Kisah Sulut Bergolak saat Peristiwa Merah Putih 14 Februari 1946
Senin, 14 Februari 2022 - 10:46 WIB
MANADO - Sulawesi Utara (Sulut) bergolak pada 14 Februari 1946 silam yang kini diperingati sebagai peristiwa patriotik Merah Putih. Peristiwa ini dipicu atas kemarahan kepada Belanda yang memprovokasi dunia luar bahwa Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 hanyalah gertakan segelintir orang di Pulau Jawa.
Foto/Ist
LN Palar yang saat itu sebagai Duta Besar Pertama RI di PBB sedang berjuang untuk mendapatkan dukungan internasionnal kemudian mengontak para pejuang di Manado, meminta mereka melakukan perlawanan terhadap Belanda.
Bangkitnya keberanian warga Minahasa untuk merebut kekuasaan dari tangan Belanda juga semakin terdorong ketika mereka membaca pesan rahasia dari Pahlawan Nasional, Dr Sam Ratulangi yang saat itu sebagai Gubernur Sulawesi di Makassar.
Sam Ratulangi meminta tentara KNIL, asal Minahasa yang pro RI segera melakukan aksi militer di tangsi KNIL (Sekarang Markas Pomdam XIII/Merdeka) di Teling Manado.
Surat rahasia itu kemudian dibawa ke BW Lapian yang adalah seorang politisi dan CH Taulu yang merupakan tokoh militer.
Ben Wowor dalam bukunya 'Sulawesi Utara Bergolak: Peristiwa Patriotik Merah-Putih, 14 Pebruari 1946 (1985)' menulis bahwa pada 7 Februari 1946, seluruh rencana telah rampung sampai pada tindakan-tindakan darurat serta pengamanan bilamana terjadi sesuatu kemacetan.
Foto/Ist
LN Palar yang saat itu sebagai Duta Besar Pertama RI di PBB sedang berjuang untuk mendapatkan dukungan internasionnal kemudian mengontak para pejuang di Manado, meminta mereka melakukan perlawanan terhadap Belanda.
Baca Juga
Bangkitnya keberanian warga Minahasa untuk merebut kekuasaan dari tangan Belanda juga semakin terdorong ketika mereka membaca pesan rahasia dari Pahlawan Nasional, Dr Sam Ratulangi yang saat itu sebagai Gubernur Sulawesi di Makassar.
Sam Ratulangi meminta tentara KNIL, asal Minahasa yang pro RI segera melakukan aksi militer di tangsi KNIL (Sekarang Markas Pomdam XIII/Merdeka) di Teling Manado.
Surat rahasia itu kemudian dibawa ke BW Lapian yang adalah seorang politisi dan CH Taulu yang merupakan tokoh militer.
Ben Wowor dalam bukunya 'Sulawesi Utara Bergolak: Peristiwa Patriotik Merah-Putih, 14 Pebruari 1946 (1985)' menulis bahwa pada 7 Februari 1946, seluruh rencana telah rampung sampai pada tindakan-tindakan darurat serta pengamanan bilamana terjadi sesuatu kemacetan.
tulis komentar anda