Sulitnya Menemukan Hilal, Penampakan Bulan Sabit Tipis Penentu Awal Ramadan

Rabu, 22 Maret 2023 - 11:13 WIB
loading...
Sulitnya Menemukan Hilal, Penampakan Bulan Sabit Tipis Penentu Awal Ramadan
Kegiatan rukyatul hilal untuk menentukan awal Ramadan yang ditandai kemunculan bulan sabit.Foto/dok
A A A
BLITAR - Penampakan hilal (bulan sabit) menjadi penentu awal berlangsungnya bulan ramadan. Dengan terlihatnya hilal melalui pandangan mata langsung, umat Islam bisa memulai puasa ramadan.

Di wilayah Jawa Timur misalnya, pengamatan hilal atau rukyatul hilal biasa dilakukan di 22 titik yang tersebar di sepanjang kawasan Pantai Utara dan Madura. Di antaranya di bukit Wonocolo-Kedewan Kabupaten Bojonegoro.

Kemudian di Tanjung Kodok Tuban, Pantai Taneros Ambunten Sumenep Madura dan Bukit Gumuk Klasik Indah Kabupaten Banyuwangi. Terlihatnya hilal di salah satu titik saja, maka awal puasa ramadan bisa dimulai.

Ditinjau secara bahasa, Al-Qur’an, sunnah dan sains menyebut hilal sebagai bulan sabit yang cahayanya lembut. Dalam buku Penanggalan Islam (2013) dikatakan, kelembutan cahaya hilal laksana benang yang tampak.

Baca juga: Gelar Rukyat di 50 Titik, PBNU Perkirakan Hilal Sudah di Atas Ufuk

Cahaya lembut di ufuk barat itu dapat terlihat oleh mata kepala pada saat tenggelamnya matahari. “Sesaat setelah terbenamnya matahari di hari telah terjadinya ijtimak atau konjungsi, sebagai tanda datangnya bulan baru”.

Kenapa rukyatul hilal dilakukan pada saat matahari terbenam?. Dalam buku Penanggalan Islam disebutkan karena waktu ghurub (matahari terbenam) atau maghrib dalam kalender Islam merupakan tanda pergantian hari.

Konsep ini berbeda dengan penanggalan Masehi yang memakai acuan waktu midnight (00:00) sebagai tanda pergantian hari. Alasan lain rukyat dilakukan pada saat matahari tenggelam adalah intensitas cahaya hilal.

Sebagai bulan sabit yang sangat tipis, cahaya hilal lebih redup dibanding kecemerlangan latar langit atau cahaya matahari. Jarak (azimuth) bulan dan matahari yang terlalu dekat termasuk ketinggian, juga mengganggu cahaya hilal untuk dilihat.

Kendati matahari sudah tenggelam, cahaya hilal seringkali bias oleh sisa cahaya matahari di kaki langit. Tidak mudah memastikan kemunculan hilal dengan mata telanjang.

Penampakan hilal tidak bisa dipastikan melalui angan-angan atau dugaan serta keyakinan. Karena bisa jadi terhalang ufuk atau posisi hilal masih di bawah ufuk.

Karenanya betul- betul diperlukan upaya observasi, pengamatan atau rukyat di lapangan. Hal itu berdasarkan hadis nabi yang berbunyi:

“Berpuasalah kamu karena melihat hilal, dan berbukalah kamu karena melihat hilal. Jika terhalang (olehmu untuk melihat hilal) maka genapkanlah (istikmal) menjadi 30 hari” (HR.Muslim)
(msd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3053 seconds (0.1#10.140)