Adipati Terung, Panglima Perang Terakhir Majapahit yang Dikalahkan Demak
Minggu, 31 Oktober 2021 - 05:10 WIB
Setelah itu, terjadi pengkudetaan yang dilakukan oleh Girindrawarddhana kepada Brawijaya. Girindrawarddhana mengangkat dirinya sebagai Raja Majapahit dengan gelar Brawijaya VI.
Semua Kadipaten pun harus tunduk di bawah kepemimpinan Brawijaya VI. Tidak dengan Raden Patah yang mengetahui bahwa ayahnya dikudeta oleh Brawijaya VI.
Raden Patah yang merasa dirinya paling berhak meneruskan tahta kerajaan Majapahit pun melepas kan diri dari wilayah kekuasaan Brawijaya VI, dan mendirikan Kesultanan Demak. Baca: Penangkapan Kiai dan Santri Buat Diponegoro Murka, Hubungan Jawa-Belanda Kian Memanas.
Kesultanan Demak sendiri merupakan, kerajaan yang bercorak Islam karena banyak Adipati Majapahit yang dikala itu sudah memeluk Islam atas dakwah dari para Walisongo dan atas Izin Allah Azza Wa Jalla.
Raden Patah pun mengerahkan pasukan yang dipimpin oleh Sunan Ngudung, ayah dari Sunan Kudus untuk menyerang Ibu kota Majapahit dan mengkudeta Brawijaya VI.
Brawijaya VI menyiapkan pasukan yang dipimpin oleh Raden Kusen. Serangan pasukan Kesultanan Demak mampu dipatahkan oleh pasukan Raden Kusen. Dan terbunuhnya Sunan Ngudung oleh tombak yang tertancap di bagian dada oleh Raden Kusen membuat Moral pasukan berkurang dan memaksa pasukan Demak untuk mundur. Baca: Lengsernya Mahapatih Gajah Mada karena Misi Asmara Gagal usai Perang Bubat.
Setelah beberapa dekade, Raden Patah kembali menyiapkan pasukan yang lebih kuat dari pasukan Pertama. Raden Kusen pun kembali dipercaya untuk menjadi panglima karena kesuksesan sebelumnya, namun Pasukan Majapahit terdesak oleh pasukan Demak.
Raden Kusen melarikan diri kearah Blambangan, dan Kesultanan Demak berhasil menaklukan kerajaan Majapahit bertanda berakhirnya era kerajaan Majapahit.
Setelah itu, Raden Kusen pergi ke Ibukota Kesultanan Demak untuk menyerahkan diri. Raden Patah menerima penyerahan diri Raden Kusen, dan memeberikan Raden Kusen Tanahnya kembali di Terung, (sekarang Sidoarjo). Raden Kusen pun wafat dan dimakamkan di sana.
Diolah dari berbagai sumber
Semua Kadipaten pun harus tunduk di bawah kepemimpinan Brawijaya VI. Tidak dengan Raden Patah yang mengetahui bahwa ayahnya dikudeta oleh Brawijaya VI.
Raden Patah yang merasa dirinya paling berhak meneruskan tahta kerajaan Majapahit pun melepas kan diri dari wilayah kekuasaan Brawijaya VI, dan mendirikan Kesultanan Demak. Baca: Penangkapan Kiai dan Santri Buat Diponegoro Murka, Hubungan Jawa-Belanda Kian Memanas.
Kesultanan Demak sendiri merupakan, kerajaan yang bercorak Islam karena banyak Adipati Majapahit yang dikala itu sudah memeluk Islam atas dakwah dari para Walisongo dan atas Izin Allah Azza Wa Jalla.
Raden Patah pun mengerahkan pasukan yang dipimpin oleh Sunan Ngudung, ayah dari Sunan Kudus untuk menyerang Ibu kota Majapahit dan mengkudeta Brawijaya VI.
Brawijaya VI menyiapkan pasukan yang dipimpin oleh Raden Kusen. Serangan pasukan Kesultanan Demak mampu dipatahkan oleh pasukan Raden Kusen. Dan terbunuhnya Sunan Ngudung oleh tombak yang tertancap di bagian dada oleh Raden Kusen membuat Moral pasukan berkurang dan memaksa pasukan Demak untuk mundur. Baca: Lengsernya Mahapatih Gajah Mada karena Misi Asmara Gagal usai Perang Bubat.
Setelah beberapa dekade, Raden Patah kembali menyiapkan pasukan yang lebih kuat dari pasukan Pertama. Raden Kusen pun kembali dipercaya untuk menjadi panglima karena kesuksesan sebelumnya, namun Pasukan Majapahit terdesak oleh pasukan Demak.
Raden Kusen melarikan diri kearah Blambangan, dan Kesultanan Demak berhasil menaklukan kerajaan Majapahit bertanda berakhirnya era kerajaan Majapahit.
Setelah itu, Raden Kusen pergi ke Ibukota Kesultanan Demak untuk menyerahkan diri. Raden Patah menerima penyerahan diri Raden Kusen, dan memeberikan Raden Kusen Tanahnya kembali di Terung, (sekarang Sidoarjo). Raden Kusen pun wafat dan dimakamkan di sana.
Diolah dari berbagai sumber
Lihat Juga :
tulis komentar anda