Kisah Arya Damar: Ahli Bahan Peledak Kerajaan Majapahit, Ayah Tiri Raden Patah

Sabtu, 04 Maret 2023 - 05:00 WIB
loading...
A A A
Ayah Tiri Raden Patah
Dalam naskah-naskah babad dan serat, misalnya Babad Tanah Jawi, tokoh Arya Damar disebut sebagai ayah tiri Raden Patah, raja Demak pertama. Dikisahkan ada seorang raksasa wanita ingin menjadi istri Brawijaya raja terakhir Majapahit (versi babad).

Ia pun mengubah wujud menjadi gadis cantik bernama Endang Sasmintapura, dan segera ditemukan oleh Patih Kerajaan Majapahit (yang juga bernama Gajah Mada) di dalam pasar kota. Sasmintapura pun dipersembahkan kepada Brawijaya III untuk dijadikan istri.

Namun, ketika sedang mengandung Sasmintapura kembali ke wujud raksasa karena makan daging mentah. Ia pun diusir oleh Brawijaya III sehingga melahirkan bayinya di tengah hutan. Putra sulung Brawijaya III itu diberi nama Jaka Dilah. Setelah dewasa Jaka Dilah mengabdi ke Majapahit.

Ketika Brawijaya ingin berburu, Jaka Dilah pun mendatangkan semua binatang hutan di halaman istana. Brawijaya III sangat gembira melihatnya dan akhirnya sudi mengakui Jaka Dilah sebagai putranya. Jaka Dilah kemudian diangkat sebagai bupati Palembang bergelar Arya Damar.

Sementara itu Brawijaya V telah menceraikan seorang selirnya yang berdarah Tiongkok karena permaisurinya yang bernama Ratu Dwarawati (Putri Campa) merasa cemburu. Putri Tiongkok itu diserahkan kepada Arya Damar untuk dijadikan istri. Arya Damar membawa putri Tiongkok ke Palembang. Wanita itu melahirkan putra Brawijaya V yang diberi nama Raden Patah.

Kemudian dari pernikahan dengan Arya Damar, lahir Raden Kusen. Dengan demikian terciptalah suatu silsilah yang rumit antara Arya Damar, Raden Patah, dan Raden Kusen. Setelah dewasa, Raden Patah dan Raden Kusen meninggalkan Palembang menuju Jawa. Raden Patah akhirnya menjadi raja Demak pertama, dengan bergelar Panembahan Jimbun.

Kisah hidup Raden Patah juga tercatat dalam kronik Tiongkok dari Kuil Sam Po Kong Semarang. Dalam naskah itu, Raden Patah disebut dengan nama Jin Bun, sedangkan ayah tirinya bukan bernama Arya Damar, melainkan bernama Swan Liong (Naga Berlian).

Swan Liong adalah putra raja Majapahit bernama Yang-wi-si-sa yang lahir dari seorang selir Tiongkok. Mungkin Yang-wi-si-sa sama dengan Hyang Wisesa atau mungkin Hyang Purwawisesa. Kedua nama ini ditemukan dalam naskah Pararaton. Swan Liong di Palembang memiliki asisten bernama Bong Swi Hoo.

Pada tahun 1445 Bong Swi Hoo pindah ke Jawa dan menjadi menantu Gan Eng Cu. Pada tahun 1451 Bong Swi Hoo mendirikan pusat perguruan agama Islam di Surabaya, dan ia pun terkenal dengan sebutan Sunan Ampel. Swan Liong di Palembang memiliki istri seorang bekas selir Kung-ta-bu-mi raja Majapahit. Mungkin Kung-ta-bu-mi adalah ejaan Tionghoa untuk Bhre Kertabhumi.

Dari wanita itu lahir dua orang putra bernama Jin Bun (Orang Kuat) dan Kin San (Gunung Emas). Pada tahun 1474 Jin Bun dan Kin San pindah ke Jawa untuk berguru kepada Bong Swi Hoo alias Sunan Ampel. Tahun berikutnya, Jin Bun mendirikan kota Demak sedangkan Kin San mengabdi kepada Kung-ta-bu-mi di Majapahit.

Tidak diketahui dengan pasti sumber mana yang digunakan oleh pengarang kronik Tiongkok dari Kuil Sam Po Kong di atas. Kemungkinan besar si pengarang pernah membaca Pararaton sehingga nama-nama raja Majapahit yang ia sebutkan mirip dengan nama-nama raja dalam naskah dari Bali tersebut. Misalnya, si pengarang kronik tidak menggunakan nama Brawijaya yang lazim digunakan dalam naskah-naskah babad.

Jika dibandingkan dengan Babad Tanah Jawi, maka isi naskah kronik Tiongkok Sam Po Kong terkesan lebih masuk akal. Misalnya, ibu Arya Damar adalah seorang raksasa, sedangkan ibu Swan Liong adalah manusia biasa. Ayah Arya Damar sama dengan ayah Raden Patah, sedangkan ibu Swan Liong dan Jin Bun berbeda.

Terpesona Kecantikan Istri Raja Majapahit
Tertulis pada Brawijaya Moksa Detik-Detik Akhir Perjalanan Hidup Prabu Majapahit, Arya Damar pada suatu waktu menerima pesan dari ayahnya yaitu Raja Majapahit Prabu Brawijaya V.

Pesannya adalah untuk menjemput istri selirnya yaitu Dewi Kian dan bayi yang dikandungnya untuk dititipkan di Kadipaten Palembang. Sang Baginda merasa yakin putranya bernama Raden Arya Damar mampu merawat, mendidik, dan membesarkan putra Dewi Kian dengan baik di istana kecil Palembang.

Sesuai pesan Ramandanya, pada waktu yang ditentukan, Raden Arya Damar datang ke Pelabuhan Gresik untuk menjemput Dewi Kian. "Mari Tuan Putri naik ke kapal laut lalu kita langsung berangkat ke Palembang," ujar Raden Arya Damar mempersilakan Dewi Kian.

Pertama kali melihat sosok Dewi Kian, Arya Damar yang sudah tumbuh menjadi pemuda dewasa itu, mengakui bahwa pilihan Kanjeng Ramanya terhadap perempuan dari Negeri Tirai Bambu itu tak keliru. Dewi Kian adalah seorang yang berpenampilan menarik, anggun, dan memancarkan aura cahaya yang penuh dengan keindahan.

"Kanjeng Rama memang pintar dalam memilih perempuan-perempuan cantik yang dinikahinya, terutama sosok Dewi Kian ini," kata hatinya. Tetapi, Arya Damar sembari mengingat isi pesan yang dititipkan Sang Prabu kepada dirinya yaitu tak boleh menyentuh-nya sampai Dewi Kian melahirkan si jabang bayi dari rahimnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2843 seconds (0.1#10.140)