Kisah Puncak Kejayaan Majapahit, Istana Kerajaan Bertabur Emas dan Permata
loading...
A
A
A
MAJAPAHIT saat puncak kejayaan berada di bawah kendali Raja Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada memiliki wilayah yang luas di Nusantara serta istana yang dipenuhi emas dan permata. Sumber daya alam (SDA) yang dimiliki juga melimpah.
Dengan armada perang yang besar dan disegani, Majapahit saat itu menjadi kerajaan yang sangat disegani.
Raja Hayam Wuruk selalu berusaha meningkatkan produksi pertanian dengan memperbaiki atau memelihara tanggul sepanjang sungai untuk mencegah banjir. Di samping itu, Hayam Wuruk pula memperbaiki jalan-jalan, jembatan, dan infrastruktur lain untuk memperlancar lalu lintas perdagangan.
Komoditas perdagangan Majapahit pada waktu itu adalah beras dan rempah-rempah, sebagaimana terdapat pada "Hitam Putih Mahapatih Gajah Mada" dari tulisan Sri Wintala Achmad.
Sementara daerah-daerah pelabuhan seperti Canggu, Surabaya, Gresik, Sedayu, dan Tuban menjadi pusat perdagangan.
Berdasarkan catatan Wang-ta- yuan, pedagang Tiongkok, komoditas ekspor Jawa (Majapahit) pada saat itu ialah lada, garam, kain, dan burung kakak tua.
Adapun komoditas impornya berupa mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik, dan barang dari besi. Mata uang Majapahit dibuat dari campuran perak, timah putih, timah hitam, dan tembaga.
Sedangkan dari catatan Odorico da Pordenone (seorang biarawan Katolik Roma dari Italia) yang pernah mengunjungi Jawa pada 1321 menyebutkan bahwa istana raja Majapahit penuh dengan perhiasan emas, perak, dan permata.
Daerah-daerah pelabuhan seperti Canggu, Surabaya, Gresik, Sedayu, dan Tuban menjadi pusat perdagangan. Di bidang perdagangan walaupun tidak semenonjol Sriwijaya, banyak pedagang Majapahit berperan sebagai pedagang perantara.
Berdasarkan berita dari China diketahui Majapahit telah memperdagangkan garam, beras, lada, intan, cengkih, pala, kayu cendana, dan gading. Banyak pedagang China yang membeli barang-barang tersebut dari pedagang Majapahit.
Majapahit selalu menjalankan politik bertetangga yang baik dengan kerajaan asing. Seperti dengan Kerajaan China, Kerajaan Ayodya (Siam), Kerajaan Champa, dan Kerajaan Kamboja.
Hal itu terbukti bahwa Majapahit telah beberapa kali mengirim utusan persahabatan ke China pada sekitar tahun 1370-1381.
Hubungan kerja sama di bidang ekonomi dengan negara-negara tetangga adalah sangat penting bagi Majapahit. Hal ini dikarenakan Majapahit merupakan sumber barang dagangan yang sangat laku di pasaran.
Barang dagangan yang dipasarkan oleh Majapahit antara lain: beras, lada, gading, timah, besi, intan, ikan, cengkih, pala, kapas, dan kayu cendana.
Sedangkan dalam bidang perdagangan, Majapahit memiliki dua peranan sangat penting, yakni sebagai produsen dan perantara.
Lihat Juga: Kisah Malam Takbiran di Timor Timur, Bukan Diiringi Suara Bedug Melainkan Desingan Peluru
Dengan armada perang yang besar dan disegani, Majapahit saat itu menjadi kerajaan yang sangat disegani.
Raja Hayam Wuruk selalu berusaha meningkatkan produksi pertanian dengan memperbaiki atau memelihara tanggul sepanjang sungai untuk mencegah banjir. Di samping itu, Hayam Wuruk pula memperbaiki jalan-jalan, jembatan, dan infrastruktur lain untuk memperlancar lalu lintas perdagangan.
Komoditas perdagangan Majapahit pada waktu itu adalah beras dan rempah-rempah, sebagaimana terdapat pada "Hitam Putih Mahapatih Gajah Mada" dari tulisan Sri Wintala Achmad.
Sementara daerah-daerah pelabuhan seperti Canggu, Surabaya, Gresik, Sedayu, dan Tuban menjadi pusat perdagangan.
Berdasarkan catatan Wang-ta- yuan, pedagang Tiongkok, komoditas ekspor Jawa (Majapahit) pada saat itu ialah lada, garam, kain, dan burung kakak tua.
Adapun komoditas impornya berupa mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik, dan barang dari besi. Mata uang Majapahit dibuat dari campuran perak, timah putih, timah hitam, dan tembaga.
Sedangkan dari catatan Odorico da Pordenone (seorang biarawan Katolik Roma dari Italia) yang pernah mengunjungi Jawa pada 1321 menyebutkan bahwa istana raja Majapahit penuh dengan perhiasan emas, perak, dan permata.
Daerah-daerah pelabuhan seperti Canggu, Surabaya, Gresik, Sedayu, dan Tuban menjadi pusat perdagangan. Di bidang perdagangan walaupun tidak semenonjol Sriwijaya, banyak pedagang Majapahit berperan sebagai pedagang perantara.
Berdasarkan berita dari China diketahui Majapahit telah memperdagangkan garam, beras, lada, intan, cengkih, pala, kayu cendana, dan gading. Banyak pedagang China yang membeli barang-barang tersebut dari pedagang Majapahit.
Majapahit selalu menjalankan politik bertetangga yang baik dengan kerajaan asing. Seperti dengan Kerajaan China, Kerajaan Ayodya (Siam), Kerajaan Champa, dan Kerajaan Kamboja.
Hal itu terbukti bahwa Majapahit telah beberapa kali mengirim utusan persahabatan ke China pada sekitar tahun 1370-1381.
Hubungan kerja sama di bidang ekonomi dengan negara-negara tetangga adalah sangat penting bagi Majapahit. Hal ini dikarenakan Majapahit merupakan sumber barang dagangan yang sangat laku di pasaran.
Barang dagangan yang dipasarkan oleh Majapahit antara lain: beras, lada, gading, timah, besi, intan, ikan, cengkih, pala, kapas, dan kayu cendana.
Sedangkan dalam bidang perdagangan, Majapahit memiliki dua peranan sangat penting, yakni sebagai produsen dan perantara.
Lihat Juga: Kisah Malam Takbiran di Timor Timur, Bukan Diiringi Suara Bedug Melainkan Desingan Peluru
(shf)