Lebih Pilih Buka Mall daripada Pasar, Risma Dinilai Pro Kapitalis
loading...
A
A
A
SURABAYA - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dianggap lebih mengutamakan kepentingan para pengusaha besar dibanding masyarakat kecil. Pasalnya, Risma membiarkan mall di Surabaya tetap buka, sedangkan pasar tradisional ditutup.
Belum lama ini, Pasar Keputran Utara kembali ditutup karena dianggap sebagai klaster penyebaran Covid-19. Penutupan pasar yang berlokasi di jalan Urip Sumoharjo itu disampaikan oleh wakil sekertaris gugus tugas percepatan penangan Covid-19 Surabaya, Irvan Widianto.
"Kami sebagai gugus tugas merekomendasikan Pasar Keputran diliburkan dulu. Kami tidak lockdown, tapi diliburkan dulu," ujar Irvan.
Langkah Pemkot yang menutup Pasar Keputran dengan alasan mencegah penyebaran Covid-19 itu dinilai tak adil. Pasalnya, kebijakan Risma dinilai hanya menyasar kalangan bawah.
Sedangkan market modern seperti Tunjungan Plaza dan Pakuwon Mall tetap dibiarkan beroperasi. Padahal menurut data dari infocovid19.jatimprov.go.id Pakuwon Mall menjadi salah satu klaster penyebaran virus Corona di Surabaya.
Kholis, salah satu pedagang di Pasar Keputran mengaku kecewa dengan keputusan yang diambil oleh Pemkot. Kholis menilai kebijakan Risma merugikan para pedagang pasar. (Politisi PDIP: Keputusan Pemkot Menutup Pasar Terlalu Terburu-buru).
"Kecewa saya dengan Pemkot. Harusnya kalau mau ditutup ya tutup semua. Jangan cuman pasar, kan nggak adil. Mall buka tapi pasar ditutup. Kan kita para pedagang yang dirugikan," ujar Kholis.
Apalagi, kata Kholis, lapaknya di pasar adalah satu-satunya sumber pendapatannya. Kholis mengaku bimbang bagaimana memenuhi kebutuhan keluarganya selama Keputran ditutup. "Ya itu juga saya bingung (penuhi kebutuhan). Dagangan saya di pasar satu-satunya pemasukan buat keluarga," kata Kholis.
Pedagang sayur di pasar Keputran itu berharap agar dalam menentukan kebijakan, Pemkot bisa lebih adil. Jangan sampai rakyat kecil yang menjadi korban. "Pemkot kalau bikin kebijakan yang adil lah. Jangan rakyat kecil terus yang jadi korban," ungkap Kholis.
Belum lama ini, Pasar Keputran Utara kembali ditutup karena dianggap sebagai klaster penyebaran Covid-19. Penutupan pasar yang berlokasi di jalan Urip Sumoharjo itu disampaikan oleh wakil sekertaris gugus tugas percepatan penangan Covid-19 Surabaya, Irvan Widianto.
"Kami sebagai gugus tugas merekomendasikan Pasar Keputran diliburkan dulu. Kami tidak lockdown, tapi diliburkan dulu," ujar Irvan.
Langkah Pemkot yang menutup Pasar Keputran dengan alasan mencegah penyebaran Covid-19 itu dinilai tak adil. Pasalnya, kebijakan Risma dinilai hanya menyasar kalangan bawah.
Sedangkan market modern seperti Tunjungan Plaza dan Pakuwon Mall tetap dibiarkan beroperasi. Padahal menurut data dari infocovid19.jatimprov.go.id Pakuwon Mall menjadi salah satu klaster penyebaran virus Corona di Surabaya.
Kholis, salah satu pedagang di Pasar Keputran mengaku kecewa dengan keputusan yang diambil oleh Pemkot. Kholis menilai kebijakan Risma merugikan para pedagang pasar. (Politisi PDIP: Keputusan Pemkot Menutup Pasar Terlalu Terburu-buru).
"Kecewa saya dengan Pemkot. Harusnya kalau mau ditutup ya tutup semua. Jangan cuman pasar, kan nggak adil. Mall buka tapi pasar ditutup. Kan kita para pedagang yang dirugikan," ujar Kholis.
Apalagi, kata Kholis, lapaknya di pasar adalah satu-satunya sumber pendapatannya. Kholis mengaku bimbang bagaimana memenuhi kebutuhan keluarganya selama Keputran ditutup. "Ya itu juga saya bingung (penuhi kebutuhan). Dagangan saya di pasar satu-satunya pemasukan buat keluarga," kata Kholis.
Pedagang sayur di pasar Keputran itu berharap agar dalam menentukan kebijakan, Pemkot bisa lebih adil. Jangan sampai rakyat kecil yang menjadi korban. "Pemkot kalau bikin kebijakan yang adil lah. Jangan rakyat kecil terus yang jadi korban," ungkap Kholis.
(nag)