Pemkot Bogor Minta Operasional Commuter Line Dihentikan Selama PSBB

Selasa, 14 April 2020 - 14:11 WIB
loading...
Pemkot Bogor Minta Operasional Commuter Line Dihentikan Selama PSBB
Pemkot Bogor meminta seluruh operasional Kereta Rel Listrik (KRL) atau commuter line dihentikan selama penerapan PSBB. SINDOnews/Haryudi
A A A
BOGOR - Selama penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Pemerintah Kota Bogor meminta seluruh operasional Kereta Rel Listrik atau commuter line dihentikan selama 14 hari, terhitung mulai Rabu (15/4/2020).

Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim mengaku sudah menyampaikan saran tersebut saat pertemuan melalui video confrence antara lima kepala daerah Bodebek dengan PT KAI Commuter Indonesia (KCI) terkait persiapan pemberlakuan PSBB.

"Intinya, kepada PT KAI maupun PT KCI, kami menyarankan agar menutup total operasional (KRL) selama 14 hari, saat PSBB diterapkan. Tujuannya untuk menyelamatkan jiwa manusia agar tidak terpapar virus COVID-19," ungkap Wakil Wali Kota Bogor, Dedie Rachim, Bogor, Selasa (14/4/2020).

Lebih lanjut dia menjelaskan, risiko atau potensi penularan wabah virus Corona di moda transportasi massal sejenis KRL itu terlalu besar dan bisa menghambat efektivitas PSBB. Dengan kondisi seperti sekarang, pengendaliannya sangat lemah terhadap warga dari lima daerah yang akan melakukan PSBB.

"Kita tidak bisa menjamin bahwa pembatasan social distancing di dalam kereta api itu bisa terwujud. Buktinya apa? Buktinya terjadi penumpukan-penumpukan penumpang di setiap stasiun," ungkapnya.

Menurut dia, artinya permasalahnnya pada ketidakmampuan pemerintah untuk melakukan social distancing pada sarana moda transportasi kereta api.

"Kita bersepakat untuk melaksanakan semua pemikiran, usulan ini dengan cara bersurat resmi ke Menteri Perhubungan, Gubernur DKI Jakarta dan Gubernur Jabar. Untuk dilakukan pertimbangan-pertimbangan supaya tujuan dari social distancing yang sudah memakan biaya cukup besar tidak sia-sia," tegasnya.

Selain itu, kata Dedie, pihaknya bersama empat kepala daerah yang akan melaksanakan PSBB nanti juga meminta Gubernur DKI Jakarta untuk memikirkan lebih jauh. "Bagaimana sesungguhnya yang terjadi di Jakarta, bidang-bidang apa saja yang masih secara normal beroperasi di Jakarta ketika PSBB sudah mereka lakukan terlebih dahulu," ujarnya.

Sebab, lanjut dia, masih ada saja masyarakat dari lima daerah tersebut atau mereka yang berangkat dari Bogor dan Bekasi. Memiliki tujuan-tujuan tertentu di DKI Jakarta untuk melakukan aktivitas pekerjaan.

"Jadi, kalau memang hal tersebut bisa dipetakan Pemprov DKI Jakarta, kemudian dilakukan langkah-langkah yang lebih tegas. Tentunya dari wilayah Bogor dan Bekasi ini bisa ditekan semaksimal mungkin aktivitas warganya," tegasnya.

Meski demikian, pihaknya juga memberikan opsi alternatif, jika tidak dilakukan secara penuh penutupan operasional KRL, setidaknya memperketat pembatasan jam operasional KRL, khususnya saat jam sibuk. "Semisal jam operasional hanya pada jam 11 pagi sampai jam 2 siang saja. Kalau memang ada kebutuhan mendesak dan mengharuskan naik kereta api, bukan di jam mereka bekerja," tandasnya.

Ia menuturkan, pengajuan untuk permohonan penutupan commuterline itu berapa lama. Hari ini, suratnya akan dikonsep. "Kami sepakat, secara kolektif di tandatangani lima kepala daerah dan di kirim ke Gubernur DKI Jakarta, Gubernur Jabar, Kemenhub dan pihak perkeretapian," jelasnya.

Menurutnya skema penutupan jalur itu bukan hal baru terjadi atau baru diusulkan. Sudah banyak jalur kereta api yang ditutup. Contohnya di stasiun Maja, wilayah Tanggerang itu sudah ada. Yang jarak jauh juga sudah dikurangi dan bahkan ditutup.

"Terakhir, harus juga dipikirkan, kalau misalnya perjalanan kereta api ditutup. Apakah masyarakat pindah moda transportasi atau seperti apa, itu harus diperhatikan oleh pemerintah daerahnya," pungkasnya.
(wib)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4119 seconds (0.1#10.140)