Sungai Keruh Akibat Tambang, 134 Hektare Tambak di Kolaka Utara Stop Beroperasi

Kamis, 02 Februari 2023 - 18:42 WIB
loading...
Sungai Keruh Akibat Tambang, 134 Hektare Tambak di Kolaka Utara Stop Beroperasi
Ratusan hektare (Ha) tambak perikanan darat di wilayah Kecamatan Batu Putih, Kabupaten Kolaka Utara (Kolut), Sulawesi Tenggara dibiarkan menganggur. MPI/Rusli
A A A
KOLAKA UTARA - Ratusan hektare (Ha) tambak perikanan darat di wilayah Kecamatan Batu Putih, Kabupaten Kolaka Utara (Kolut), Sulawesi Tenggara dibiarkan menganggur.

Pasalnya, pasokan air bersih untuk mengairi kolam budidaya mereka dari sungai setempat berwarna merah kecokelatan. Perubahan air sungai tersebut disebakan oleh aktivitas pertambangan nikel.

Kadis Perikanan Kolut, Muhsin mengatakan luas budi daya air payau yang termanfaatkan di Kecamatan Batu Putih sejumlah 384 Ha .
Berdasarkan data yang dirangkum instansinya pada 2022 mengungkapkan terdapat 134 Ha tidak produktif lagi. "Salah satu faktor penyebab akibat imbas pertambangan," ujarnya, Kamis (2/2/2023).

Tambak yang banyak stop produksi yakni Desa Latowu. Sungai yang selama ini dimanfaatkan penambak mengairi kolam mereka terdampak limpasan dari aktifitas pertambangan hingga berwarna merah.

Salah satu pekerja tambak di desa itu yakni Nanang (35). Ia masih mengelolah seluas 1,5 Ha dengan kondisi air tambaknya berwarna kemerahan. "Kadang cepat dipanen meski seharusnya belum waktunya karena jangan sampai mati," ucapnya.

Ia juga menunjukkan beberapa tambak disekitarnya yang tidak aktif lagi dan telah diselimuti rumput liar. Tambak yang dikelolahnya masih dipertahankan meski keuntungan menipis.

"Dulu itu sekali panen bisa capai Rp40-Rp50 juta. Sekarang jutaan saja lantaran kadang banyak yang mati dan juga timbangan kurang karena cepat panen," bebernya.

Baca: Hantam Belakang Truk di Tol Tebingtinggi-Medan, 2 Penumpang HR-V Tewas.

Tambak yang diolahnya memang dilalui langsung sungai kecil untuk pengairan. Namun sumber mata pencahariannya itu juga berbatasan langsung dengan jalan jety salah satu perusahaan tambang. Debu beterbangan setiap kali dump truk perusahaan melintas.

Selain karena limpasan air berlumpur yang mewarnai sungai, banyak pemilik tambak kesulitan mencari pekerja karena beralih menjadi karyawan perusahaan tambang. Profesi baru mereka dianggap lebih menjanjikan ketimbang menjadi petani budi daya perikanan darat.
(nag)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1683 seconds (0.1#10.140)