Solusi di Masa Sulit Pandemi COVID-19, Jehamu Budidaya Sayuran Organik
Minggu, 05 Juli 2020 - 10:12 WIB
SEMARANG - Dampak pandemi COVID-19 sangat dirasakan oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Seperti yang dialami Yohanes Jehamu. Dia terpaksa dirumahkan dari tempatnya bekerja karena terdampak COVID-19.
Ya, Jehamu yang bekerja sebagai surveyor sebuah hotel di Kota Semarang harus menerima kenyataan pahit. Perusahaan tak lagi mempekerjakannya sejak Maret 2020 hingga sekarang. Padahal, dia baru bekerja di hotel pada awal 2019 silam.
Namun kenyataan pahit itu tak membuat Jehamu putus asa dan menyerah pada keadaan. Itu dibuktikan dengan keahliannya mengembangkan budidaya tanaman sayuran organik. Bahkan, cara penanaman dilakukan denan metode polybag dengan penggunaan pupuk organik yang dibuatnya sendiri.
Warga asal Flores NTT yang tinggal di Kota Semarang sejak 2014 itu, memanfaatkan lahan kosong di kompleks perumahannya di kampung Berlian RT 3/5, Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tembalang.
“Pada awal 2019, saya bekerja di hotel Semarang, sebagai surveyor. Karena terdampak Covid saya dirumahkan sejak Maret 2020 hingga sekarang. Ya, daripada tinggal di rumah nganggur, saya coba budidaya tanaman sayuran secara organik dengan polybag,” kata Jehamu kepada SINDOnews, Minggu (5/7/2020).
Dia mengemukakankan, untuk berinovasi dalam merawat pola penanaman polybag yakni dengan memanfaatkan sampah rumah tangga untuk pupuk organik.
“Untuk jenis tanaman sayuran ataupun obat-obatan diantaranya jahe, kunyit, lengkuas, sere, temulawak sayuran sawi, tomat, terong, seledri dan lain sebagainya,” ujar dia.
Jehamu mengaku mulai melakukan budidaya tanaman sayuran organik pada 10 April 2020. Untuk panen dilakukan setiap 2,5 bulan.
“Awalnya tanaman (sayuran) ini hanya untuk konsumsi sendiri. Namun karena banyak permintaan tetangga dan sekitarnya ya kami jual. Untuk terong dan cabe per polybag/pot seharga Rp25 ribu, begitu juga dengan terong Rp25 ribu/kg,” tutur Jehamu.
Ya, Jehamu yang bekerja sebagai surveyor sebuah hotel di Kota Semarang harus menerima kenyataan pahit. Perusahaan tak lagi mempekerjakannya sejak Maret 2020 hingga sekarang. Padahal, dia baru bekerja di hotel pada awal 2019 silam.
Namun kenyataan pahit itu tak membuat Jehamu putus asa dan menyerah pada keadaan. Itu dibuktikan dengan keahliannya mengembangkan budidaya tanaman sayuran organik. Bahkan, cara penanaman dilakukan denan metode polybag dengan penggunaan pupuk organik yang dibuatnya sendiri.
Warga asal Flores NTT yang tinggal di Kota Semarang sejak 2014 itu, memanfaatkan lahan kosong di kompleks perumahannya di kampung Berlian RT 3/5, Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tembalang.
“Pada awal 2019, saya bekerja di hotel Semarang, sebagai surveyor. Karena terdampak Covid saya dirumahkan sejak Maret 2020 hingga sekarang. Ya, daripada tinggal di rumah nganggur, saya coba budidaya tanaman sayuran secara organik dengan polybag,” kata Jehamu kepada SINDOnews, Minggu (5/7/2020).
Dia mengemukakankan, untuk berinovasi dalam merawat pola penanaman polybag yakni dengan memanfaatkan sampah rumah tangga untuk pupuk organik.
“Untuk jenis tanaman sayuran ataupun obat-obatan diantaranya jahe, kunyit, lengkuas, sere, temulawak sayuran sawi, tomat, terong, seledri dan lain sebagainya,” ujar dia.
Jehamu mengaku mulai melakukan budidaya tanaman sayuran organik pada 10 April 2020. Untuk panen dilakukan setiap 2,5 bulan.
“Awalnya tanaman (sayuran) ini hanya untuk konsumsi sendiri. Namun karena banyak permintaan tetangga dan sekitarnya ya kami jual. Untuk terong dan cabe per polybag/pot seharga Rp25 ribu, begitu juga dengan terong Rp25 ribu/kg,” tutur Jehamu.
tulis komentar anda