Mitos Puting Beliung di Gunungkidul Gara-gara Tak Gelar Wayangan

Sabtu, 19 Maret 2022 - 14:08 WIB
Ilustrasi rumah rusak diterjang angin puting beliung. Foto: Istimewa/SINDOnews
GUNUNGKIDUL - Bencana angin puting beliung melanda Kalurahan Mulusan, Kapanewon Paliyan, Gunungkidul, akhir pekan lalu. Penanganan rumah yang rusak hampir selesai dilakukan.

Dari 186 rumah yang rusak, tinggal beberapa saja yang masih perlu perbaikan yaitu rumah yang rusak berat.

Meskipun cukup cepat, namun sebenarnya perbaikan ratusan rumah yang rusak akibat terjangan angin puting beliung tersebut sempat mengalami kendala.



Perbaikan ratusan rumah ini terkendala dengan mitos yang berkembang di masyarakat, di mana kayu-kayu yang tumbang tidak boleh digunakan untuk membangun rumah.



Lurah Mulusan Agus Supodo mengakui adanya mitos tersebut. Orang-orang dulu atau sejak nenek moyang telah berkembang kepercayaan jika pohon yang tersambar petir jati, roboh karena bencana seperti puting beliung, tidak boleh digunakan untuk membangun atau memperbaiki rumah.

"Kalau digunakan kurang bagus karena ada aura negatif. Sehingga sampai sekarang ini kepercayaan masyarakat itu masih dipatuhi,"ujar dia, Sabtu (19/3/2022).

Tiga kepercayaan yang sampai saat ini masih dipatuhi oleh masyarakat terkait pohon yang roboh karena tersambar petir ataupun bencana lain. Di mana jika nekat digunakan atau dipasang, maka rumah akan roboh, kemudian yang menempati tidak tenang selama kayu belum diganti serta penghuni rumah akan selalu dihantui.

Di satu sisi, jika kayu tersebut dijual, maka hanya akan dihargai dengan nominal yang murah. Karena para pengepul akan mengetahuinya jika kayu tersebut adalah bekas pohon yang tumbang di mana masyarakat enggan menggunakannya.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content