Kisah Pembantaian Anak Bangsawan yang Membuat Kerajaan Mataram Luluh Lantak oleh Serangan Dahsyat Trunajaya
Senin, 16 Januari 2023 - 07:15 WIB
Kontroversi raja keempat Mataram, Sultan Amangkurat I, saat memimpin Mataram, berujung fatal. Banyak ketidakpuasan yang terjadi selama kepemimpinan Sultan Amangkurat I, hingga memicu banyak ketegangan di internal keraton.
Peri Mardiyono dalam bukunya yang berjudul "Tuah Bumi Mataram: Dari Panembahan Senopati hingga Amangkurat II", menyebutkan, pemberontakan benar-benar terjadi ke Mataram. Sosok yang melakukannya adalah Trunajaya.
Trunajaya dan pasukannya berhasil meluluhlantakkan Ibu Kota Mataram, Plered, dalam serangan kilat selama lima hari, yakni pada 28 Juni-3 Juli. Plered digempur habis-habisan. Kota baru yang didirikan dengan seluruh tenaga dan keringat rakyat, akhirnya luluh lantah.
Serangan ke Mataram yang dilakukan Trunajaya ini, juga disokong oleh sekutu Madura, yang kebanyakan dari Makassar. Sebelum meluluhlantakkan ibu kota Mataram, Plered, pasukan Trunajaya yang merupakan bangsawan Madura tersebut, bergerak terlebih dahulu dengan menghabisi beberapa daerah kekuasaan Mataram, di pesisir utara Jawa pada 1676.
Peperangan pertama antara pasukan Trunajaya dengan Mataram pecah di Gedogog, pada 1676. Saat itu pasukan Trunajaya berhasil menang, dan perlahan tapi pasti menguasai wilayah utara Pulau Jawa yang menjadi kekuasaan Mataram. Bahkan, serangan ini membuat Sultan Amangkurat I terdesak dan melarikan diri kembali ke Plered. Tetapi malang ia meninggal dunia saat berada di tempat pelariannya.
Sejarah mencatat, pemberontakan Trunajaya ini disebabkan kepimpinan Sultan Amangkurat I yang cenderung diktator dan kejam terhadap lawan-lawan politiknya. Hal ini menjadikan banyak ketidakpuasan timbul dari daerah-daerah kekuasaan Mataram kala itu, termasuk Madura. Banyak tokoh bangsawan dan ulama yang menjadi korban kekejaman Sultan Amangkurat I.
Baca Juga
Peri Mardiyono dalam bukunya yang berjudul "Tuah Bumi Mataram: Dari Panembahan Senopati hingga Amangkurat II", menyebutkan, pemberontakan benar-benar terjadi ke Mataram. Sosok yang melakukannya adalah Trunajaya.
Trunajaya dan pasukannya berhasil meluluhlantakkan Ibu Kota Mataram, Plered, dalam serangan kilat selama lima hari, yakni pada 28 Juni-3 Juli. Plered digempur habis-habisan. Kota baru yang didirikan dengan seluruh tenaga dan keringat rakyat, akhirnya luluh lantah.
Serangan ke Mataram yang dilakukan Trunajaya ini, juga disokong oleh sekutu Madura, yang kebanyakan dari Makassar. Sebelum meluluhlantakkan ibu kota Mataram, Plered, pasukan Trunajaya yang merupakan bangsawan Madura tersebut, bergerak terlebih dahulu dengan menghabisi beberapa daerah kekuasaan Mataram, di pesisir utara Jawa pada 1676.
Peperangan pertama antara pasukan Trunajaya dengan Mataram pecah di Gedogog, pada 1676. Saat itu pasukan Trunajaya berhasil menang, dan perlahan tapi pasti menguasai wilayah utara Pulau Jawa yang menjadi kekuasaan Mataram. Bahkan, serangan ini membuat Sultan Amangkurat I terdesak dan melarikan diri kembali ke Plered. Tetapi malang ia meninggal dunia saat berada di tempat pelariannya.
Sejarah mencatat, pemberontakan Trunajaya ini disebabkan kepimpinan Sultan Amangkurat I yang cenderung diktator dan kejam terhadap lawan-lawan politiknya. Hal ini menjadikan banyak ketidakpuasan timbul dari daerah-daerah kekuasaan Mataram kala itu, termasuk Madura. Banyak tokoh bangsawan dan ulama yang menjadi korban kekejaman Sultan Amangkurat I.
tulis komentar anda