Keluarga di Surabaya Hidup Tanpa Listrik, Ini Kisahnya
Senin, 12 Desember 2022 - 20:11 WIB
SURABAYA - Miris dialami Kusaeri (57), warga Jalan Juwingan 124, Kelurahan Kertajaya, Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya. Dia hidup tanpa listrik bersama istri, anak dan dua cucunya.
Belakangan diketahui, Kusaeri tidak diizinkan memasang listrik sendiri oleh pemilik tanah tempatnya mengontrak.
Camat Gubeng Kota Surabaya, Eko Kurniawan Purnomo menuturkan, pihaknya telah melakukan mediasi dengan pemilik tanah tersebut. Sebab, tanah atau lahan yang dihuni keluarga Kusaeri berstatus kontrak.
"Jadi Pak Kusaeri itu, dia sewa di lahannya orang, bangun rumah sendiri. Dia tinggal di situ dengan istri, anak dan dua cucunya tanpa ada listrik," kata Eko, Senin (12/12/2022).
Eko mengungkapkan, sebelumnya keluarga Kusaeri pernah disalurkan listrik dari tetangga. Bahkan pada tahun 2015-2020, sudah ada tiga tetangga yang pernah menyalurkan listrik ke rumah Kusaeri.
Namun, karena listrik tetangga sering mati lantaran bebannya tidak kuat, akhirnya mereka semua keberatan.
"Semua (tetangga) rata-rata membantu hanya khusus untuk penerangan di dalam rumah (gratis). Karena pemakaiannya berlebihan, sehingga membuat tarif yang membantu membengkak dan akhirnya diputus," ungkapnya.
Belakangan diketahui, Kusaeri tidak diizinkan memasang listrik sendiri oleh pemilik tanah tempatnya mengontrak.
Camat Gubeng Kota Surabaya, Eko Kurniawan Purnomo menuturkan, pihaknya telah melakukan mediasi dengan pemilik tanah tersebut. Sebab, tanah atau lahan yang dihuni keluarga Kusaeri berstatus kontrak.
"Jadi Pak Kusaeri itu, dia sewa di lahannya orang, bangun rumah sendiri. Dia tinggal di situ dengan istri, anak dan dua cucunya tanpa ada listrik," kata Eko, Senin (12/12/2022).
Eko mengungkapkan, sebelumnya keluarga Kusaeri pernah disalurkan listrik dari tetangga. Bahkan pada tahun 2015-2020, sudah ada tiga tetangga yang pernah menyalurkan listrik ke rumah Kusaeri.
Namun, karena listrik tetangga sering mati lantaran bebannya tidak kuat, akhirnya mereka semua keberatan.
"Semua (tetangga) rata-rata membantu hanya khusus untuk penerangan di dalam rumah (gratis). Karena pemakaiannya berlebihan, sehingga membuat tarif yang membantu membengkak dan akhirnya diputus," ungkapnya.
tulis komentar anda