Kebengisan Amangkurat II Eksekusi Mati Trunojoyo: Kepala Dipenggal, Diinjak, Ditumbuk
Kamis, 09 Desember 2021 - 05:32 WIB
Hukuman mati yang dijatuhkan Amangkurat II terhadap Trunojoyo menjadi bentuk eksekusi paling sadis dan mengerikan dalam sejarah bangsa di Indonesia. Raden Trunojoyo atau Trunajaya dihukum mati setelah dianggap menjadi pemberontak di era Kerajaan Mataram di masa Amangkurat I dan Amangkurat II.
Akhir hidup Trunojoyo yang masih cicit Sultan Agung yang tragis setelah kekalahan dalam perang melawan pasukan Mataram di bawah perintah Amangkurat II yang dibantu VOC pada 27 Desember 1679. Adipati Anom alias Amangkurat II balas menyerang Trunojoyo setelah menandatangani persekutuan dengan VOC.
Persekutuan ini dikenal dengan nama Perjanjian Jepara pada September 1677 yang isinya Sultan Amangkurat II Raja Mataram harus menyerahkan pesisir Utara Jawa jika VOC membantu memenangkan terhadap pemberontakan Trunojoyo.
Trunojoyo yang setelah kemenangannya bergelarPanembahan Maduretno, kemudian mendirikan pemerintahannya sendiri. Saat itu hampir seluruh wilayah pesisir Jawa sudah jatuh ke tangan Trunajaya, meskipun wilayah pedalaman masih banyak yang setia kepada Mataram. VOC sendiri pernah mencoba menawarkan perdamaian, dan meminta Trunojoyo agar datang secara pribadi ke benteng VOC di Danareja. Namun, Trunojoyo menolak mentah-mentah tawaran tersebut.
Setelah usaha perdamaian tidak membawa hasil, VOC di bawah pimpinanGubernur JenderalCornelis Speelmanmengerahkan kekuatan besar untuk menaklukkan perlawanan Trunojoyo. Di laut, VOC mengerahkan pasukanBugisdi bawah pimpinanAru PalakkadariBoneuntuk mendukung peperangan laut melawan pasukan Karaeng Galesong. Di darat, VOC mengerahkan pasukanMalukudi bawah pimpinanKapitan Jonkeruntuk melakukan serangan darat besar-besaran bersama laskar Amangkurat II.
Pada April 1677, Speelman bersama pasukan VOC berangkat untuk menyerang Surabaya dan berhasil menguasainya. Speelman yang memimpin pasukan gabungan berkekuatan sekitar 1.500 prajurit mendesak Trunojoyo. Benteng Trunojoyo sedikit demi sedikit dapat dikuasai oleh VOC. Akhirnya Trunojoyo dapat dikepung, dan menyerah di lerengGunung Keludpada tanggal 27 Desember 1679 kepada Kapitan Jonker.
Selanjutnya, Trunojoyo diserahkan kepada Amangkurat II yang berada di Payak, Bantul. Pada 2 Januari 1680, Amangkurat II menghukum mati Trunojoyo. Eksekusi hukuman mati yang diterapkan kepada Trunojoyo sangat mengerikan.
Baca Juga: Cerita Mistis Gunung Semeru dan Awal mula Ranu Kumbolo hingga Dewi Cantik Berkebaya Kuning
Akhir hidup Trunojoyo yang masih cicit Sultan Agung yang tragis setelah kekalahan dalam perang melawan pasukan Mataram di bawah perintah Amangkurat II yang dibantu VOC pada 27 Desember 1679. Adipati Anom alias Amangkurat II balas menyerang Trunojoyo setelah menandatangani persekutuan dengan VOC.
Persekutuan ini dikenal dengan nama Perjanjian Jepara pada September 1677 yang isinya Sultan Amangkurat II Raja Mataram harus menyerahkan pesisir Utara Jawa jika VOC membantu memenangkan terhadap pemberontakan Trunojoyo.
Trunojoyo yang setelah kemenangannya bergelarPanembahan Maduretno, kemudian mendirikan pemerintahannya sendiri. Saat itu hampir seluruh wilayah pesisir Jawa sudah jatuh ke tangan Trunajaya, meskipun wilayah pedalaman masih banyak yang setia kepada Mataram. VOC sendiri pernah mencoba menawarkan perdamaian, dan meminta Trunojoyo agar datang secara pribadi ke benteng VOC di Danareja. Namun, Trunojoyo menolak mentah-mentah tawaran tersebut.
Setelah usaha perdamaian tidak membawa hasil, VOC di bawah pimpinanGubernur JenderalCornelis Speelmanmengerahkan kekuatan besar untuk menaklukkan perlawanan Trunojoyo. Di laut, VOC mengerahkan pasukanBugisdi bawah pimpinanAru PalakkadariBoneuntuk mendukung peperangan laut melawan pasukan Karaeng Galesong. Di darat, VOC mengerahkan pasukanMalukudi bawah pimpinanKapitan Jonkeruntuk melakukan serangan darat besar-besaran bersama laskar Amangkurat II.
Pada April 1677, Speelman bersama pasukan VOC berangkat untuk menyerang Surabaya dan berhasil menguasainya. Speelman yang memimpin pasukan gabungan berkekuatan sekitar 1.500 prajurit mendesak Trunojoyo. Benteng Trunojoyo sedikit demi sedikit dapat dikuasai oleh VOC. Akhirnya Trunojoyo dapat dikepung, dan menyerah di lerengGunung Keludpada tanggal 27 Desember 1679 kepada Kapitan Jonker.
Selanjutnya, Trunojoyo diserahkan kepada Amangkurat II yang berada di Payak, Bantul. Pada 2 Januari 1680, Amangkurat II menghukum mati Trunojoyo. Eksekusi hukuman mati yang diterapkan kepada Trunojoyo sangat mengerikan.
Baca Juga: Cerita Mistis Gunung Semeru dan Awal mula Ranu Kumbolo hingga Dewi Cantik Berkebaya Kuning
tulis komentar anda