Kisah Raja Singasari Takut Dibunuh Keturunan Ken Arok, Minta Dikawal Pasukan Khusus hingga Bangun Parit Pengaman

Rabu, 19 Juli 2023 - 06:18 WIB
loading...
Kisah Raja Singasari Takut Dibunuh Keturunan Ken Arok, Minta Dikawal Pasukan Khusus hingga Bangun Parit Pengaman
Candi Singosari, diduga menjadi tempat suci untuk perabuan raja terakhir kerajaan Singsasari, Kertanegara. Foto/Dok. kebudayaan.kemdikbud.go.id
A A A
Drama pertumpahan darah, mengiasi perebutan kekuasaan di Singasari. Diawali dengan kematian Akuwu Tumapel, Tunggul Ametung, oleh siasat Ken Arok yang memiliki senjata sakti keris setengah jadi karya Mpu Gandring, berlanjut hingga kematian Ken Arok oleh balas dendam anak tirinya.



Anusapati, yang merupakan anak hasil pernikahan Tunggul Ametung dengan Ken Dedes, berhasil menuntaskan dendam atas pembunuhan ayah kandungnya oleh Ken Arok. Anusapati membunuh Ken Arok menggunakan keris buatan Mpu Gandring, yang pernah dipakai dalam serangan berdarah hingga mengakibatkan ayahnya mangkat.



Balas dendam Anusapati ini, berawal dari ketidaksengajaan Ken Dedes mengungkap rahasia pembunuhan ayah kandungnya oleh Ken Arok. Seperti ayah kandungnya, yang dibunuh oleh siasat Ken Arok, Anusapati juga menggunakan siasat membunuh Ken Arok melalui orang kepercayaannya dari Desa Batil.



Ken Arok tewas ditikam keris buatan Mpu Gandring, yang dipesannya sendiri untuk membunuh Tunggul Ametung. Pembunuhan terhadap Ken Arok, terjadi saat pendiri Singasari itu makan malam, yakni sekitar tahun 1168 Saka, atau tahun 1247 Masehi.

Demi menghilangkan jejak keterlibatannya dalam siasat pembunuhan Ken Arok, Anusapati langsung membunuh orang kepercayaannya yang baru saja menuntaskan tugas membunuh Ken Arok. Siasat ini sama persis yang dilakukan Ken Arok terhadap Tunggul Ametung.

Dikutip dari "Babad Tanah Jawi" karya Soedjipto Abimanyu, Anusapati langsung mengumumkan kepada semua orang, bahwa orang kepercayaannya tersebut gila dan mengamuk hingga hingga membunuh raja.

Kematian Ken Arok, membuat Anusapati naik takhta menjadi Raja Singasari, pada tahun 1170 Saka, atau 1248 Masehi. Meskipun telah menjadi penguasa Singasari, Anusapati ternyata masih dilanda kecemasan dan kegelisahan, karena takut anak-anak Ken Arok akan melakukan balas dendam dan membunuhnya.

Demi menciptakan rasa aman untuk dirinya, Anusapati sampai membuat pasukan khusus yang mengawal dirinya, dan puri tempatnya tinggal. Bahkan, di sekeliling puri tersebut dibangun parit yang berfungsi untuk memberikan rasa aman pada dirinya.



Pasukan khusus dan parit di sekeliling puri tersebut, ternyata tak juga mampu melindungi nyawa Anusapati. Kutukan Mpu Gandring sebelum tewas ditusuk Ken Arok menggunakan keris setengah jadi bikinannya sendiri, akhirnya menjadi kenyataan saat Tohjaya berhasil membunuh Anusapati.

Tohjaya yang merupakan anak dari Ken Arok, dengan Ken Umang, mampu memanfaatkan kelemahan Anusapati yang suka dengan sabung ayam. Tohjaya mengajak Anusapati untuk sabung ayam, dan ajakan itu dituruti Anusapati tanpa kecurigaan. Saat Anusapati asyik memperhatikan ayam aduannya, Tohjaya membunuhnya menggunakan keris Mpu Gandring. Peristiwa itu terjadi tahun 1249 Masehi.

Cerita berbeda tentang kematian Anusapati, dituliskan dalam Kitab Negarakertagama. Jika dalam Kitab Pararaton Anusapati disebut tewas dibunuh Tohjaya, dalam Kitab Negarakertagama disebutkan bahwa Anusapati mati secara wajar.

Diduga, pembunuhan Anusapati tidak dituliskan dalam Kitab Negarakretagama, karena Kitab Negarakertagama merupakan naskah pujian untuk keluarga Hayam Wuruk. Tentunya, pembunuhan Anusapati yang merupakan leluhur Hayam Wuruk, dianggap sebagai sebuah aib.

Dugaan lain, Kitab Negarakertagama tidak menuliskan pembunuhan Anusapati oleh Tohjaya, karena diduga Anusapati memang benar-benar mati secara wajar. Mengingat, nama Anusapati belum pernah dijumpai dalam prasasti apapun.



Sedangkan nama Tohjaya ditemukan dalam Prasasti Mula Malurung, berangka tahun 1255. Atau hanya selisih tujuh tahun setelah kematian Anusapati. Pada prasasti tersebut, tokoh Tohjaya disebutkan menjadi Raja Kediri, menggantikan adiknya yang bernama Guningbhaya.

Pemberitaan dalam Kitab Pararaton, yang menyebutkan Tohjaya adalah Raja Tumapel atau Singasari, juga masih menjadi tanda tanya besar. Berdasarkan Prasasti Mula Malurung, tokoh Tohjaya mungkin memang tidak pernah membunuh Anusapati sesuai yang dituliskan dalam Kitab Negarakertagama. Mengingat, jika Tohjaya benar melakukan kudeta, maka sasarannya bukan Anusapati, melainkan Guningbhaya.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 1.0104 seconds (0.1#10.140)