, Direktur Utama PT Agro Rahayu Sentosa Yaksa (ARSY), perusahaan yang bergerak di bidang budidaya dan pengelolaan hasil pertanian. Perusahaan ini satu-satunya di Indonesia yang mengembangkan cabai Katokkon yang berasal dari Tana Toraja dengan luasan terbesar.
Namun sayang, Canesia tidak bisa hadir di Makassar karena sedang berada di Korea Selatan, dia memberikan motivasi dan kiat suksesnya menjadi petani cabai melalui daring.
“Saya mohon maaf karena tidak bisa hadir langsung karena saya diberikan tugas menambah ilmu di Korea Selatan,” ujarnya.
Dia pun menceritakan bagaimana bisa sukses membudidayakan cabai Katokkon yang berasal dari Tana Toraja. Menurutnya, cabai Katokkon memiliki keunggulan dari cabai lainnya sehingga mudah dipasarkan salah satunya memiliki tingkat kepedasan 20 kali lipat.
“Jika teman-teman ingin menjadi petani potensinya sangat besar,” katanya.
Nesia juga menyebutkan terkait masa depan income dari budidaya tersebut. Saat ini kata dia, pihaknya baru mengelola lahan seluas 30 hektare dan bisa menghasilkan Rp1,5 miliar sekali panen.
“Dibutuhkan inovasi dan kolaborasi, budidaya kami sudah didukung Kementan dan sudah dikenal luas,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, saat ini cabai Katokkong memiliki nilai jual yang tinggi yakni Rp50 per kilogram, satu pohon itu bisa menghasilkan 1 Kg dan bisa dipanen dalam jangka waktu 8 bulan.
Sementara itu, Itjen Kementan, Dr Jan S Maringka mengatakan, untuk menyuksekan program Kementerian Pertanian kita tidak dapat bekerja sendiri sendiri, perlu keterlibatan berbagai pihak.
“Peran aktif lingkungan sekitar sangat berperan penting keterlibatan tokoh agama, kaum perempuam dan generasi muda dalam pembangunan sektor pertanian untuk bersama-sama Menjaga Ketahanan Pangan Mewujudkan Kedaulatan Pangan,” katanya.
Dialog Jaga Pangan itu menghadirkan narasumber dari berbagai pihak di antaranya Pdt. Adrie O Masie; Ketua PGI wilayah Sulawesi Selatan, Barat dan Tenggara, Putri Khairunnisa; Ketua Umum KNPI, Rizki Bayu Pradana; Owner SRR Farm, Canesia Aisah Jeannonaveva SP dan Lana T Koentjoro; Ketua DPP PMI, Prof Rismaneswati, dan Wadekan Perencanaan Sumber Daya dan Alumni FP Unhas dan dihadiri oleh GMKI dan KNPI se-Sulawesi.
Lihat Juga: Diterbangkan ke Makassar Malam Ini, Jenazah AKP Ulil Ryanto Anshar Akan Dimakamkan di TPU Panaikang
(shf)