Munculnya Kerajaan Keling dan Pemindahan Ibu Kota Majapahit

Sabtu, 18 Maret 2023 - 06:53 WIB
loading...
Munculnya Kerajaan Keling dan Pemindahan Ibu Kota Majapahit
Kerajaan Keling mungkin tak sebesar Kerajaan Majapahit yang berhasil menguasai nusantara.Foto/ilustrasi
A A A
Kerajaan Keling mungkin tak sebesar Kerajaan Majapahit yang berhasil menguasai nusantara. Namun Kerajaan Keling ini konon mampu menaklukkan kehebatan Majapahit yang mulai melemah pasca serangkaian perang saudara.

Jejak Kerajaan Keling tercantum dalam Prasasti Petak dan Prasasti Trailokyapuri. Dimana Prasasti Padukuhan Duku dikeluarkan pada tanggal sepuluh bulan terang bulan Jyesta tahun Saka 1408. Prasasti itu sampai sekarang masih ada di tempatnya semula di desa Kembang Sore, yang disebut Prasasti Petak.

Prof. Slamet Muljana dalam "Pemugaran Persada Leluhur Majapahit", menyebut pengesahan anugerah tanah Trailokyapuri' telah dilakukan oleh Sang Prabhu Girindrawardhana Dyah Ranawijaya dengan pemberian prasasti Jiyu di Kabupaten Majakerta bertarikh bulan Kartika tahun Saka 1408, lima bulan sesudah pengeluaran prasasti Padukuhan Duku. Prasasti Jiyu ini mengatur bagaimana pembangunan candi Trailokyapuri untuk pemujaan Sang Maharsi Bharadhwaja dan Bhatara Wisnu.

Prasasti Jiyu OJO XCIV dan XCV tanpa tarikh mengisahkan anugerah tanah Trailokyapuri oleh Sri Maharaja Bhatara Keling, yang bergelar Girindrawardhana Singawardhana Dyah Wijayakusuma, terdiri dari dua batu besar.

Baca juga: 3 Narasi Sejarah Kerajaan Majapahit yang Diragukan Kebenarannya, Nomor 2 Paling Umum

Prasasti Trailokyapuri sendiri berisikan Bhatara Keling Girindrawardhana Singawardhana Dyah Wijayakusuma telah memerintahkan pembuatan prasasti tentang anugerah tanah Trailokyapuri kepada Sri Brahmaraja Ganggadhara, terdiri dari desa Sawek, Pung, Talasan dan Batu sebagai tanah perdikan untuk pembangunan candi Trailokyapuri yang akan dijadikan tempat pemujaan Maharsi Bharadhwaja dan Sri Bhatara Rama.

Pernyataan prasasti Padukuhan Duku tentang pengesahan anugerah tanah di desa Petak kepada Sri Brahmaraja Ganggadhara berkat usahanya memenangkan perang melawan Majapahit oleh Sri Maharaja Girindrawardhana Dyah Ranawijaya, merupakan bukti bahwa Majapahit sebelum tahun 1486 telah ditundukkan oleh Keling.

Penyebutan gelar Bhatara Keling bagi Sri Maharaja Girindrawardhana Singawardhana Dyah Wijayakusuma dan bagi Sri Maharaja Girindrawardhana Dyah Ranawijaya merupakan bukti bahwa setelah Majapahit ditundukkan. Dimana saat itu ibukota telah dipindahkan dari Majapahit ke Keling.

Dengan pemindahan ibukota itu, sejak tahun 1478 dengan mangkatnya Sang Prabhu Giripati Prasuta Bhupati Dyah Suraprabhawa, Majapahit berhenti sebagai ibukota kerajaan dan kraton Majapahit sejak itu menjadi kosong.

Prasasti Padukuhan Duku dan Prasasti Majajejer menyatakan bahwa Sri Brahmaraja Ganggadhara mohon kepada Sri Maharaja Girindrawardhana Dyah Ranawijaya untuk mengesahkan anugerah tanah di desa Petak dan Trailokyapuri dengan Girindrawardhanalancana, permohonan itu dikabulkan. Dua prasasti itu merupakan bukti pengesahan anugerah tanah oleh Sri Maharaja Girindrawardhana Singawardhana Dyah Wijayakusuma kepada Sri Brahmaraja Ganggadhara, yang dilakukan oleh Sri Maharaja Girindrawardhana Dyah Ranawijaya.

Kedua prasasti itu memang mengandung stempel Kerajaan Keling yang dipimpin oleh Sri Maharaja Girindrawardhana Dyah Ranawijaya berupa: dua telapak kaki di bawah payung; diapit oleh tongkat yang dilllit ular, bunga, dan lingga di sebelah kiri, dan kendi serta kursi di sebelah kanan.

Pada prasasti Jiyu (OJO XCIV-XCV) dinyatakan bahwa Bhatara Keling Sri Maharaja Girindrawardhana Singawardhana Dyah Wijayakusuma memberikan perintah kepada Sri Brahmaraja Ganggadhara untuk mengadakan pesta sradha sempurna. Pesta ini untuk memperingati mangkat Sri Paduka Bhatara ring Dahanapura Sang mokteng Indranibhawana setelah dua belas tahun.

Tetapi perintah itu ternyata belum dilaksanakan, karena pada prasasti Jiyu (OJO XCII) Sri Maharaja Girindrawardhana Dyah Ranawijaya pada kesempatan mengesahkan anugerah tanah Trailokyapuri, mengu- langi lagi perintah tersebut kepada Sri Brahmaraja Ganggadhara. Dari ulangan perintah itu nyata bahwa Girindrawardhana Singawardhana Dyah Wijayakusuma baru saja mangkat.

Dikarenakan sang Prabhu tiba-tiba mangkat ketika prasasti Trailokyapuri itu sedang disiapkan dan belum sempat diberi stempel Girindrawardhanalencana, maka Sri Brahmaraja Ganggadhara mohon kepada Sang Prabhu Girindrawardhana Dyah Ranawijaya untuk mengesahkan anugerah tanah Trailokyapuri dengan Girindrawardhanalencana.

Dari uraian itu nyata bahwa Sri Maharaja Girindrawar- dhana Dyah Ranawijaya ialah pengganti Sri Maharaja Girindrawardhana Dyah Wijayakusuma sebagai raja Keling. Boleh dipastikan kedua tokoh itu mempunyai hubungan kekeluargaan, tetapi apakah hubungan ayah-anak atau hubungan kakak-adik, belum diketahui secara pasti. Namun yang pasti bahwa keduanya menggunakan nama Girindrawardhana dan bergelar Bhatara Keling.
(msd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1078 seconds (0.1#10.140)