Soeharto, Anak Petani Miskin yang Menjadi Presiden RI Kedua
Kamis, 09 Juni 2022 - 05:31 WIB
Secara ekonomi, Kertosudiro bukan termasuk kalangan berada. Ia tidak memiliki tanah. Sawah seluas kurang dari satu hektare yang dikerjakan, merupakan sawah bengkok dari jabatannya sebagai ulu-ulu.
Karena tak mampu membeli kerbau, Kertosudiro menggarap sawahnya dengan cara mencangkulinya sendiri. Kendati demikian, kelahiran bayi laki-laki harus dirayakan dengan meriah.
Tepat seminggu paska kelahiran putranya, Kertosudiro menggelar hajat selamatan. Diundanglah semua saudara, sanak kerabat, tetangga dekat untuk berkumpul, dan makan bersama.
Doa semoga bayi yang baru lahir diberi panjang umur, kesehatan, keselamatan dan murah rezeki dipanjatkan sama-sama. Atas petunjuk tetua kampung, bayi laki-laki itu diberi nama Soeharto.
Saat bayi itu dilahirkan, di langit tidak terlihat tanda-tanda yang kudus. Tidak ada letusan gunung berapi dan tiada ramalan tentang seorang Putera Fajar.
“Kelahiran Soeharto tidak berbeda dengan kelahiran anak-anak lainnya di kampung itu, dengan orang tua yang melarat tetapi berbesar hati,” kata O.G Roeder dalamnya.
Harapan Pak Kerto mendapat anak laki-laki tidak muluk-muluk. Ia membayangkan si anak nanti dapat membantunya di sawah dan dengan kehendak Tuhan akan dapat mewarisi pekerjaannya sebagai ulu-ulu.
Namun, Tuhan berkehendak lain. Bayi laki-laki bernama Soeharto yang lahir paska tiga tahun perang dunia pertama dan krisis ekonomi tengah melanda di mana-mana itu, kelak menjadi Presiden Republik Indonesia yang kedua.
Soeharto menjabat Presiden RI selama 32 tahun, yakni mulai 12 Maret 1967, dan berakhir dengan mengundurkan diri, pada 21 Mei 1998. Soeharto meninggal dunia, di usia 86 tahun, pada 27 Januari 2008.
Karena tak mampu membeli kerbau, Kertosudiro menggarap sawahnya dengan cara mencangkulinya sendiri. Kendati demikian, kelahiran bayi laki-laki harus dirayakan dengan meriah.
Tepat seminggu paska kelahiran putranya, Kertosudiro menggelar hajat selamatan. Diundanglah semua saudara, sanak kerabat, tetangga dekat untuk berkumpul, dan makan bersama.
Doa semoga bayi yang baru lahir diberi panjang umur, kesehatan, keselamatan dan murah rezeki dipanjatkan sama-sama. Atas petunjuk tetua kampung, bayi laki-laki itu diberi nama Soeharto.
Saat bayi itu dilahirkan, di langit tidak terlihat tanda-tanda yang kudus. Tidak ada letusan gunung berapi dan tiada ramalan tentang seorang Putera Fajar.
“Kelahiran Soeharto tidak berbeda dengan kelahiran anak-anak lainnya di kampung itu, dengan orang tua yang melarat tetapi berbesar hati,” kata O.G Roeder dalamnya.
Harapan Pak Kerto mendapat anak laki-laki tidak muluk-muluk. Ia membayangkan si anak nanti dapat membantunya di sawah dan dengan kehendak Tuhan akan dapat mewarisi pekerjaannya sebagai ulu-ulu.
Namun, Tuhan berkehendak lain. Bayi laki-laki bernama Soeharto yang lahir paska tiga tahun perang dunia pertama dan krisis ekonomi tengah melanda di mana-mana itu, kelak menjadi Presiden Republik Indonesia yang kedua.
Soeharto menjabat Presiden RI selama 32 tahun, yakni mulai 12 Maret 1967, dan berakhir dengan mengundurkan diri, pada 21 Mei 1998. Soeharto meninggal dunia, di usia 86 tahun, pada 27 Januari 2008.
tulis komentar anda